Almuhtada.org – Rasulullah SAW adalah nabi terakhir umat Islam yang patut kita jadikan sebagai suri tauladan.
Perilaku dan tutur kata beliau tidak pernah diragukan lagi. Sudah sangat banyak kisah yang menceritakan kekaguman para sahabat maupun tokoh non Islam kepada Rasulullah SAW.
Rasulullah SAW adalah sosok yang penyayang, penuh cinta kasih, bijaksana, pemaaf, sabar, rendah hati, dan lain sebagainya.
Dalam sebuah kisah pertemuan Rasulullah SAW dengan para sahabatnya, Rasulullah SAW mengungkapkan kerinduannya yang mendalam terhadap kita, umatnya yang hidup di zaman sekarang.
Rasulullah bertanya “Wahai sahabatku, tahukah kalian siapa hamba Allah yang paling mulia disisi-Nya?”
Setelah terdiam sejenak salah seorang sahabat menjawab “Pastilah para malaikat, wahai Rasulku”
Kemudian Rasulullah SAW menjawab “Ya, para malaikat adalah hamba yang mulia. Mereka senantiasa bertasbih dan beribadah kepada Allah. Akan tetapi, bukan itu yang aku maksud”
Salah seorang sahabat yang lain kemudian menjawab “Wahai Rasulullah, pastilah para nabi adalah hamba Allah yang mulia”
Rasulullah SAW tersenyum dan berkata “Ya, para nabi adalah hamba yang mulia. Mereka adalah utusan Allah. Akan tetapi ada lagi yang lain”
Para sahabat diam, sampai mereka memberikan jawaban yang ketiga “Apakah kami sahabatmu adalah hamba yang mulia, wahai Rasul?”
Rasulullah SAW menjawab “Tentu. Tentu kalian adalah hamba Allah yang mulia. Kalian membantu perjalananku. Akan tetapi, bukan itu maksudku”
Para sahabat terdiam, mereka tidak tahu mau menjawab apa. Kemudian Rasulullah SAW menundukkan wajahnya dan menangis.
Salah seorang sahabat bertanya “Apa yang membuat Engkau menangis, wahai Rasul?”
Perlahan Rasulullah SAW mengangkat wajahnya dan berkata “Hamba Allah yang mulia yang aku maksud adalah manusia-manusia yang lahir jauh setelah wafatku nanti. Mereka begitu mencintai Allah, begitu mencintaiku, padahal mereka sama sekali tidak pernah memandangku, tidak tahu wajahku, mereka hidup tidak dekat denganku seperti kalian. Akan tetapi mereka sangat merindukanku. Dan ketahuilah wahai sahabatku semua, bahwasanya aku juga sangat merindukan mereka. Mereka yang mulia itu, mereka adalah umatku.”
Usai mengucapkan itu Rasulullah SAW menangis diikuti oleh para sahabatnya.
Tahukah kamu, bahwa Rasulullah SAW dijuluki sebagai orang tersibuk ketika nanti berada di padang mahsyar.
Mengapa? Karena Rasulullah SAW sibuk memikirkan kita, sibuk mencari-cari kita, umatnya “Mana umatku-mana umatku?”
Kemudian Allah mengumpulkan semua umat beliau.
Rasulullah SAW bersujud kepada Allah dalam sujud yang sangat lama. Dalam sujudnya, beliau meminta agar diizinkan Allah untuk memberikan minum kepada umatnya. Allah mengizinkan dan berkata “Ya Muhammad, ini telaga Al-Kautsar, beri minum kepada umatmu.”
Kemudian Rasulullah SAW memberikan minum kepada umatnya satu per satu.
Rasulullah SAW terus menanyakan umatnya sampai beliau berada di surga “Mana umatku mana umatku?”
Rasulullah SAW kembali bersujud dalam waktu yang sangat lama meminta agar Allah menyelamatkan umatnya
“Ya Allah, selamatkanlah umatku dari api neraka yang didalam hatinya ada iman sekecil biji kurma”.
“Ya Allah, selamatkanlah umatku dari api neraka yang didalam hatinya ada iman sekecil biji jagung”.
“Ya Allah, selamatkanlah umatku dari api neraka yang didalam hatinya ada iman sekecil biji sawi”.
Dan yang terakhir, Rasulullah SAW berdoa “Ya Allah selamatkanlah umatku dari api neraka yang mereka tidak memiliki iman melainkan mengucapkan kalimat Laa ilaaha illaallaah”.
Sepenggal kisah Rasulullah SAW tersebut semakin menyadarkan kita akan begitu besarnya kasih sayang beliau terhadap umatnya.
Namun, apakah kita sudah memiliki mahabbah yang tulus kepada Rasulullah SAW? Rasulullah SAW sangat mencintai kita, sangat merindukan kita.
Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita senantiasa meningkatkan ketulusan mahabbah kita kepada Rasulullah SAW setiap harinya. Baik dengan mengindahkan sunnah-sunnah beliau dan meneladani perilaku maupun tutur kata beliau.
Semoga kita termasuk ke dalam golongan umatnya yang mendapatkan syafaat beliau. Aamiin. []Nihayarur Rif’ah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah