Almuhtada.org – Sahabat sekalian, Al-Qur’an merupakan salah satu firman Allah yang diturunkan langsung kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril.
Turunya Al-Qur’an kepada umat manusia terjadi secara beragsur-angsur (mutawattir) selama 22 tahun 2 bulan 2 hari lho, tapi ada sebagian ulama yang berpendapat bahwa Al-Qur’an diturunkan selama 23 tahun. Kajian yang menarik bukan?
Sebagai firman Allah Al-Qur’an banyak sekali memiliki keistimewaan. Tidak ada satupun kesalahan dalam redaksi dan keaslianya pun terjaga sampai sekarang. Karena memang sudah dijaga dan dijamin oleh Allah SWT sebagaimana dalam Firman Nya:
“Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Al-Qur’an dan pasti Kami (pula) yang memeliharanya” (QS. Al-Hijr:9).
Sahabat sekalian, fakta menarik lainya dari Al-Qur’an yaitu tentang kodifikasi atau proses pembukuaanya. Jadi, ketika Al-Qur’an turun kepada Nabi Muhammad SAW bentuknya bukan langsung seperti mushaf atau Al-Qur’an yang banyak kita temui sekarang yah, pembukuanya bisa dikatakan membutuhkan waktu dan proses yang panjang, bahkan sampai akhir kekhalifahan dari 4 khalifah.
Mau tau lebih dalam tentang sejarah perkembangan kondifikasi mushaf AL-Qur’an dari masa ke masa, yuk simak tulisan dibawah ini:
- Zaman Rasulullah SAW
Pada masa Nabi pengumpulan ayat-ayat Al-Qur’an dilakukan dengan dua cara yaitu melalui metode hafalan atau dikumpulkan dalam hati (al-jam’u fis-sudur) dan juga metode pengumpulan di media-media tertentu (al-jam’u fis sutur).
Metode yang pertama para sahabat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an yang telah disampaikan oleh Nabi dengan cara menghafalkan ayat per ayat agar keautentikanya terjaga.
Sedangkan metode yang kedua biasanya para sahabat menuliskan ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan oleh Rasulullah di media-media tertentu, seperti pelepah kurma, tulang hewan, batu, kulit hewan dan lain sebagainya.
Di masa Rasulullah penulisan Al-Qur’an belum sepenuhnya berurutan sesuai dengan urutan ayat ataupun surah, tetapi Rasulullah SAW sudah memberikan arahan kepada para penulis tentang tata letak tiap-tiap ayat Al-Qur’an sesuai dengan urutan turunya
- Zaman Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq
Pengumpulan naskah Al Qur’an pada masa khalifah Abu Bakar dilatar belakangi oleh banyaknya sahabat penghafal Al-Qur’an yang syahid di medan Perang Yamamah.
Melihat hal ini Abu Bakar kemudian mengusulkan untuk mengadakan program pengumpulan naskah Al-Qur’an, meskipun sebelumnya juga telah diusulkan oleh khalifah Umar namun belum disetujui oleh Abu Bakar.
Abu bakar kemudian menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai penanggung jawab untuk mengumpulkan, memeriksa dan meneliti naskah-naskah yang telah dikumpulkan dan dijilid dalam satu volume besar (master volume). Setelah satu jilid volume besar ini jadi, naskah kemudian di simpan oleh Khalifah Umar bin Kattab.
- Zaman Khalifah Umar bin Khattab
Ketika khalifah Abu Bakar wafat, estafet pengumpulan dan penyimpanan naskah Al-Qur’an diteruskan kepada Khalifah Umar. Selain itu, Khlaifah Umar juga mengirimkan beberapa sahabat penghafal Al-Qur’an yang kredibel di beberapa wilayah Islam yang baru dikuasai. Hal ini sebagai tujuan agar ayat-ayat Al-Qur’an semakin tersebar luas.
Setelah Umar bin Khattab wafat, master Al-Qur’an ini disimpen oleh putri beliau yakni Hafsah binti Umar yang juga sebagai istri dari Rasulullah SAW.
- Zaman Utsman bin Affan
Ketika pada masa kekhalifahan Utsman banyak terjadi perselisihan antara umat Islam dari bangsa non Arab yang mempersalahkan dialek yang berbeda-beda ketika membaca Al-Qur’an.
Melihat hal inilah, Utsman kemudian berinisiatif meminta master volume Al-Qur’an kepada Hafsah agar bisa disalain oleh tim yang telah dibentuk Utsman untuk melakukan pengumpulan dan penyusunan naskah Al-Qur’an.
Untuk mnghindari perselisihan dan perbedaan ketika membaca Al-Qur’an dengan dialeg yang berbeda, Utsman berpesan ketika dalam proses kodifikasi dan penyusunan mushaf Al-Qur’an maka bisa mengacu pada dialek suku Quraisy, dimana Al-Qur’an diturunkan.
Pada masa ini Utsman berhasil menyusunan enam mushaf Al-Qur’an atau yang sering kita sebut dengan mushaf Utsmani dan penulisanya mengacu pada rasm al-anbat yang tanpa harakat. Mushaf-musha ini kemudian dikirimkan dibeberapa daerah yaitu: Kufah, Basrah, Mesir, Syam dan Yaman serta Madinah.
- Masa Khalifah Ali bin Abi Thalib.
Di masa khalifah Ali, perkembangan mushaf Al-Qur’an mengalami peningkatan yang cukup signifikan, yakni telah ditetapkanya tanda baca atau harakat agar memudah para membaca membedakaan huruf-huruf dalam mushaf Al-Qur’an.
Demikian iniliah sejarah kodifikasi mushaf Al-Qur’an dari masa Rasulullah hingga para sahabat. Semoga bermanfaat. [] Ridwan
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah