Almuhtada.org – Rasulullah SAW bersabda: “Bertaqwalah kepada Allah di mana pun engkau berada, dan setelah melakukan kesalahan, lakukanlah kebaikan yang dapat menghapusnya. Selain itu, bergaullah dengan orang lain dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad 21354, Tirmidzi 1987).
Hadis ini memberikan pelajaran penting bagi kita untuk senantiasa bertakwa, memperbaiki diri setelah berbuat salah, dan menjunjung akhlak mulia. Berikut adalah beberapa hikmah yang dapat kita renungkan:
- Taqwa Sebagai Wasiat Utama
Taqwa adalah pesan utama yang disampaikan Allah kepada hamba-Nya di sepanjang zaman. Wasiat ini juga menjadi pesan para nabi kepada umat mereka agar senantiasa mengesakan Allah dan bertakwa kepada-Nya. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
۞ وَسَارِعُوۡۤا اِلٰى مَغۡفِرَةٍ مِّنۡ رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالۡاَرۡضُۙ اُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِيۡنَۙ ١٣٣
Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Ali Imran: 133).
Ciri orang yang bertakwa dijelaskan dalam ayat berikut:
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّآءِ وَا لضَّرَّآءِ وَا لْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَا لْعَا فِيْنَ عَنِ النَّا سِ ۗ وَا للّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ
(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarah, dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebaikan.”_ (QS. Ali Imran: 134)
Taqwa mencakup akidah yang lurus, amal batin, dan amal lahir. Rasulullah SAW mengingatkan kita untuk menjaga taqwa kapan saja, di mana saja, dan dalam situasi apa pun.
- Kebaikan yang Menghapus Keburukan
Setelah menyebutkan pentingnya taqwa, Rasulullah SAW menekankan bahwa setiap kesalahan dapat ditebus dengan perbuatan baik. Kebaikan yang dimaksud mencakup ibadah, sedekah, membantu sesama, dan beristighfar kepada Allah. Dalam QS. Hud: 114, Allah berfirman: Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:
وَاَ قِمِ الصَّلٰوةَ طَرَفَيِ النَّهَا رِ وَزُلَـفًا مِّنَ الَّيْلِ ۗ اِنَّ الْحَسَنٰتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّاٰتِ ۗ ذٰلِكَ ذِكْرٰى لِلذّٰكِرِيْنَ
“Dan laksanakanlah sholat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).”
Sesungguhnya kebaikan itu menghapus keburukan. Dengan terus memperbaiki diri melalui kebaikan, kita dapat menghapus dosa-dosa dan mendekatkan diri kepada Allah.
- Akhlak Mulia dalam Pergaulan
Bergaul dengan akhlak mulia adalah bagian penting dari ajaran Islam. Akhlak yang baik ditunjukkan dengan menjaga etika, tidak menyakiti orang lain, bersikap lembut, dan memberikan kenyamanan kepada orang lain. Rasulullah SAW bersabda: “Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya.”(HR. Tirmidzi, no. 1162). Akhlak mulia tidak terbatas pada orang yang sependapat dengan kita, tetapi harus ditunjukkan kepada semua orang, tanpa memandang latar belakang.
- Musibah: Ujian atau Azab
Musibah adalah bagian dari kehidupan manusia. Namun, musibah dapat datang sebagai ujian untuk mengangkat derajat atau sebagai azab akibat dosa.
Musibah Sebagai Ujian
Allah menguji hamba-Nya sesuai dengan tingkat keimanan mereka. Rasulullah SAW bersabda:
Manusia yang paling berat ujiannya adalah para nabi, kemudian yang sebanding dengan mereka, dan yang sebanding dengan mereka lagi.”(HR. Tirmidzi, Ibnu Majah, Ahmad)
Ujian ini bertujuan untuk meningkatkan pahala, menghapus dosa, dan menguatkan kesabaran hamba-Nya.
Musibah Akibat Dosa
Musibah juga bisa menjadi teguran atas dosa-dosa yang telah kita lakukan. Allah berfirman:
اَصَابَكُمْ مِّنْ مُّصِيْبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ اَيْدِيْكُمْ وَيَعْفُوْا عَنْ كَثِيْرٍۗ
Apa saja musibah yang menimpa kamu, maka itu disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar dari kesalahanmu.” (QS. Asy-Syura: 30). Ketika menghadapi musibah, introspeksi diri sangat penting. Bertaubat dan memperbaiki diri adalah cara terbaik untuk meraih ridha Allah.
- Sikap Seorang Mukmin dalam Menghadapi Musibah**
Apa pun bentuk musibah apakah ujian atau azab seorang mukmin harus menyikapinya dengan kesabaran dan tawakal. Rasulullah SAW bersabda: “Tidaklah seorang mukmin ditimpa rasa sakit, keletihan, kekhawatiran, kesedihan, kesusahan hati, atau sesuatu yang menyakitkan, bahkan hingga duri yang menusuknya, melainkan akan dihapuskan dosa-dosanya.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim). Setiap musibah mengandung hikmah dan dapat menjadi penghapus dosa. Dengan bersabar dan berharap kepada Allah, musibah akan mendekatkan kita kepada-Nya.
Semoga kita senantiasa menjadi hamba yang bertakwa, memperbaiki diri setelah melakukan kesalahan, dan menjaga akhlak mulia dalam setiap interaksi. Semoga Allah memberi kekuatan menghadapi musibah, menjadikannya penghapus dosa, dan menggantinya dengan pahala serta rahmat-Nya di dunia dan akhirat. [] Azizah Fiqriyatul
Editor: Raffi Albari