Muslim Wajib Tiru! Ini Dia 4 Kisah Parenting ala Ibunda para Ulama

Ilustrasi Parenting Islam sang Ibu kepada Buah Kasihnya (pinterest.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Memiliki anak yang cemerlang dan menguasai ilmu pengetahuan merupakan impian bagi setiap orang tua terutama bagi seorang ibu yang melahirkan dan menyusui anaknya. Banyak para ibu menginginkan anak yang cerdas dan sholeh ataupun sholehah seperti alim ulama terdahulu.

Seorang wanita adalah pilar masyarakat, mereka memiliki peranan besar dalam mendidik dan mengawasi pertumbuhan anak – anak. Oleh karena itu, dibalik keberkahan dan luasnya ilmu pengetahuan yang dimiliki para ulama terdahulu, terdapat para ibu hebat yang mendidik mereka dengan menanamkan dasar – dasar karakter mulia, pengetahuan agama, pokok – pokok akidah, dan lain sebagainya.

Lalu bagaiamana para ibu hebat ini bisa membentuk generasi ulama – ulama yang tersohor akan pengetahuan dan karya – karyanya? Berikut ini adalah 4 kisah parenting ala ibunda para ulama.

Baca Juga:  Kisah Anak Perempuan Yahudi, Sayyidah Shafiyah binti Huyay
  1. Ibu Imam Ahmad

Suatu hari, Imam Ahmad pernah bercerita jika dahulu ibunya yang  menuntunnya menghafal Al – Qur’an pada saat ia berumur 10 tahun. Ibunya selalu membangunkannya sebelum sholat fajar. Lalu memanaskan air untuknya pada saat malam – malam yang sangat dingin di Baghdad lalu ibunya memkai cadar dan hijabnya untuk mengantarkannya ke masjid karena rumahnya jauh dan jalanan sangat gelap.

  1. Ibu Imam Malik bin Anas

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Uwais dari ibu Malik bin Anas, ia mengatakan : “Aku mendengar pamanku, Malik bin Anas, bercerita, ‘Dulu ibuku biasa memakaikan pakaian dan mengenakan imamah untukku saat aku masih kecil. Lalu ia akan mengantarkanku kepada Rabi’ah bin Abi Abdirrahman. Setelahnya ibuku berkata, ‘Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah. Pelajari akhlak dan adabnya sebelum engkau mempelajari hadist dan fikih darinya’.”

  1. Ibu sultan Muhammad Al – Fatih

Saat masih kecil, setelah sholat subuh Sultan Muhammad Al – Fatih biasa dibawa oleh ibundanya untuk menunjukkan kepadanya tembok – tembok Konstantinopel, sambil berkata, “Engkau –wahai Muhammad- akan membebaskan wilayah ini, Namamu adalah Muhammad sebagaimana sabda Rasulullah SAW. Muhammad kecilpun bertanya, “Bagaimana aku bisa membebaskan wilayah sebesar itu wahai ibu?”, dengan penuh hikmah ibunya menjawab : “Dengan Al – Qur’an, kekuatan, persenjataan, dan mencintai manusia”.

  1. Ibu Imam Asy – Syafi’i

Sebagai anak kecil yang ditinggal wafat ayahnya diusia yang sangat belia, tidak menjadikan Imam Syafi’i kekurangan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.

Setelah ayahnya wafat, Imam Syafi’I hidup bersama ibunya yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga beliau dapat dikenal sebagai salah satu dari 4 imam madzhab. Imam Syafi’I pernah bercerita tentang masa kecilnya, “Aku adalah seorang anak yatim, Ibukulah yang mengasuhku Namun ibuku tidak memiliki biaya untuk pendidikanku, aku menghafal Al – Qur’an saat usia 7 tahun, dan menghafal kitab al  Muwaththa saat berusia 10 tahun. Setalah menyempurnakan hafalan Al – Qur’anku, aku masuk ke masjid, duduk di majelisnya para ulama. Kuhafalkan hadist atau suatu permasalahan. Rumah kami berada di Shu’an al – Haif, keadaan kami di masyarakat berbeda, akiu tidak memiliki uang untuk membeli kertas. Aku pun menjadikan tulang sebagai tempat menulis.” [Aulia Cassanova]

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post