Nasib Petani Dikala Pandemi

Oleh: Mohammad Fattahul Alim

Petani, kata yang sebagian besar masyarakat awam akan mengatakan bahwa petani merupakan orang yang bermata pencaharian di bidang pertanian atau perkebunan. Secara teoretis, pengertian tersebut tidaklah salah karena sesuai dengan kondisi empirisnya di lapangan. Petani juga memiliki makna, hakikat, dan peran yang sangat mendalam dan berarti terkhusus untuk bangsa Indonesia itu sendiri yang mendapatkan julukan “Negara Agraris”. Peran petani sangat besar untuk negeri ini karena mereka merupakan penyangga ketahanan pangan nasional sejak dahulu hingga sekarang. Hal ini tidaklah mengherankan jika waktu itu Presiden Ir. Soekarno pernah memberikan singkatan khusus yakni Petani (Penyangga Tatanan Negara Indonesia). Nasib para petani sejak dulu sampai sekarang belum dapat menunjukkan progres kesejahteraan yang semakin meningkat, terlebih dikala Pandemi Covid-19 saat ini.

Tingkat kesejahteraan petani selama pandemi ini justru menurun, walaupun aktivitas pertanian para petani terlihat berlangsung normal seperti biasa. Stok hasil pertanian yang semakin melimpah tidak dibarengi dengan peningkatan permintaan oleh masyarakat. Ini tidak terlepas dari adanya pembatasan mobilisasi sosial demi memutuskan rantai penyebaran Covid-19 sepertipasar yang berakibat terhadap distribusihasil pertanian menjadi terganggu dan tersendat. Konsekuensi dari kondisi itu secara tidak langsung mengakibatkan hukum permintaan pun berlaku. Harga-harga komoditas pertanian menjadi turun sedangkan kebutuhan sehari-hari petani justru meningkat. Petani sangat kesulitan menjual hasil panennya dengan harga wajar atau normal. Contohnya di Kabupaten Demak, berbagai komoditas pertanian seperti padi dan bawang merah memiliki harga jual yang sangat rendah di pasaran. Harga jual panen bawang merah pada saat kondisi normal berkisar antara Rp25.000 sampai Rp30.000 per kilogramnya. Akan tetapi, pada masa panen saat pandemi Covid-19, harganya menurun drastissekitar antara Rp5.000 sampai Rp10.000 per kilogramnya. Harga ini berlaku jika kondisi bawang merah berkualitas bagus, jika kualitas kurang bagus makaharganyabisa beradadi bawah Rp5.000 per kilogram atau tidak bernilai sama sekali.

Kondisi yang dialami para petani ini tidak hanya berlangsung sekali, tetapi telah dua sampai tiga kali terhitung sejak awal pandemi Covid-19. Para petani banyak mengalami kerugian belasan sampai puluhan juta setiap panennya karena telahmengeluarkan biaya untuk membeli bibit, membayar tenaga kerja, dan membeli pupuk dan pestisida hama tanaman. Biaya faktor-faktor produksi (input) tersebut tiap tahunnya semakin meningkat sedangkan harga hasilkomoditas pertanian (output)nyajustru menurun atau tidak stabil. Kondisi tersebut diperparah dengan adanya serangan hama dan penyakit pada tanaman. Adanya pembatasan mobilitas masyarakat seperti PPKM yang diberlakukan saat ini cukup menyulitkan distribusi hasil komoditaspertanian. Dengan demikian, situasi tersebut akhirnya berimbas terhadap tingkat penghasilan dan kesejahteraan petani yang menurun.

Langkah dan upaya konkret harus segera dilakukan demi menjaga dan menyelamatkan nasib petani terlebih di masa pandemi Covid-19. Peran petani sangatlah vital sebagai penyangga ketahanan pangan nasional demi memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia dan untuk mencegah terjadinya krisis pangan nasional selama pandemi. Upaya ini bisa dilakukan mulai dari unit terkecil seperti pemerintah desa masing-masing. Komunikasi sangat penting dilakukan antara pejabat desa dan para petani untuk bermusyawarah dalam menyelesaikan permasalahan ini. Contoh langkah konkret seperti membuat kelompok tanisebagai upaya pemberdayaan dibidang pertanian, dan membuat kreasi dan inovasi berbagai olahan atau makanan dari hasil pertanian yang dibutuhkan oleh masyarakat selama pandemi. Pemerintah desa juga perlu berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota dan dinas-dinas terkait agar harga dan distribusi komoditas pertanian kembali normal dengan tetap mematuhi PPKM yang sedang berlangsung.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Islam: Perihal Mencintai bukan Menghakimi

Oleh: Fafi Masiroh

Salah satu anugerah yang harus selalu kita syukuri hingga saat ini yaitu karena Allah telah menjadikan kita sebagai umat muslim, yakni umat yang memeluk agama islam. Mungkin sejak kecil sebagian atau bahkan hampir dari kita memeluk agama islam karena alasan “mengikuti jalan orang tua”, tetapi sejatinya ketika kita sudah lebih besar kelak kita akan menyadari bahwa menjadi seorang muslim adalah sebuah jalan yang indah. Akan tetapi, masih menjadi sebuah keresahan ketika orang di luar yang cukup banyak menganggap agama islam sebagai agama yang keras, bahkan beberapa menganggap islam mengajarkan perbuatan yang bersifat radikal. Menyadur dari nu.online bahwa islam sebenarnya secara tidak langsung dijebak sebagai agama teroris, misalnya dalam kutipan Adian Husaini (2004) yang menganalisis pendapat Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul “Who Are We?:The Challenges to America’s National Identity” pada tahun 2004. Huntington menuliskan Islam sebagai musuh utama Barat pasca Perang Dingin dengan bahasa yang lugas. Disebutkan juga dalam buku Muslim Society karya Ernest Gelner (1981) bahwa komunitas Muslim dipahami sebagai sumber pemikiran dan gerakan radikal, sedangkan anggapan tersebut sebenarnya cara  bagi komunitas Muslim  tertentu dalam mengembangkan nilai-nilai keyakinan akibat desakan penguasa, kolonialisme maupun westernisasi. Hal tersebut yang mendorong persepsi terhadap islam mengerucut terlihat buruk dan kemudian menimbulkan kerugian besar bagi keseluruhan umat islam.

Keadaan yang sedemikian seharusnya tidak boleh dibiarkan untuk terus berkelajutan. Agama islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pertama kali merupakan rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran islam di tengah masyarakat saat masa Rasulullah SAW mendatangkan beribu kebaikan. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita untuk melanjutkan langkah Rasulullah SAW. Menyampaikan islam dengan bahasa yang santun, sikap yang sopan dan selalu mendatangkan kegembiraan. Agama islam bukan hanya sekedar perihal hukum-hukum agama terkait halal atau haram, yang pada akhirnya menuju jalan yang terkesan menghakimi. Misalnya saja, masih bisa ditemui beberapa orang yang menganggap dirinya sebagai “ustadz” kemudian dengan sesukanya mengharamkan seseorang berbuat sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan syariah islam. Hingga kemudian dia menjudge seseorang ataupun kelompok berbuat bid’ah, kelak akan masuk neraka dan ancaman sebagainya yang menghadirkan islam sebagai agama yang keras dan menakutkan.

Agama islam sejatinya agama yang mendatangkan kegembiraan dan sama sekali tidak menyusahkan. Allah memperbolehkan bagi orang yang sedang kelaparan untuk memakan daging babi ketika sudah tidak ditemukan lagi makanan sebagai usaha mempertahankan hidup. Allah memberikan kemudahan bagi orang sakit untuk salat dengan duduk jika tidak mampu berdiri, bahkan Allah memperbolehkan tayamum ketika tidak ditemukan lagi air untuk berwudhu saat akan sholat. Agama islam sangat luas, tidak hanya mengenai halal-haram tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan. Allah menciptakan bumi tidak hanya sebagai tempat tinggal bagi umat islam, tetapi mereka umat non-islam pun leluasa untuk tinggal dan menikmati hidupnya di bumi. Sungguh betapa besar kasih sayang Allah, sehingga alangkah baiknya kita sebagai hamba Allah untuk saling mencintai dan mengasihi, bukan menghakimi.

Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menyampaikan kebaikan islam dengan ma’ruf dan kegembiraan. Begitupun dalam melarang sesuatu yang bertentangan ajaran islam kepada lainnya dengan ma’ruf, tanpa ada paksaan, ancaman pun menghakimi.

Sumber:

Saifuddin,Ahmad. 2020. Islam, Radikalisme, dan Terorisme. https://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme diakses pada 11 Juli 2021.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Apakah Kamu Tidak Berfikir?

Oleh : FafiMasiroh

Akhir-akhir ini kehidupan semakin terasa tidak baik-baik saja. Belum selesai dalam diri kita untuk menerima sepenuhnya adanya pandemi, kemudian ditambah beberapa kehilangan yang menyelimuti. Kehilangan waktu berkumpul bersama dengan keluarga dan teman-teman, hingga beberapa ratusan lebih orang-orang kehilangan keberadaan manusia-manusia terkasihnya. Dari setumpuk peristiwa-peristiwa yang telah terjadi, kita masih saja mudah lalai untuk sekedar mengambil nilai positif dari apa yang telah kita lalui.

Misalnya saja adanya pandemi yang masih berkelanjutan sampai saat ini, mengingatkan kita bahwa sikap saling peduli itu sangat penting. Bisa kita realisasikan dengan berbagai hal kecil, seperti mengingatkan memakai masker, menanyakan kabar atau paling kecil kita menahan diri untuk di rumah saja ketika tidak ada keperluan yang mendesak. Sedihnya, hal tersebut masih saja kita lalai untuk benar-benar memahami dan menindakinya.

Manusia memang mudah lalai terlebih jika selalu mengedapankan nafsu dalam setiap melangkah. Sehingga, bila saja kita selalu berangkat dari Al-Quran dalam mengambil setiap langkah, maka kelalaian tersebut tidak akan selalu berkelanjutan. Allah dalam firman-Nya berkali-kali mengingatkan kita untuk selalu berfikir“Afalaata’qilun, Afalaatadzakkaruun” terhadap apa yang terjadi di setiap kehidupan kita, supaya kita tidak merasa putus asa melainkan selalu percaya bahwa selalu ada kebaikan bahkan dalam keadaan yang sangat sempit.

أَفَمَنيَعْلَمُأَنَّمَآأُنزِلَإِلَيْكَمِنرَّبِّكَٱلْحَقُّكَمَنْهُوَأَعْمَىٰٓۚإِنَّمَايَتَذَكَّرُأُو۟لُوا۟ٱلْأَلْبَٰبِ

Maka apakah orang yang mengetahui bahwa apa yang diturunkanTuhan kepadamu adalah kebenaran, sama dengan orang yang buta? Hanya orang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,(Ar-Ra’d 13:19).

Sebagai makhluk Allah yang berakal, sudah sebaiknya kita untuk selalu berfikir, merenungi dan memahami setiap hal. Dalam sebuah kitab “Ta’limul Muata’alim” karya Syekh Az-Zarnuji menyebutkan bahwa bagi pelajar supaya ilmu mereka dapat tersimpan dengan baik, maka tidak hanya sekedar mengulang-ngulang pelajaran tetapi juga perlu untuk merenungi dan memahami pelajaran tersebut. Sehingga kita memang sangat perlu untuk berkali-berkali berfikir, merenungi dan intropeksi diri terhadap berbagai hal yang bahkan terlewat bagi kita tetapi sebenarnya memberikan kebaikan besar untuk diri kita.

Oleh karena itu, salah satu bentuk iman kita kepada Sang Ilahi Rabbi ialah sebaiknya kita selalu percaya atas setiap hal yang terjadi khususnya di luar kendali kita. Percaya bukan hanya sekedar meyakini kemudian berpangku tangan, tetapi meyakini juga merenungi untuk kemudian kita dapat lebih bijak dalam bersikap terhadap apa-apa yang terjadi. Sungguh dengan demikian akan terasa lebih indah juga menyadarkan kita akan setiap kuasa Allah. Maka, apakah kamu tidak berfikir?

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Trend Kata Gaul Kekinian

Oleh: Azkia Shofani Aulia

Zaman semakin berjalan akan terus berkembang. Ada hal lama yang hilang, ada pula hal baru yang muncul. Masyarakat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di kehidupan sekitar mereka. Di era yang serba modern ini, perkembangan terjadi pada bidang teknologi, ekonomi, pembangunan, dan bidang-bidang yang lain. Perkembangan demi perkembangan membuat hal-hal baru bermunculan. Mulai dari terciptanya mesin-mesin canggih yang dapat membantu manusia dalam berkerja, bahkan menggantikan manusia sebagai pekerja. Bagi orang awam, hal itu cukup sulit untuk dipahami, tetapi tidak untuk orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Orang awam lebih banyak menjadi konsumen, sedangkan orang-orang dengan kecerdasan tingginya dapat menciptakan hal yang dapat dikonsumsi orang awam.

Bukan hanya bidang teknologi yang mengalami perkembangan cukup heboh atau dikenal banyak orang. Hal ini dikarenakan perkembangan yang heboh juga terjadi pada bahasa. Bahasa yang digunakan sehari-hari bukan hanya diucapkan secara langsung melalui mulut ke mulut, namun juga lewat ketikan media sosial. Bidang per bidang saling mengait dalam perkembangannya. Meluasnya jaringan media sosial membuat bahasa dari berbagai daerah diketahui oleh masyarakat dari daerah lain. Entah dari kota ke kota bahkan hingga berbagai negara. Bahasa Indonesia dapat diketahui penduduk Rusia, begitu pula penduduk Indonesia dapat mengetahui Bahasa Rusia. Hal tersebut dengan cepat terjadi dan semakin lama dapat semakin meluas. Interaksi yang meluas, menuntut untuk memiliki pemahaman bahasa yang meluas juga.

Bahasa-bahasa yang sering kali dikenal dengan bahasa gaul bermunculan dengan penyebaran melalui media sosial. Ada bahasa inggris yang disingkat, bahasa daerah yang digaulkan, bahkan istilah yang baru tercipta. Kebanyakan yang menggunakan bahasa tersebut adalah kalangan muda. Bukanhanya untuk dianggap gaul saja, namun tidak banyak juga yang menggunakan bahasa gaul tersebut untuk mempercepat sebuah komunikasi atau percakapan. Contohnya saja“otw” (on the way) yang dapat digunakan untuk memberitahu bahwa seseorang tersebut sedang dalam perjalanan dibanding harus mengetik atau berkata “sedang dalam perjalanan”.

Contoh bahasa gaul yang sedang banyak digunakan berasal dari bahasa negara lain saat ini adalah kata “hyung” untuk memanggil orang yang lebih tua atau kakak di mana diambil dari Bahasa Korea. Kemudian ada “asap” merupakan singkatan dari as soon as possible dalam Bahasa Indonesia berarti sesegera mungkin. Contoh lain yaitu “cmiiw” atau correct me if I’m wrong berarti tolong koreksi jika aku salah.

Contoh bahasa gaul dari Bahasa Indonesia sendiri yaitu kata “bund” dari kata “bunda”. Bunda adalah kata panggilan selain ibu. Namun saat ini kata tersebut sedikit dirumah menjadi bund yang banyak digunakan dan dianggap wajar untuk memanggil seorang wanita walaupun belum menjadi seorang ibu. Sebuah kalimat gaul yakni “si kecil aktif ya bund” mengandung kata “bund” juga. Bukan hanya digunakan untuk menanggapi tingkah anak kecil, namun juga tingkah remaja. Begitulah bahasa-bahasa gaul digunakan. Cukup banyak kata dan kalimat digunakan walaupun tidak pada orang yang tepat.

Adanya perkembangan bahasa seperti yang telah dibahas di atas dengan kemunculan bahasa gaul, tentu menghadirkan dampak yang beragam. Adapun dampak positif yang didapatkan dari penggunaan bahasa gaul tersebut adalah kenyamanan dalam berkomunikasi dengan menimbang danmenentukan dengan benar siapa yang akan diajak berkomunikasi. Bahasa gaul bisa menunjukkan kedekatan dengan orang lain. Sedangkan contoh dampak negatifnya adalah banyaknya keragaman bahasa dapat menyebabkan bahasa daerah sopan dan nasional baku menjadi semakin tenggelam karena tertutupi bahasa gaul yang baru muncul. Tetapi pada intinya bahasa gaul tersebut tidak akan menjadi masalah jika digunakan di waktu, kondisi, dan kepada orang yang tepat. Bahasa daerah dan nasional akan tetap lestari jika karena bahasa gaul juga tidak dapat digunakan di waktu, kondisi, dan kepada orang yang tidak tepat. Misalnya antara murid dengan guru ketika proses belajar mengajar dan bos dengan karyawan ketika di kantor.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

HUMOR DI GRUP NERAKA EURO 2020: Dari Tumbangnya Sang Juara Bertahan Melawan Tim Dagelan, Hingga Sang Kuda Hitam yang Mampu Menahan Imbang Tim Bertabur Bintang

Oleh: Muhammad Miftahul Umam

Pertandingan yang sangat menarik tersaji di Grup F yang disebut sebagai Grup Neraka dalam pergelaran Piala Eropa atau Euro 2020 tahun ini. Memang, meskipun digelar pada tahun 2021, akan tetapi UEFA memutuskan untuk tidak mengubah nama pesta sepakbola eropa tersebut. Karena alasan Pandemi Covid-19, membuat pentas sepakbola empat tahunan tersebut akhirnya diundur dan baru dilaksanakan pada tahun 2021.

Alasan Grup F Euro 2020 tersebut disebut sebagai Grup Neraka, dikarenakan diisi oleh beberapa Tim tangguh, diantaranya Portugal, Perancis, dan Jerman yang merupakan semifinalis Euro tahun lalu (2016), serta Hungaria yang merupakan Tim Kuda Hitam pada pentas sepakbola eropa tahun ini.

Portugal merupakan sang juara bertahan Piala Eropa setelah pada pergelaran tahun lalu (2016) mampu mengalahkan Perancis di partai final. Oleh sebab itu, dalam pergelaran Euro tahun ini, Tim besutan Fernando Santos tersebut dianggap sebagai Tim tangguh dan dijagokan untuk kembali meraih juara dalam pergelaran tersebut.

Akan tetapi, hasil pertandingan yang cukup mengejutkan terjadi pada pertandingan kedua Portugal dalam penyisihan di Grup F, yakni saat melawan Jerman. Sang Juara Bertahan harus menelan kekalahan dengan skor yang cukup mencolok, yakni 2 vs 4 dari Tim yang pada Piala Dunia 2018 menjadi Tim Dagelan, karena tidak lolos dalam putaran final.

Jerman memang pantas disebut sebagai Tim Dagelan pada pergelaran Piala Dunia 2018 yang diselenggarakan di Russia. Jerman yang merupakan peraih 4 (empat) kali gelar juara dalam Piala Dunia, serta peraih 3 (tiga) kali gelar juara dalam Piala Eropa harus rela takluk di hadapan Korea Selatan serta menempati posisi keempat Grup F, sehingga tidak lolos ke babak 16 besar pada pergelaran yang diselenggarakan di Russia tersebut.

Sementara itu, hasil yang mengejutkan juga terjadi pada pertandingan Perancis melawan Hungaria. Hungaria yang merupakan Sang Kuda Hitam mampu mengimbangi perlawanan dari Tim yang penuh dengan pemain bintang tersebut. Perancis memang memiliki banyak pemain bintang, diantaranya Kylian Mbappe, Karim Benzema, Paul Pogba, Ngo’lo Kante, Antoine Griezmann, Ousman Dembele, dll. Disamping itu, Perancis juga merupakan juara bertahan Piala Dunia (2018), serta Runner-up Piala Eropa tahun lalu (2016).

Kendati demikian, keempat Tim penghuni Grup Neraka tersebut masih memiliki peluang untuk melaju ke babak selanjutnya, yakni babak 16 besar. Setiap Tim masih menyisakan satu pertandingan di penyisihan Grup F, yang juga merupakan pertandingan penentuan. Perancis akan bersua Portugal, serta Jerman akan bersua dengan Hungaria pada hari Kamis, 24 Juni 2021, pukul 02.00 WIB. Maka dari itu, menarik untuk kita saksikan bersama akhir dari drama Grup Neraka di Piala Eropa 2020 ini.

Hallo Indonesia….!!!. adakah rencana lolos ke Piala Dunia…? Ah entahlah. Melawan Nguyen CS saja masih terseok-seok……

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Program Percepatan Kelulusan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Pertemuan Program Percepatan Kelulusan Mahasantri Secara Virtual

Jum’at, 18 Juni 2021 – Pesantren Riset Al-Muhtaada menggelar pertemuan virtual bersama para mahasantri angkatan pertama. Pertemuan tersebut dilatarbelakangi oleh salah satu agenda besar pesantren yakni“Program Percepatan Kelulusan Mahasantri”. Keberadaan program tersebut bertujuan untuk mempersiapkan mahasantri di fase akhir studi serta mempersiapkan rencana diri pasca studi.

Pengasuh pesantren, Ustadz Dani Muhtada menyampaikan banyak pesan serta arahan kepada mahasantri sebagai bekal untuk melangkah kedepan. Beliau berpesan bahwa mahasantri Angkatan pertama (Angkatan 2018) sesegara mungkin harus menyelesaikan mata kuliah di semester 7.  Pada semester 7 itu pula seluruh mahasantri diharapkan sudah kaffah melaksanakan KKN, PLP / PPL / PKL, dan draft Skripsi. Beliau juga memberikan arahan bahwa selayaknya skripsi yang diambil adalah skripsi yang dapat dan mampu diselesaikan dengan baik oleh mahasantri. Selanjutnya pengasuh berpesan untuk menyiapkan rencana pasca studi yang akan diambil. Dalam perencanaan pacsa studi sebaiknya membuat banyak rencana agar mudah beralih, ketika menuai ketidakberhasilan.

Terakhir, pesan yang begitu penting bagi mahasantri adalah untuk senantiasa memberikan kontribusi terbaik bagi lingkungan. Baik jika mahasantri akan meneruskan karir di Semarang maupun di kampung halaman masing-masing. Pertemuan tersebut hakikatnya memberikan banyak pandangan bagi mahasantri dan merupakan sebuah wejangan hebat dari pengasuh yang luar biasa. (WIA)

KONSEPSI DASAR HUBUNGAN ANTARA MUSLIM DENGAN NON- MUSLIM DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Oleh: Muhammad Miftahul Umam

Salah satu hal yang menjadi penyebab adanya Islamphobia di beberapa negara, khususnya di negara-negara barat adalah anggapan bahwa agama Islam adalah sumber teroris. Di samping realita yang terjadi pada saat ini, yaitu pelaku pengeboman yang mengatasnamakan Islam juga anggapan-anggapan bahwa agama Islam disebarkan dengan pedang, sebagaimana yang banyak ditulis oleh kaum-kaum orientalis. Sayangnya, banyak juga diantara kita khususnya kaum muslim sendiri yang masih percaya bahwa agama Islam disebarkan dengan pedang atau kekerasan.

Banyak pertanyaan, jika Islam itu cinta damai, mengapa Rasulullah SAW berperang?. Terdapat 2 (dua) pendapat mengenai konsepsi dasar hubungan antara muslim dengan non-muslim dalam perspektif Islam, yaitu pertama, atas dasar damai kah, dalam artian peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW hanya bersifat insidentil, dan kedua, atas dasar perang kah, dalam artian damai hanya bersifat insidentil.

Kelompok pertama berpendapat bahwa memerangi orang kafir hanya bersifat pembelaan, disebabkan karena mereka yang terlebih dahulu memerangi orang Islam (Jihad ad-daf atau jihad defensif). Sementara itu kelompok kedua berpendapat bahwa memerangi orang kafir itu atas dasar kekufurannya (Jihad at- thalab atau jihad ofensif).

Gus Nadir dalam bukunya “Islam Yes, Khilafah No! Jilid I (2018)”mengatakan bahwa pendapat pertama lah yang dipandang paling kuat, dimana peperangan yang dilakukan oleh Rasulullah SAW didasarkan atas jihad defensif, dalam artian membela diri atau karena ada alasan tertentu, bukan semata-mata hendak memaksa atau menaklukan dunia agar semua orang di muka bumi ini masuk Islam.

Pertama, adanya ijma’ bahwa dalam peperangan tidak dibenarkan membunuh wanita, pendeta (pemuka agama non-muslim), dan anak-anak yang belum dewasa. Dengan demikian, jika memerangi orang kafir disebabkan karena kekufurannya, maka seharusnya pendeta lah yang seharusnya paling utama untuk dibunuh, karena ialah sumber atau orang yang menyebarkan kekufuran.

Kedua, ayat-ayat al-Qur’an tentang peperangan tidak bersifat mutlak, melainkan muqoyyad, yakni dibatasi dan dikaitkan dengan suatu sebab yaitu membela diri atau pembelaan terhadap penganiayaan. Maka andaikata orang kafir meminta damai, al-Qur’an memerintahkan agar kaum muslimin menerima perdamaian tersebut.

Ketiga, al-Qur’an menganjurkan umat muslim untuk mengadakan hubungan baik dengan orang-orang kafir yang tidak memerangi dan mengusir kita.

Hal ini sebagaimana dalam QS. al-Mumtahanah: 8-9, dan QS. an-Nisa: 90, yang artinya:

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil” (QS. al-Mumtahanah: 8).

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang- orang yang zalim (QS. al-Mumtahanah: 9).

“Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum, yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya. Kalau Allah menghendaki, tentu Dia memberi kekuasaan kepada mereka terhadap kamu, lalu pastilah mereka memerangimu. tetapi jika mereka membiarkan kamu, dan tidak memerangi kamu serta mengemukakan perdamaian kepadamu maka Allah tidak memberi jalan bagimu (untuk menawan dan membunuh) mereka (QS. an- Nisa: 90).

Misi Rasulullah SAW sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Anbiya: 107 adalah sebagai rahmat untuk semesta alam, dan kemudian dijelaskan oleh nabi sendiri dalam hadist sahih Riwayat Imam Bukhori, “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia”. Menebar rahmat dan memperbaiki akhlak adalah misi utama Rasulullah SAW, bukan memaksa-maksa orang lain untuk masuk Islam atau mengikuti fatwa tafsiran sendiri, atau bahkan memaksa orang lain
untuk mengikuti pilihan politik kita.

“Kalau Tuhanmu menghendaki, tentu berimanlah semua orang di bumi. Maka apakah engkau (Muhammad) akan memaksa manusia hingga mereka menjadi orang-orang yang beriman semua?” (QS. Yunus: 99).

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Dzulqo’dah: Bulan di Antara 2 Hari Raya

Oleh: Muhamad Mahfud Muzadi

Dzulqadah berasal dari bahasa Arab  ذُو القَعْدَة (dzul-qa’dah) ysng dalam kamus al-Ma’ānī, kata dzū artinya pemilik, sementara kata “qa’dah” adalah tasyrif dari kata “qa’ada”, salah satu artinya tempat yang diduduki. Sehingga Dzulqadah secara etimologi bemakna orang yang memiliki tempat duduk (orang itu banyak duduk di kursi). Kemudian kata ini berkembang ke beberapa bentuk dan pemaknaan, antara lain taqā’ud yang artinya pensiun, yang berarti berkurang pekerjaannya sehingga dia akan banyak duduk.Dalam Lisānul ‘Arab disebutkan, bahwa bulan ke-11 ini dinamai Dzulqadah, karena pada bulan itu orang Arab tidak bepergian, tidak mencari pakan ternak, dan tidak melakukan peperangan. Hal itu dilakukan guna menghormati dan mengagunggkan bulan ini sehingga seluruh jazirah Arab dipenuhi ketenangan. Dan ada lagi yang mengatakan bahwa mereka tidak bepergiaan itu karena untuk persiapan ibadah haji di bulan dzulhijjah.Dalam kalender Jawa bulan ke-11 itu dinamai Dulkangidah. Bulan ini dikenal pula dengan nama bulan Apit atau Hapit (Jawa Kuno). Menurut masyarakat Jawa, apit berarti terjepit. Hal ini karena bulan tersebut terletak di antara dua hari raya besar yaitu, Idul Fitri (Syawal) dan Idul Adha (Dzulhijah).

Keutamaan Bulan Dzulqa’dah adalah diagungkan karena dalam bulan tersebut Allah melarang manusia untuk berperang. Hal ini senada dengan makna secara harfiyah dari “Dzulqa’dah” yaitu “penguasa genjatan senjata.” Disebutkan dalam Zaadul Masiir karena mulianya bulan itu, sangatlah baik untuk melakukan amalan ketaatan. Kemudian, Bulan Dzulqa’dah merupakan salah satu dari bulan-bulan haji (asyhrul hajj) yang dijelaskan Allah SWT. Dalam tafsir Ibnu Katsir dikemukakan bahwa asyhur ma’lumat merupakan bulan yang tidak sah ihram untuk menunaikan ibadah haji kecuali pada bulan-bulan ini. Dan disebutkan pula bahwa bulan-bulan tersebut adalah Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

Ibnu Rajab menyatakan dalam kitabnya “Lathaaiful Ma’arif” bahwa Rasulullah SAW melaksanakan ibadah umrah sebanyak empat kali dalam bulan-bulan haji. Sedangkan Ibnul Qayyim  menjelaskan bahwasannya menunaikan umrah di bulan-bulan haji sama halnya dengan menunaikan haji di bulan-bulan haji.Bulan-bulan haji ini dikhususkan oleh Allah SWT dengan ibadah haji, dan Allah mengkhususkan bulan-bulan ini sebagai waktu pelaksanaannya. Sementara umrah merupakan haji kecil (hajjun ashghar). Maka, waktu yang paling utama untuk umrah adalah pada bulan-bulan haji. Sedangkan Dzulqa’dah berada di tengah-tengah bulan haji tersebut.

Selain itu, pada bulan ini pahala amalan dilipatgandakan. At-Thabari menyebutkan dalam tafsirnya bahwa bulan Dzulqa’dah adalah bulan haram. Yaitu bulan yang dijadikan oleh Allah sebagai bulan yang suci lagi diagungkan kehormatannya. Di mana di dalamnya amalan-amalan yang baik akan dilipatgandakan pahalanya sedangkan amalan-amalan yang buruk akan dilipatgandakan dosanya.

Terakhir, hal penting lain yang membuat  bulan Dzulqa’dah istimewa ialah bahwa masa tiga puluh malam yang dijanjikan oleh Allah kepada Nabi Musa untuk bertemu dengan-Nya terjadi pada bulan Dzulqa’dah, sedangkan sepuluh malam sisanya terjadi pada bulan Dzulhijjah.

Semoga di bulan ini kita tidak loyo untuk terus meningkatkan ibadah kita kepada Allah SWT dan menjauhi segala larangan-Nya agar menjadi hamba yang tidak merugi.

Wallahu A’lam.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Apa Kabar Kuliah Daring?

Oleh: Mohammad Fattahul Alim

Tidak terasa kurang lebih satu setengah tahun perkuliahan dilaksanakan secara daring. Ini tidak terlepas dari situasi dan kondisi tanah air yang masih berjibaku dan berjuang keras memberantas pandemi Covid-19. Hingga saatini, pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum bisa terkendali secara keseluruhan dan menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terhitung sampai tanggal 12 Juni 2021, angka konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.901.490 orang. Walaupun demikian, Pemerintah senantiasa terus melakukan program vaksinasi nasional demi menekan angka penyebaran dan pertambahan jumlah konfirmasi positif Covid-19. Sehingga pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih berjalan secara daring, termasuk perkuliahan. Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan bertransformasi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Perkuliahan daring bagi para mahasiswa tentunya telah banyak memberikan cerita dan kesan mengenai suka dan dukanya masing-masing. Kondisi ini berdasarkan pengalaman sebagian mahasiswa yang mengikuti perkuliahan daring. Mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa perkuliahan daring memiliki beberapa keuntungan contohnya seperti bisa membantu orang tua dirumah, biaya kuliah lebih efisien, bekerja sambil kuliah, dapat meluangkan waktu lebih lama bersama keluarga, refreshing keberbagai tempat wisata, dan lain sebagainya. Kuliah daring juga meninggalkan dukacita bagi mahasiswa seperti merasa bosan belajar dan beraktivitas di rumah, sulit berkonsentrasi dalam memahami materi perkuliahan, kesulitan melakukan diskusi secara daring, dan lain sebagainya. Ketidakjelasan mengenai waktu pelaksanaan perkuliahan luring juga menjadikan mahasiswa semakin jenuh dan resah berlama-lama dirumah. Terlebih untuk mahasiswa angkatan 2020 yang mayoritas masih belum bisa merasakan atmosfer perkuliahan secara langsung dan bertemu dengan teman-teman serombel. Mahasiswa baru sangat butuh bereksplorasi dan mengenal lebih jauh kondisi dan situasi lingkungan kampus yang sebenarnya.

Jika perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring, secara garis besar mahasiswa lebih mudah dalam memahami materi perkuliahan dan berdiskusi dengan baik karena dilakukan secara langsung atau tatap muka. Pelaksanaan perkuliahan luring banyak memerlukan persiapan dan perencanaan yang banyak dan matang, mulai dari menyediakan sarana dan prasarana protokol kesehatan, swab antigen hingga kepatuhan dan kesadaran menaati protokol kesehatan secara disiplin dan ketat. Hal ini bertujuan agar kampus tidak menjadi klaster baru penyebaran Pandemi Covid-19.

Perkuliahan daring selama masa pendemi Covid-19 banyak meninggalkan cerita dan kesan yang membawa suka dan duka bagi mahasiswa kurang lebih satu setengah tahun ini. Termasuk untuk mahasiswa angkatan 2020 yang mayoritas belum pernah merasakan atmosfer perkuliahan dan bertemu teman-teman serombel secara langsung. Hal ini disebabkan karena pandemi Covid-19 yang belum bisa terkendali secara keseluruhan. Pelaksanaan perkuliahan luring pada dasarnya membutuhkan persiapan dan perencanaan yang sangat matang demi mencegah agar kampus tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

SKRIPSI, DERITA MAHASISWA SEMESTER TUA

Oleh : Sudarto

Entah sudah berlangsung sejak kapan istilah skripsi yang menjadi derita bagi mahasiswa tingkat akhir muncul. Penulis sendiri sebagai seorang mahasiswa yang mulai memasuki tingkat akhir penasaran akan istilah tersebut. Apakah benar istilah itu benar adanya atau hanya sesuatu hal yang dibuat-buat oleh mahasiswa yang sebenarnya malas mengerjakannya? Tapi entahlah, sebelum menjajalnya sendiri kita tidak akan tahu persis apa yang dirasakan mereka (mahasiswa akhir).

Sebelum lebih jauh, skripsi merupakan tugas paling akhir yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjananya. Sama halnya dengan ujian nasional pada saat masih menjadi bangku sekolah. Namun, bedanya dengan ujian nasional adalah skripsi membutuhkan banyak hal dan harus dikerjakan dengan sebaik mungkin (jika ingin cepat selesai). Akan tetapi, namanya manusia kadang ada saja yang ketika tinggal sejengkal atau tinggal didepan mata selesai dan merasakan kedamaian tiba-tiba semua berubah ketika halangan dan rintangan datang menyerang (seperti negara api saja, haha). Pada akhirnya akan menyalahkan segalanya baik itu dosen yang sulit ditemui, banyaknya revisisan yang harus dibenarkan, ataupun terhalang oleh godaan untuk bekerja saja.

Banyak bukti sebenarnya dari testimoni para kating (kakak tinngkat) tentang lika liku mereka dalam mengerjakan skripsi. Ada yang dapat mengerjakan skripsi dengan cepat dan baik. Namun, tak sedikit juga dari mereka yang hingga kini masih belum menyelesaikannya. Ada yang beralasan dosennya kurang friendly, susah untuk ditemui, banyak revisiannya, dan masih banyak
lagi lainnya. Bahkan kenalan sendiri dari kampus sebelah (mungkin) malah ingin bekerja dulu dan meninggalkan skripsiannya dengan alasan belum mempunyai niat dan lelah menganggur. Jujur saja penulis merasa menyanyangkan keputusannya. Namun, memang banyak hal dibalik keputusannya itu.

Sebagai informasi atau sebagai bahan referensi menonton film diakhir minggu depan penulis menyarankan untuk menonton film dengan judul yang hampir sama dengan judul tulisan ini yaitu “ Skripsick: Derita Mahasiswa Abadi”, Dalam film ini diceritakan perjalanan mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi hingga mendapatkan julukan mahasiswa abadi (Sedih sih,). Sedikit sinopsisnya, “Ditengah-tengah kegembiraan mahasiswa yang merayakan kelulusannya. Chara (Karakter utama) hanya dapat memandang sedih dari kejauhan. Junior-juniornya yang pernah ia ospek 4 tahun lalu telah lulus semua sementara dirinya yang telah 8 tahun kuliah masih belum lulus juga. Akhirnya, dimulailah keseriusan Chara untuk dapat lulus tahun ini, Namun seperti halnya dengan film komedi lainnya banyak hal yang akan menanti Chara kedepannya.“

Dari dalam film tersebut banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Seperti, bagaimana kita harus dapat dengan sungguh-sungguh dalam belajar agar tidak mengulang di tahun depan ataupun bahkan hingga tertinggal tidak oleh teman seangkatan melainkan malah tertinggal oleh junior kita. Dan pada intinya itulah pesan yang juga ingin saya sampaikan disini. Betapa pentingnya dalam menjalankan segala sesuatu. Jika kita sudah memulai sesuatu maka sudah seharusnya juga kita untuk menyelesaikannya. Semoga kita dapat menyelesaiakan kuliah kita tepat waktu. Aamiin.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.