almuhtada.org – Kita pasti tidak asing yang namanya ghibah. Siapa sih yang tidak tahu? Siapa sangka ternyata ghibah itu sangat menguras pahala kita.
Secara bahasa ghibah berasal dari bahasa arab ghaaba – yaghiibu – ghaibatan yang artinya sesuatu yang terhalang dari pandangan (ghaib). Secara istilah ghibah adalah membicarakan kejelekan atau bahkan aib orang lain ketika orang yang dibicarakan tidak berada di tempat.
Orang yang melakukan ghibah berarti dia telah merendahkan diri sendiri. Seperti yang telah dijelaskan Allah SWT. Dalam firman-nya surat Al-Hujurat ayat 12:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِّنَ الظَّنِّۖ اِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ اِثْمٌ وَّلَا تَجَسَّسُوْا وَلَا يَغْتَبْ بَّعْضُكُمْ بَعْضًاۗ اَيُحِبُّ اَحَدُكُمْ اَنْ يَّأْكُلَ لَحْمَ اَخِيْهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوْهُۗ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ تَوَّابٌ رَّحِيْمٌ ١٢
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak prasangka! Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa. Janganlah mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Bertakwalah kepada Allah! Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang.”
Jadi, dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa orang yang melakukan ghibah diumpamakan dengan orang yang memakan bangkai saudaranya sendiri, saking hinanya.
Allah pun berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 11:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّنْ قَوْمٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُوْنُوْا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاۤءٌ مِّنْ نِّسَاۤءٍ عَسٰٓى اَنْ يَّكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّۚ وَلَا تَلْمِزُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوْا بِالْاَلْقَابِۗ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوْقُ بَعْدَ الْاِيْمَانِۚ وَمَنْ لَّمْ يَتُبْ فَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الظّٰلِمُوْنَ ١١
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain (karena) boleh jadi mereka (yang diolok-olokkan itu) lebih baik daripada mereka (yang mengolok-olok) dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain (karena) boleh jadi perempuan (yang diolok-olok itu) lebih baik daripada perempuan (yang mengolok-olok). Janganlah kamu saling mencela dan saling memanggil dengan julukan yang buruk. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) fasik setelah beriman. Siapa yang tidak bertobat, mereka itulah orang-orang zalim.”
Marilah kita menjauhi perbuatan ghibah, karena belum tentu kita lebih baik dari orang yang digunjing, bahkan mungkin saja kita lebih buruk daripada mereka. Oleh sebab itu janganlah nanti sampai termakan omongan sendiri.
Kemudian jika kita membicarakan kekurangan dan keburukan seseorang tapi ternyata hal tersebut memang benar-benar kenyataannya bagaimana?
Dalam hadis telah dijelaskan dari abu Hurairah r.a Rasulullah Saw. Bersabda :
اَتَدْرُوْنَ مَالغِيْبَةُ قَلُوْا الله وَ رَسُوْلُهُ اَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ اَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ قِيْلَ اَفَرَاَيْتَ اِنْ كَانَ فِيْ اَخِيْ مَا اَقُوْلُ قَالَ اِنْ كَانَ فِيْهِ مَا تَقُوْلُ فَقَدْ اَغْتَبْتَهُ وَ اِنْ لَمْ يَكُنْ فِيْهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
Artinya : “Tahukah kamu apakah ghibah itu ?” Sahabat menjawab : “Allah dan rasulnya lebih mengetahui.” Rasul bersabda : “ kamu menyebut nyebut sesuatu yang dia benci.” Beliau ditanya : “ bagaimana kalau saudaraku melakukan apa yang kukatakan ?” beliau menjawab “ kalau dia melakukan seperti apa yang kamu katakan , berarti kamu telah menggibahnya. Sebaliknya, kalau dia tidak melakukan apa yang kamu katakan, maka kamu telah memfitnahnya”. ( HR. Muslim )
Jadi pada intinya keduanya adalah suatu perbuatan dosa, jika membicarakan orang lain dan memang fakta maka ia termasuk ghibah dan itu akan memakan dan menghabiskan kebaikan dan pahala yang kita miliki karena diberikan kepada orang yang dighibahin.
Dan jika membicarakan orang lain tanpa adanya kebenaran atau mengada Ngada, maka ia sungguh termasuk dalam kategori fitnah, dan fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan, karena menyakiti hati orang secara perlahan.
Oleh sebab itu marilah kita perbaiki diri kita terlebih dahulu sebelum menilai orang lain, jika kita tidak suka terhadap seseorang janganlah mengajak orang lain untuk tidak suka terhadap seseorang itu. Dan kita juga harus ingat bahwa manusia itu tidak sempurna pasti memiliki kesalah dan mungkin kita ternyata lebih buruk dari seseorang yang tidak kita sukai. [Nabila Putri]
Editor: Syukron Ma’mun