Almuhtada.org – Dalam kehidupan di dunia, manusia pastinya tidak terlepas dari adanya aktivitas atau kegiatan dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai umat Islam, aktivitas yang dilakukan tentunya perlu dicermati dan diperhatikan guna menghindari hal-hal yang menyimpang dari koridor batas dalam agama Islam.
Seorang muslim perlu mengetahui hal atau perkara apa saja yang patut dilakukan dan dihindarkan agar senantiasa berada di jalan Allah SWT. Dalam kitab Nashoihul Ibad karya Syekh Nawawi al-Bantani pada Bab 2 maqolah pertama disebutkan hadits dari Rasulullah SAW yang bersabda,
خصلتان لا شئ أفضل منهما الإمان بالله والنفع للمسلمين
Artinya: “Terdapat dua perkara yang mana tidak ada perkara yang lebih utama dibandingkan dua perkara tersebut yaitu iman kepada Allah SWT dan bermanfaat bagi umat muslim.
Definisi bermanfaat bagi sesama umat Islam mencakup banyak hal mulai dari manfaat dalam hal perkataan, pangkat atau jabatan yang diemban, harta yang dimiliki, atau dalam bentuk tenaga (fisik).
Kebermanfaatan ini tentunya diharapkan bisa membantu dan meringankan beban sesama saudara muslim yang sedang kesusahan atau kesulitan dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. Upaya kebermanfaatan dapat diwujudkan dalam bentuk pengabdian sosial di masyarakat.
Hidup tolong-menolong dan bergotong royong dalam wujud ini harus menjadi salah satu pedoman hidup agar umat Islam tidak tertinggal dan senantiasa berkembang maju.
Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi, “Barang siapa yang pada pagi harinya tidak berniat menganiaya seseorang, maka diampuni hal-hal yang telah diperbuatnya. Barang siapa yang pada pagi harinya berniat menolong orang yang sedang dianiaya dan menanggung kebutuhan umat muslim, maka seakan-akan niat tersebut seperti pahala haji mabrur.”
Rasulullah SAW juga mengatakan bahwa hamba yang paling disukai oleh Allah SWT adalah orang yang memberikan kebermanfaatan kepada manusia.
Tidak hanya itu, Rasulullah juga menyebutkan bahwa amal yang paling utama yaitu memberikan rasa kebahagiaan di hati seorang mukmin dengan menghilangkan kelaparannya, menghilangkan kesusahannya, atau membayar hutangnya.
Dilain sisi, Rasulullah SAW juga bersabda,
خصلتان لا شئ أخبث منهما الشرك باالله والضّرّ بالمسلمين
Artinya bahwa terdapat dua perkara yang mana tidak ada perkara yang lebih hina dibandingkan dua perkara tersebut. Perkara tersebut yaitu menyekutukan Allah SWT dan menyakiti umat Islam. Hal ini termasuk menyakiti jiwa ataupun harta mereka.
Sesungguhnya semua perkara Allah SWT itu bakal kembali ke dalam dua perkara yaitu mengagungkan Allah SWT dan menyayangi makhluk-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT, “Dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat.” Serta firman-Nya yang berbunyi, “Bersyukurlah kepadaku dan terhadap kedua orang tuamu.”
Dikisahkan dari Uwais al-Qarni bahwasanya suatu saat dia melakukan perjalanan jauh, dia melewati seorang pendeta ditengah jalan. Uwais lantas bertanya, “Wahai pendeta, tingkatan pertama apakah yang bisa memuliakan seorang murid?”.
Kemudian pendeta tersebut menjawab bahwa tingkatan kemuliaan pertama seorang murid yaitu mencegah penganiayaan dan meringankan beban orang lain.
Sekian sekilas pembahasan mengenai dua perkara yang paling mulia dan hina menurut Rasulullah SAW. Umat muslim perlu menyadari mengenai hal-hal tersebut guna menjadikan manusia yang lebih baik dan berhati-hati dalam meniti jalan hidup selama di dunia. [] Mohammad Fattahul Alim