almuhtada.org – Di era digital seperti sekarang, media sosial menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Dari bangun tidur hingga menjelang tidur, jari-jari kita sering kali tak lepas dari layar ponsel, menggulirkan kabar, tren, dan informasi yang seolah tak pernah ada habisnya. Namun, pernahkah kita merenung sejenak, apa yang sebenarnya kita lakukan di sosial media? Apakah unggahan kita, komentar kita, dan waktu yang kita habiskan di sana akan bernilai baik di sisi Allah SWT?
Seperti yang diingatkan oleh Ustadz Abu Fairuz Tengku Azmi, seorang pengajar di Pondok Ma’had Tahfidz Abu Darda’ Pekanbaru Riau, kehadiran kita di media sosial seharusnya tidak hanya menjadi aktivitas yang hampa manfaat. Jika kita sering aktif di media sosial, tetapi tidak digunakan untuk menyebarkan kebaikan, ilmu, atau saling menasihati, maka kita perlu mengevaluasi kembali tujuan kita dalam menggunakannya. Media sosial adalah alat yang bisa menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, atau sebaliknya, menjadi jalan bagi kerugian akhirat kita.
Dalam ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis, Allah dan Rasul-Nya sering mengingatkan pentingnya amal perbuatan yang baik, termasuk dalam hal ini apa yang kita tulis atau bagikan. Ustadz Abu Fairuz menegaskan, “Janganlah kau tulis dengan tanganmu selain sesuatu yang akan membuatmu bahagia (bermanfaat) pada hari kiamat kelak saat kau melihatnya.” Pernyataan ini adalah peringatan tegas bahwa setiap tindakan, termasuk tulisan dan unggahan di media sosial, akan dimintai pertanggungjawaban.
Bayangkan pada hari kiamat kelak, setiap status, komentar, atau foto yang kita bagikan akan diperlihatkan kembali. Jika unggahan itu membawa manfaat, mungkin berupa ilmu, nasihat, atau kebaikan, tentu akan menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir. Namun, jika sebaliknya, misalnya unggahan yang menyebarkan fitnah, kebencian, atau hal-hal yang sia-sia, bukankah itu akan menjadi suatu penyesalan?
Kesadaran ini penting dimulai dari diri sendiri, terutama dalam menyaring apa yang kita konsumsi dan sebarkan di dunia maya. Tidak semua hal layak untuk diunggah, dan tidak semua informasi pantas untuk dibagikan. Kita perlu bertanya pada diri sendiri sebelum menekan tombol “kirim”: apakah ini benar, apakah ini bermanfaat, dan apakah ini akan mendatangkan pahala? Dengan langkah kecil ini, kita dapat menjadikan media sosial bukan sekadar tempat hiburan, tetapi juga sarana membangun amal yang diridhai Allah.
Karena itu, mari kita bijak dalam menggunakan media sosial. Pilihlah konten yang mendatangkan pahala, seperti berbagi inspirasi Islami, mengingatkan sesama dalam kebaikan, atau sekadar memberikan komentar positif yang mendukung orang lain. Dengan demikian, media sosial bukan hanya menjadi tempat untuk eksistensi diri, tetapi juga ladang amal yang bisa kita petik hasilnya di akhirat kelak.
Semoga kita senantiasa diberi hidayah untuk menggunakan media sosial sebagai sarana ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sebab, tak ada yang luput dari catatan-Nya, termasuk apa yang kita lakukan di dunia maya. Oleh karena itu, berhati-hatilah, karena sosial mediamu juga ada hisabnya. [Aisyatul Latifah]
Editor: Syukron Ma’mun