Almuhtada.org – Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang artinya:
“Perumpamaan kaum mukmin dalam saling cinta, saling mengasihani, dan belas kasih mereka bagaikan satu jasad. Apabila satu anggotanya sakit maka seluruh tubuh akan merasakan tidak bisa tidur dan demam.” (HR Muslim)
Muslim adalah satu kesatuan, umat yang kuat dan ridhoi Allah diantara umat-umat lainnya. Ketika ada muslim yang kesusahan maka muslim yang lain pun akan merasakan hal yang sama.
Seperti perkataan nabi di atas, jika diantara umat muslim ada yang sakit, menderita dan mengalami kedzhaliman sudah seharusnya seorang muslim yang lain empati dan merasakan kesedihan yang sama. Kemudian mencari solusi atas keadaan tersebut dan saling tolong menolong dalam kebaikan.
Sabda nabi tersebut sangat relevan dengan kondisi umat muslim di akhir zaman ini, banyak diantara umat muslim yang mengalami penindasan dan ketidakadilan tetapi muslim yang lain hanya mampu melihat tanpa banyak membantu.
Contoh nyata yang sekarang terjadi adalah penjajahan dan genosida terhadap bangsa Palestina. Salah satu negara di Timur Tengah yang masih mengalami penjajahan di abad modern ini hanya Palestina.
Mengapa demikian? Padahal kita tahu bahwa ada banyak negara muslim yang sebenarnya mampu untuk membantu Palestina dalam mencapai kemerdekaannya.
Tetapi, selama dunia ini bekerja dibawah kekuasaan orang-orang yang dzhalim sudah pasti kebenaran dan keadilan hanya sebuah fatamorgana. Sungguh miris! Dan lihatlah lebih dari dua miliyar muslim di dunia tidak bisa membantu dua juta muslim di Gaza.
Tidak mampu membantu secara nyata menghentikan genosida dan penjajahan padahal sudah jelas mereka melakukan kejahatan paling besar dalam sejarah manusia di abad modern ini. Sebenarnya tidak hanya Palestina, banyak bangsa dan negara muslim yang menjadi target fitnah, kebencian dan kejelekkan.
Semua itu dilakukan oleh bangsa yang katanya paling mengerti HAM, Mereka sering kali menggunakan politik adu domba dan propaganda agar umat muslim terpecah belah sehingga mudah untuk dikalahkan.
Maka penting bagi umat muslim untuk lebih bersatu lagi dan membuat benteng yang kuat dalam melawan musuh-musuh. Kemudian setelah bersatu dalam satu tujuan kebaikan hendaknya muslim melakukannya dalam aksi nyata buka hanya angan semata.
Karena diamnya seorang muslim ketika ada saudara muslim lainnya yang terluka maka itu adalah bentuk kejahatan. Dalam hal ini, kondisi kemanusiaan yang sudah darurat di Palestina sudah seharusnya membuat umat muslim bangun dan bahu membahu membantu muslim di Palestina.
Muslim yang berdaya, kaya dan memiliki jabatan bisa membantu Palestina dengan ketiga hal tersebut. Lalu bagaimana dengan muslim biasa yang tidak memiliki salah satu dianatara ketiganya? Berikut adalah hal-hal kecil yang bisa kita semua lakukan demi membantu Palestina menurut Dr. Yasir Qadhi :
- Doa dan Dzikir
Perasaan kuat umat muslim terletak pada doa dan dzikirnya, Insyaa Allah dengan Doa dan Dzikir ini akan membantu saudara muslim Palestina lebih kuat dalam mengahadapi berbagai ujian dan cobaan.
Doa dan dzikir juga merupakan bentuk kekuatan moral yang kita berikan walaupun tidak terlihat, tapi getaran dan dampaknya bisa dirasakan.
- Pelajari Sejarah dan Realita Politik Palestina
Jangan pernah bosan untuk mempelajari sejarah umat muslim, selalu ingat bahwa Islam berdiri karena umatnya yang kuat dan besatu padu dalam menjaga tauhid dan ukhuwah. Bersikaplah bijak dan berani dalam menghadapi fitnah serta propaganda dari orang-orang barat dan zionis.
- Jangan Hanya Duduk dan Diam
Setelah mengatahui keberanan jangan hanya diam dan menonton, bantulah dengan menyairkan kebenaran tersebut lebih masif lagi. Gunakan teknologi dan pengetahuan yang dimiliki untuk mengahancurkan segala sekat-sekat kebohongan para zionis.
- Boykot Mereka yang Secara Terang-terangan Membela Zionis
Boykot dalam pandangan beberapa orang memang bisa membuat ekonomi di negara sendiri mati. Memang ada pergolakkan nurani dan hitungan bisnis yang menjadi kendala tetapi situasi kemanusiaan yang terjadi sekarang lebih penting dari apapun. [] Andhika Putri Maulani
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah
