Almuhtada.org – Kisah ikan sebelah Nabi Musa as sudah tertulis di dalam alquran surah Al-kahfi ayat 60-80. Dikisahkan, Nabi Musa as pada saat itu sedang menyampaikan dakwah kepada para kaumnya.
Ada seorang pemuda bertanya “Wahai Nabi Musa!! Diantara semua manusia di bumi ini, siapakah orang yang paling pandai?”. Dengan sombongnya, Nabi Musa as menjawab “Pastilah aku orangnya! ”. Jawaban tersebut menunjukkan ada kesombongan di diri manusia yang seakan akan melupakan kehadiran sang Pencipta.
Dari peristiwa tersebut, Allah SWT menegur Nabi Musa as bahwa ada seseorang yang lebih pandai dan berilmu darinya. Lalu Allah SWT mengutus Nabi Musa as untuk berguru dan belajar padanya.
Karena penasaran, Nabi Musa as menyetujui perintah tersebut. Beliau yang dimaksud adalah Nabi Khidir as yang terkenal sebagai sang nabi misterius. Allah SWT kemudian memerintahkan Nabi Musa as untuk membawa seekor ikan sebagai bekal perjalanannya.
“Ya Tuhanku, bagaimana saya dapat menemukannya?” Allah berfirman, “Bawalah seekor ikan dan masukkan pada sebuah kampil, manakala ikan itu hilang, di situlah tempatnya.” (Hadist Riwayat al-Bukhari dari Ubay bin Ka’ab).
Keesokannya, Nabi Musa ditemani oleh muridnya bernama Yusya ibn Nun memulai pencariannya. Ditengah perjalanan mereka istirahat sejenak untuk memakan sebagian ikan. Karena kelelahan, Nabi Musa dan Yusya ibn Nun tertidur disamping batu yang besar.
Ketika mereka tertidur, atas kuasa Allah SWT ikan tersebut dihidupkan kembali dan melompat-lompat ke laut. Mereka terbangun dan melanjutkan perjalanan pencariannya kembali.
Beberapa waktu kemudian, karena kelaparan kembali Nabi Musa as mengambil ikan yang dibawanya. Ternyata ikan tersebut sudah menghilang. Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
فَلَمَّا بَلَغَا مَجْمَعَ بَيْنِهِمَا نَسِيَا حُوْتَهُمَا فَا تَّخَذَ سَبِيْلَهٗ فِى الْبَحْرِ سَرَبًا
Yang artinya :“Maka ketika mereka sampai ke pertemuan dua laut itu, mereka lupa ikannya, lalu (ikan) itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.”
Nabi Musa teringat akan pesan bahwa mereka akan dipertemukan di pertemuan dua lautan. Tempat yang dijadikan sebagai peristirahatan tadi adalah pertemuan dua lautan yang dimaksud.
Akhirnya Nabi Musa as dan Yusya ibn Nun pun memutuskan untuk kembali ke tempat sebelumnya. Sesampainya disana, mereka bertemu dengan kehadiran sosok pemuda.
Nabi Musa as bertanya “siapakah engkau wahai pemuda? Apakah engkau yang dimaksud Allah SWT sebagai orang yang lebih pandai dariku?”. Sosok tersebut menjawab “Aku adalah Nabi Khidir as yang diutus Allah SWT untuk menemui”. Dalam alquran surah Al-Kahfi ayat 66 diterangkan :
قَا لَ لَهٗ مُوْسٰى هَلْ اَتَّبِعُكَ عَلٰۤى اَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Yang artinya : “Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?”
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman kembali dalam QS. Al-Kahfi ayat 67 :
قَا لَ اِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيْعَ مَعِيَ صَبْرًا
Yang artinya : “Dia menjawab, “Sungguh, engkau tidak akan sanggup sabar bersamaku.”
Akhirnya Nabi Musa as berguru dan menjadi murid Nabi Khidir as untuk belajar banyak hal kebaikan. Begitulah kisah dari ikan sebelah Nabi Musa as atau yang dikenal dengan flatfish.
Melalui kisah tersebut kita diajarkan bahwa kuasa Allah untuk menghidupkan dan mematikan benar adanya. Sampai sekarang ikan tersebut masih hidup dan halal untuk dikonsumsi karena mengandung protein yang tinggi.
Ikan tersebut seperti ikan pada umumnya, namun bentuknya lebih pipih dan kedua matanya berdampingan selayaknya manusia. [] Neha Puspita Arum
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah