Almuhtada.org – Lagu Atouna Tufuli belakangan ini sangatlah sering terdengar di media sosial. Banyak orang yang ingin mencari tahu arti Atuna Tufuli setelah istilah tersebut viral di media sosial, khususnya di platform TikTok. Istilah “Atuna Tufuli” ini awalnya berasal dari sebuah lagu yang berjudul “Atouna El Toufule”.
“Atuna Tufuli” atau “Autona El Toufule” merupakan sebuah lagu yang didalamnya menggambarkan perasaan sedih dan duka dari anak-anak Suriah, Palestina, dan daerah Timur Tengah lainnya.
Dalam ceritanya anak- anak tersebut hidup dalam situasi konflik berkepanjangan. Apabila dilihat dari segi bahasa Atuna Tufuli ini berasal dari kata-kata dalam bahasa arab, yaitu أَعْطُوْنَا الطُّفُوْلِةْ atau “A’touna El Toufoule”. Yang apabila diterjemahkan secara harfiah, dapat diartikan sebagai Atuna Tufuli yang berarti “beri kami masa kecil”.
Lirik lagu Atuona El Tufuli didalamnya menggambarkan campur aduknya perasaan anak-anak Timur Tengah yang merasa bahwa masa kecil mereka telah direnggut paksa oleh konflik yang melanda Negara dan wilayah tempat tinggal mereka.
Tentunya anak-anak yang hidup dalam zona konflik tersebut harus merasakan hilangnya kebebasan, kebahagiaan, dan juga masa kecil mereka yang diakibatkan oleh kekerasan yang terus- menerus terjadi. Hal ini membuat mereka mendambakan kebahagiaan masa kecil yang seharusnya mereka nikmati dan miliki.
Lagu Atuna Tufuli ini sering kali dikaitkan dengan konflik dari Israel-Palestina. Namun pada kenyataannya, lagu ini sebenarnya bukan lagu asli dari Palestina.
Mengutip jurnal yang berjudul The Social Facts of 1982’s Lebanese War in A’tuna Tufuli Song by Remi Bandali: Riffaterre’s Semiotic Analysis oleh Hermawati Putri Dian Insani, lagu Atuna Tufuli merupakan karya dari Remi Bandali yakni seorang penyanyi asal Lebanon yang lahir pada tahun 1979.
Remi Bandali bukanlah warga Palestina, namun kisah yang ia sampaikan dalam lagu Atuna Tufuli ini sangatlah merangkul perasaan anak-anak Timur Tengah yang telah kehilangan masa kecil yang mereka miliki karena adanya konflik yang terus menerus. [] Nikmatul Karimah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah
