Almuhtada.org – Allah telah memberikan beribu-ribu nikmat, rezeki, dan kebaikan bagi seluruh makhluk-Nya di muka bumi. Hal ini tercermin dalam asmaul husna yang dimiliki Allah yakni Ar-Rahman dan Ar-Rahim, keduanya memiliki arti Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Ar-Rahman merupakan kasih sayang yang Allah berikan bagi seluruh umat manusia dan makhluk hidup lainnya. Sementara Ar-Rahim merupakan kasih sayang Allah yang hanya diperuntukkan bagi hambanya yang beriman, kasih sayang ini berupa iman, keyakinan, ketauhidan, dan hal lainnya yang tidak didapat oleh orang selain mukmin.
Kita bisa merasakan kasih sayang Allah SWT dari hal yang terkecil hingga yang paling besar. Kebaikan sekecil apapun yang kita lakukan Allah akan menilainya sebagai pahala yang berlipat dan bila ada keburukan sebesar apapun yang kita perbuat Allah akan membukakan pintu taubat.
Mari kita simak makna sebuah hadis yang bersumber dari Kitab Arba’in An-Nawawi berikut ini untuk melihat bagaimana Allah memiliki kasih sayang yang luas bagi hamba-hambanya.
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ -فِيْمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى-، قَالَ: «إِنَّ اللهَ كَتَبَ الحَسَنَاتِ وَالسَّيئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ.
وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً» رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ فِي صَحِيْحَيْهِمَا بِهَذِهِ الحُرُوْفِ
Terjemah: Dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana dia riwayatkan dari Rabbnya Yang Maha Suci dan Maha Tinggi: Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan dan keburukan, kemudian menjelaskan hal tersebut: Siapa yang ingin melaksanakan kebaikan kemudian dia tidak mengamalkannya, maka dicatat disisi-Nya sebagai satu kebaikan penuh.
Dan jika dia berniat melakukannya dan kemudian melaksanakannya maka Allah akan mencatatnya sebagai sepuluh kebaikan hingga tujuh ratus kali lipat bahkan hingga kelipatan yang banyak. Dan jika dia berniat melaksanakan keburukan kemudian dia tidak melaksanakannya maka baginya satu kebaikan penuh, sedangkan jika dia berniat kemudian dia melaksanakannya Allah mencatatnya sebagai satu keburukan. (HR. Bukhari dan Muslim)
Beberpa poin penting yang bisa kita ambil dari hadits ke-37 dalam kitab Arba’in An-Nawawi ini diantaranya:
- Kasih sayang dan ampunan Allah sangat luas
Dilihat dari maknanya Allah akan memberikan satu kebaikan penuh bagi orang orang yang memiliki niat baik tetapi belum terlaksana.
Selain itu, Allah akan menilai niat keburukan yang tidak jadi dilaksanakan akan dinilai dengan satu kebaikan penuh. Padahal bila kita lihat niatnya saja sudah berbeda tetapi disini Allah menunjukkan sifat kasih sayangnya untuk memotivasi kita agar senantiasa menghindari tindakan keburukan.
- Menata niat
Allah ingin mengajarkan kepada hambanya untuk selalu menata niat dalam hati. Segala perilaku muncul karena adanya niat, dan niat ini perlu ditata karena niat yang baik akan menuntun kita pada banyak kebaikan terutama ridhonya Allah. Sedangkan, niat yang buruk bisa mendorong pada perbuatan buruk dan mendatangkan murkanya Allah.
- Pahala yang berlipat
Semakin banyak kebaikan yang dilakukan maka semakin besar ganjaran dan pahala yang didapatkan. Maka berlomba-lombalah dalam kebaikan!
- Berhati-hati dengan keburukan
Meskipun Allah dalam hadis menyebutkan satu niat buruk yang telah dilakukan dinilai dengan satu keburukan, bukan berarti kita bisa bebas menyepelakan perilaku buruk dengan menganggap enteng.
Justru dengan kebaikan dan kasih sayang Allah itulah seahrusnya kita berhati-hati dalam mengambil langkah.
Oleh karena itu, sebagai muslim hendaknya kita menjaga segala aspek yang kita perbuat. Allah itu Maha Penyayang dan dengan kasih sayang-Nya itulah kita menjadi manusia yang lebih bijak dan penuh kehati-hatian. [] Andhika Putri Maulani
Editor: Mohammd Rizal Ardiansyah