almuhtada.org – Nabi Ayub AS adalah salah satu nabi yang terkenal karena kesabaran dan ketabahannya dalam menghadapi ujian berat dari Allah SWT. Kisah hidup beliau menjadi inspirasi bagi umat manusia tentang bagaimana tetap bersyukur dan berserah diri kepada Allah, meskipun dalam keadaan yang sangat sulit.
Nabi Ayub AS adalah seorang nabi yang sangat kaya raya. Allah SWT memberinya berbagai kenikmatan berupa harta melimpah, keluarga yang besar, dan kesehatan yang prima. Beliau memiliki ladang yang subur, ternak yang banyak, dan pelayan-pelayan yang setia. Di tengah segala kemewahan itu, Nabi Ayub tidak pernah sombong. Beliau selalu bersyukur kepada Allah dan dikenal sebagai orang yang dermawan serta peduli kepada sesama.
Namun, Allah SWT hendak menguji keimanan Nabi Ayub untuk menunjukkan bahwa kekayaan duniawi tidak akan menggoyahkan keimanannya.
Allah SWT kemudian mengizinkan Iblis untuk menguji Nabi Ayub. Ujian itu dimulai dengan kehilangan seluruh harta benda beliau. Ladang-ladang terbakar, ternak mati, dan semua pelayan meninggal dunia. Namun, Nabi Ayub tetap bersabar dan berkata, “Allah yang memberi, dan Allah pula yang mengambil. Segala puji bagi-Nya.”
Tidak berhenti di situ, Nabi Ayub juga kehilangan seluruh anak-anaknya dalam sebuah bencana. Meski hati beliau hancur, beliau tetap berserah diri kepada Allah dan terus beribadah tanpa henti.
Kemudian, ujian yang paling berat datang berupa penyakit kulit yang parah. Penyakit itu membuat tubuh Nabi Ayub lemah, sehingga beliau tidak lagi bisa bekerja seperti biasa. Masyarakat menjauhinya karena takut tertular, dan Nabi Ayub harus tinggal di sebuah tempat terpencil bersama istrinya, Rahmah.
Istri Nabi Ayub, Rahmah, adalah contoh kesetiaan dan ketulusan seorang istri. Ketika semua orang meninggalkan Nabi Ayub, Rahmah tetap berada di sisinya. Beliau merawat suaminya dengan penuh cinta dan kesabaran. Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, Rahmah bekerja keras menjadi buruh di desa. Namun, Rahmah tidak pernah mengeluh.
Di tengah ujian ini, Iblis terus menggoda Nabi Ayub dan istrinya agar berputus asa kepada Allah. Namun, Nabi Ayub selalu mengingatkan Rahmah untuk tetap bersabar dan yakin bahwa Allah tidak akan meninggalkan mereka.
Setelah bertahun-tahun hidup dalam ujian berat, Nabi Ayub akhirnya memanjatkan doa yang penuh kerendahan hati kepada Allah:
“Ya Tuhanku, sungguh aku telah ditimpa penyakit, dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” (QS Al-Anbiya: 83)
Doa Nabi Ayub tidak berisi keluhan atau protes, melainkan hanya pengakuan bahwa dirinya lemah dan membutuhkan pertolongan Allah. Karena kesabaran dan keikhlasannya, Allah SWT akhirnya mengabulkan doanya. Nabi Ayub diperintahkan untuk menghentakkan kakinya ke tanah, dan dari tempat itu memancar mata air yang sejuk. Nabi Ayub diminta mandi dan meminum air tersebut. Dengan izin Allah, penyakitnya sembuh total, dan tubuhnya kembali sehat seperti semula.
Allah SWT juga mengembalikan semua kenikmatan yang pernah hilang. Ladang-ladang kembali subur, ternak berkembang biak, dan Nabi Ayub dikaruniai anak-anak yang baru sebagai pengganti anak-anaknya yang telah tiada.
Kisah Nabi Ayub AS mengingatkan kita bahwa di balik kesulitan selalu ada kemudahan, dan Allah tidak akan pernah meninggalkan hamba-Nya yang sabar dan ikhlas. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. [Nailatuz Zahro]
Editor: Syukron Ma’mun