Islam: Perihal Mencintai bukan Menghakimi

Oleh: Fafi Masiroh

Salah satu anugerah yang harus selalu kita syukuri hingga saat ini yaitu karena Allah telah menjadikan kita sebagai umat muslim, yakni umat yang memeluk agama islam. Mungkin sejak kecil sebagian atau bahkan hampir dari kita memeluk agama islam karena alasan “mengikuti jalan orang tua”, tetapi sejatinya ketika kita sudah lebih besar kelak kita akan menyadari bahwa menjadi seorang muslim adalah sebuah jalan yang indah. Akan tetapi, masih menjadi sebuah keresahan ketika orang di luar yang cukup banyak menganggap agama islam sebagai agama yang keras, bahkan beberapa menganggap islam mengajarkan perbuatan yang bersifat radikal. Menyadur dari nu.online bahwa islam sebenarnya secara tidak langsung dijebak sebagai agama teroris, misalnya dalam kutipan Adian Husaini (2004) yang menganalisis pendapat Samuel P. Huntington dalam bukunya yang berjudul “Who Are We?:The Challenges to America’s National Identity” pada tahun 2004. Huntington menuliskan Islam sebagai musuh utama Barat pasca Perang Dingin dengan bahasa yang lugas. Disebutkan juga dalam buku Muslim Society karya Ernest Gelner (1981) bahwa komunitas Muslim dipahami sebagai sumber pemikiran dan gerakan radikal, sedangkan anggapan tersebut sebenarnya cara  bagi komunitas Muslim  tertentu dalam mengembangkan nilai-nilai keyakinan akibat desakan penguasa, kolonialisme maupun westernisasi. Hal tersebut yang mendorong persepsi terhadap islam mengerucut terlihat buruk dan kemudian menimbulkan kerugian besar bagi keseluruhan umat islam.

Baca Juga:  Hari Pertama Kuliah

Keadaan yang sedemikian seharusnya tidak boleh dibiarkan untuk terus berkelajutan. Agama islam yang disampaikan oleh Rasulullah SAW pertama kali merupakan rahmat bagi seluruh alam. Kehadiran islam di tengah masyarakat saat masa Rasulullah SAW mendatangkan beribu kebaikan. Oleh karena itu, alangkah baiknya kita untuk melanjutkan langkah Rasulullah SAW. Menyampaikan islam dengan bahasa yang santun, sikap yang sopan dan selalu mendatangkan kegembiraan. Agama islam bukan hanya sekedar perihal hukum-hukum agama terkait halal atau haram, yang pada akhirnya menuju jalan yang terkesan menghakimi. Misalnya saja, masih bisa ditemui beberapa orang yang menganggap dirinya sebagai “ustadz” kemudian dengan sesukanya mengharamkan seseorang berbuat sesuatu yang dianggap tidak sesuai dengan syariah islam. Hingga kemudian dia menjudge seseorang ataupun kelompok berbuat bid’ah, kelak akan masuk neraka dan ancaman sebagainya yang menghadirkan islam sebagai agama yang keras dan menakutkan.

Agama islam sejatinya agama yang mendatangkan kegembiraan dan sama sekali tidak menyusahkan. Allah memperbolehkan bagi orang yang sedang kelaparan untuk memakan daging babi ketika sudah tidak ditemukan lagi makanan sebagai usaha mempertahankan hidup. Allah memberikan kemudahan bagi orang sakit untuk salat dengan duduk jika tidak mampu berdiri, bahkan Allah memperbolehkan tayamum ketika tidak ditemukan lagi air untuk berwudhu saat akan sholat. Agama islam sangat luas, tidak hanya mengenai halal-haram tetapi meliputi seluruh aspek kehidupan. Allah menciptakan bumi tidak hanya sebagai tempat tinggal bagi umat islam, tetapi mereka umat non-islam pun leluasa untuk tinggal dan menikmati hidupnya di bumi. Sungguh betapa besar kasih sayang Allah, sehingga alangkah baiknya kita sebagai hamba Allah untuk saling mencintai dan mengasihi, bukan menghakimi.

Baca Juga:  Urip Iku Urup

Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menyampaikan kebaikan islam dengan ma’ruf dan kegembiraan. Begitupun dalam melarang sesuatu yang bertentangan ajaran islam kepada lainnya dengan ma’ruf, tanpa ada paksaan, ancaman pun menghakimi.

Sumber:

Saifuddin,Ahmad. 2020. Islam, Radikalisme, dan Terorisme. https://www.nu.or.id/post/read/64719/islam-radikalisme-dan-terorisme diakses pada 11 Juli 2021.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Related Posts

Latest Post