Sekian banyak kisah penuh makna, apakah kisah kita masih ada maknanya?

(pinterest.com - almuhtada.org)

Almutada.org –Banyak sekali kisah kisah nyata yang kadang membuat kita terheran mengapa hal itu bisa terjadi, apa yang kita rasakan ini adalah suatu hal yang belum pernah kita rasakan. Perjalanan itu ada banyak macamnya. Setiap manusia pasti punya kisah mereka masing-masing, tapi bagaimana dengan kisah sebagai sudut pandang aku , seberapa menderita aku di dunia ? Kehidupan yang penuh rintangan atau penuh kenikmatan yang sedang aku jalani ? Coba bandingkan dengan orang lain, tapi jika aku membandingkan dengan orang lain hanyalah bisa membuat aku frustasi, tidak semangat dan ingin mengangkat tangan, seakan mustahil bagiku seperti mereka, meski aku sudah mengambil apa yang baik baginya dan bagiku. Apa yang salah dengan diriku? Kisah kisah tersebut seakan hanyalah sebuah omongan yang hanya masuk di telinga kanan dan keluar di telinga kiri. Bagaimana rasanya jika aku menjadi tokoh utama dalam kisah kisah penuh pelajaran tersebut, langkah apa yang harus aku pijak untuk melanjutkan cerita yang akan didengar oleh milyaran orang di masa depan.

Baca Juga:  Alasan terbaginya Islam menjadi 4 madzhab, dan sejarah nya

Ketakutan dan keraguanku membuatku tidak bisa mengangkat satu jari pun, apalagi seluruh badanku. Kini aku sedang merasa kebingungan, mulut pun tidak bisa berkata apapun, sulitnya diriku yang tidak punya kepercayaan diri yang tinggi, kebohongan pada diri sendiri saat ditanya apakah kamu baik baik saja terus muncul. Apakah kisah ku bisa menarik sekian banyak manusia di masa depan. Aku mencoba bangkit tapi saat aku mengangkat kaki dan mulai melangkah kaki sampai pada pertengahan tiba-tiba ada rantai dan borgol di kaki ku dan tanganku terpotong oleh benang tak kasat mata, rasa sakit terus menghantuiku. Terus menerus ketakutan , diabaikan oleh sekeliling ku .

Baca Juga:  Sejarah dan Kemegahan Masjid Raya Baiturrahman: Ikon Religi Kota Semarang

Bagaimana aku harus mengungkapkan masalah ku pada orang lain agar aku bisa dibimbing olehnya ke arah yang ku inginkan. Tapi tidak ada sesiapapun  di sini maupun disana , aku mulai putus asa, aku terus berdoa pada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya, mencoba menjauh dari semua larangan -Nya, aku berusaha tanpa merasakan perasaan emosional yang mendalam, tempat yang dulu ku dambakan, tempat yang dulu aku sukai, saat aku kehilangan sesuatu aku sedih, saat aku dimarahi aku sedih, saat aku diperlakukan tidak senonoh aku marah , saat aku mendapatkan hadiah aku bahagia hingga aku terlelap pada perasaan, tapi sekarang aku di merasakannya lagi, berjalan sebagai wadah kosong , hanya bermodal berharap kepada Allah SWT., tanpa terkecuali. Kini aku paham kenapa Allah menjauhkan ku dari kenikmatan dunia, aku sadar bahwa Allah selalu membantuku saat aku kesulitan,saat aku tidak bisa berkata apapun , Allah selalu memberi motivasi dihatiku saat iman ku sedang turun dengan memberi sebuah keajaiban yang belum pernah aku dapatkan. Dan kini Allah lah yang ada di hatiku , selama aku mengingat Allah dan berprasangka baik pada-Nya, Allah akan selalu mengingat aku dan berprasangka baik pada aku juga. Itulah kisah sebagai sudut pandang “aku”.

”Sesungguhnya Allah berfirman, “Aku menurut prasangka hamba-Ku. Aku bersamanya saat ia mengingat-Ku”  riwayat Abu Hurairah r.a., dari Nabi SAW.[] Ngafif Fatah Damawan

Editor: Ahmad Firman Syah

Baca Juga:  Alasan terbaginya Islam menjadi 4 madzhab, dan sejarah nya

Related Posts

Latest Post