Trend Kata Gaul Kekinian

Oleh: Azkia Shofani Aulia

Zaman semakin berjalan akan terus berkembang. Ada hal lama yang hilang, ada pula hal baru yang muncul. Masyarakat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri dengan apa yang terjadi di kehidupan sekitar mereka. Di era yang serba modern ini, perkembangan terjadi pada bidang teknologi, ekonomi, pembangunan, dan bidang-bidang yang lain. Perkembangan demi perkembangan membuat hal-hal baru bermunculan. Mulai dari terciptanya mesin-mesin canggih yang dapat membantu manusia dalam berkerja, bahkan menggantikan manusia sebagai pekerja. Bagi orang awam, hal itu cukup sulit untuk dipahami, tetapi tidak untuk orang-orang yang memiliki tingkat kecerdasan tinggi. Orang awam lebih banyak menjadi konsumen, sedangkan orang-orang dengan kecerdasan tingginya dapat menciptakan hal yang dapat dikonsumsi orang awam.

Bukan hanya bidang teknologi yang mengalami perkembangan cukup heboh atau dikenal banyak orang. Hal ini dikarenakan perkembangan yang heboh juga terjadi pada bahasa. Bahasa yang digunakan sehari-hari bukan hanya diucapkan secara langsung melalui mulut ke mulut, namun juga lewat ketikan media sosial. Bidang per bidang saling mengait dalam perkembangannya. Meluasnya jaringan media sosial membuat bahasa dari berbagai daerah diketahui oleh masyarakat dari daerah lain. Entah dari kota ke kota bahkan hingga berbagai negara. Bahasa Indonesia dapat diketahui penduduk Rusia, begitu pula penduduk Indonesia dapat mengetahui Bahasa Rusia. Hal tersebut dengan cepat terjadi dan semakin lama dapat semakin meluas. Interaksi yang meluas, menuntut untuk memiliki pemahaman bahasa yang meluas juga.

Baca Juga:  NEGERI SEJUTA BENCANA

Bahasa-bahasa yang sering kali dikenal dengan bahasa gaul bermunculan dengan penyebaran melalui media sosial. Ada bahasa inggris yang disingkat, bahasa daerah yang digaulkan, bahkan istilah yang baru tercipta. Kebanyakan yang menggunakan bahasa tersebut adalah kalangan muda. Bukanhanya untuk dianggap gaul saja, namun tidak banyak juga yang menggunakan bahasa gaul tersebut untuk mempercepat sebuah komunikasi atau percakapan. Contohnya saja“otw” (on the way) yang dapat digunakan untuk memberitahu bahwa seseorang tersebut sedang dalam perjalanan dibanding harus mengetik atau berkata “sedang dalam perjalanan”.

Contoh bahasa gaul yang sedang banyak digunakan berasal dari bahasa negara lain saat ini adalah kata “hyung” untuk memanggil orang yang lebih tua atau kakak di mana diambil dari Bahasa Korea. Kemudian ada “asap” merupakan singkatan dari as soon as possible dalam Bahasa Indonesia berarti sesegera mungkin. Contoh lain yaitu “cmiiw” atau correct me if I’m wrong berarti tolong koreksi jika aku salah.

Contoh bahasa gaul dari Bahasa Indonesia sendiri yaitu kata “bund” dari kata “bunda”. Bunda adalah kata panggilan selain ibu. Namun saat ini kata tersebut sedikit dirumah menjadi bund yang banyak digunakan dan dianggap wajar untuk memanggil seorang wanita walaupun belum menjadi seorang ibu. Sebuah kalimat gaul yakni “si kecil aktif ya bund” mengandung kata “bund” juga. Bukan hanya digunakan untuk menanggapi tingkah anak kecil, namun juga tingkah remaja. Begitulah bahasa-bahasa gaul digunakan. Cukup banyak kata dan kalimat digunakan walaupun tidak pada orang yang tepat.

Baca Juga:  Petani dan Pandemi

Adanya perkembangan bahasa seperti yang telah dibahas di atas dengan kemunculan bahasa gaul, tentu menghadirkan dampak yang beragam. Adapun dampak positif yang didapatkan dari penggunaan bahasa gaul tersebut adalah kenyamanan dalam berkomunikasi dengan menimbang danmenentukan dengan benar siapa yang akan diajak berkomunikasi. Bahasa gaul bisa menunjukkan kedekatan dengan orang lain. Sedangkan contoh dampak negatifnya adalah banyaknya keragaman bahasa dapat menyebabkan bahasa daerah sopan dan nasional baku menjadi semakin tenggelam karena tertutupi bahasa gaul yang baru muncul. Tetapi pada intinya bahasa gaul tersebut tidak akan menjadi masalah jika digunakan di waktu, kondisi, dan kepada orang yang tepat. Bahasa daerah dan nasional akan tetap lestari jika karena bahasa gaul juga tidak dapat digunakan di waktu, kondisi, dan kepada orang yang tidak tepat. Misalnya antara murid dengan guru ketika proses belajar mengajar dan bos dengan karyawan ketika di kantor.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Related Posts

Latest Post