Almuhtada.org – Wahai para muslim muslimah, sebelum kita mengetahui kedahsyatan mengenai Q.S Maryam ayat 30-35 yang dapat memberikan energi bagi seorang yang sedang berjuang melawan kemustahilan, mari bersama bacalah ayat tersebut.
قَالَ إِنِّى عَبْدُ ٱللَّهِ ءَاتَىٰنِىَ ٱلْكِتَـٰبَ وَجَعَلَنِى نَبِيًّۭا وَبَرًّۢا بِوَٰلِدَتِى وَلَمْ يَجْعَلْنِى جَبَّارًۭا شَقِيًّۭا وَٱلسَّلَـٰمُ عَلَىَّ يَوْمَ وُلِدتُّ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّۭا ذَٰلِكَ عِيسَى ٱبْنُ مَرْيَمَ ۚ قَوْلَ ٱلْحَقِّ ٱلَّذِى فِيهِ يَمْتَرُونَ مَا كَانَ لِلَّهِ أَن يَتَّخِذَ مِن وَلَدٍۢ ۖ سُبْحَـٰنَهُۥٓ ۚ إِذَا قَضَىٰٓ أَمْرًۭا فَإِنَّمَا يَقُولُ لَهُۥ كُن فَيَكُونُ
Artinya: Dia (Isa) berkata, “Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku, dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).” Itulah (hakikat) Isa putra Maryam, perkataan benar yang mereka ragukan.[Q.S Maryam: 30-35]
Ketika hidup menghadapkan kita pada tantangan yang tampaknya mustahil, inspirasi bisa datang dari mana saja. Namun, tidak ada yang lebih dahsyat daripada kisah dalam Q.S Maryam ayat 30-35, yang mengajarkan kekuatan iman, keberanian, dan kebijaksanaan.
Ayat-ayat ini mengisahkan momen penuh keajaiban ketika Nabi Isa AS berbicara sejak masih bayi, suatu peristiwa luar biasa yang seakan dapat memberi energi bagi siapa pun yang tengah berjuang melawan kemustahilan, bahwa apapun itu bisa saja terjadi asal atas izin Allah SWT.
Pada ayat 30 yang artinya “Sesungguhnya aku ini hamba Allah, Dia memberiku kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi” (Q.S Maryam: 30). Ayat ini mengingatkan kita bahwa bahkan dalam kondisi yang paling tidak terduga, Allah memiliki rencana yang sempurna.
Nabi Isa AS, seorang bayi, berbicara untuk membela kesucian ibunya, yaitu Maryam. Dalam situasi yang tampaknya tak mungkin seperti “seorang bayi membela kebenaran” ada pesan tersirat bahwa kekuatan Allah melampaui batas logika manusia.
Ketika seseorang menghadapi ketidakmungkinan, ayat ini seolah berbisik lembut bahwa manusia hanya perlu bersandar kepada Allah. Keyakinan bahwa setiap takdir memiliki makna adalah energi yang dapat mendorong seseorang untuk terus melangkah, bahkan di tengah badai keraguan.
Kemudian pada ayat 31 yang artinya “Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada” (Q.S Maryam: 31). Ayat ini menjelaskan bahwa keberkahan adalah hadiah dari Allah yang tidak terikat oleh ruang dan waktu.
Kisah Nabi Isa AS menunjukkan bahwa keberkahan akan selalu menyertai mereka yang beriman, bahkan dalam kondisi yang penuh tantangan. Bagi seseorang yang sedang berjuang melawan kemustahilan, ayat ini dapat memberikan semangat untuk terus percaya bahwa setiap langkah yang diambil dengan niat yang baik akan menghasilkan kebaikan, meski hasilnya tidak selalu terlihat secara langsung.
Adapun pada ayat 32-34 menggambarkan bagaimana Nabi Isa AS menegaskan perannya sebagai nabi dan menyampaikan misi ilahi, meski dalam kondisi yang sulit. Ketika ibunya yaitu Maryam menghadapi tuduhan dari kaumnya, keberanian Isa AS sebagai seorang bayi menjadi bukti bahwa Allah selalu memberikan solusi, meski dari arah yang tak terduga.
Kemudian pada ayat 35 menutup kisah dengan penegasan keesaan Allah. Peristiwa luar biasa ini bukan hanya keajaiban semata, tetapi tanda kekuasaan-Nya. Keajaiban ini seolah menegaskan bahwa bagi Allah, tidak ada yang mustahil.
Ketika kita berjuang melawan kemustahilan, pesan dari Q.S Maryam ayat 30-35 menjadi energi yang menguatkan iman kita. Apa pun tantangan yang dihadapi, kita diajak untuk terus percaya bahwa Allah selalu memiliki rencana yang terbaik.
Melalui kisah ini, umat Islam diajarkan untuk tidak menyerah di hadapan kesulitan. Dalam setiap kemustahilan, ada kesempatan untuk menyaksikan tanda kebesaran Allah.
Maka, mari jadikan ayat-ayat ini sebagai lentera yang menyinari langkah kita dalam menghadapi apa pun yang tampak mustahil. Dengan iman, usaha, dan doa, tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Wallahu a’lam. [] Aisyatul Latifah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah