Almuhtada.org – Ngabuburit merupakan istilah yang berasal dari bahasa Sunda. Menurut Lembaga Bahasa dan Sastra Sunda (LBSS), kata ngabuburit berasal dari kalimat ngalantung ngadagoan burit atau bersantai sambil menunggu waktu sore.
Meskipun berasal dari bahasa Sunda, ngabuburit atau mengabuburit sudah masuk ke dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI).
Menurut KBBI, ngabuburit atau mengabuburit artinya menunggu adzan magrib menjelang berbuka puasa pada waktu bulan Ramadhan.
Ngabuburit kerap diartikan sebagai bersantai di sore hari menjelang buka puasa. Tepatnya, sejak pukul 15.30 atau ba’da (waktu setelah) Ashar hingga waktu berbuka puasa.
Ngabuburit sudah menjadi tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia pada bulan Ramadhan. Pada awalnya, ngabuburit diisi dengan kegiatan religius seperti pesantren kilat. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, ngabuburit kian diisi dengan aktivitas untuk bersantai.
Berbagai hal yang biasa dilakukan saat ngabuburit, seperti berolahraga ringan, berkumpul dengan teman-teman atau keluarga, beraktivitas sosial, membeli takjil, atau sekadar jalan-jalan menikmati pemandangan sekitar menjelang waktu berbuka puasa.
Namun, dengan beragamnya suku dan budaya di Indonesia, ada tradisi unik yang dilakukan masyarakat di beberapa daerah di Indonesia.
1. Kumbohan, Lamongan
Kumbohan merupakan tradisi masyarakat Lamongan yang dilakukan dengan berburu ikan munggut atau mabuk. Dalam hal ini mabuk yang dimaksud bukan berarti minum alkohol lalu kehilangan kesadaran.
Kata tersebut mengartikan ikan-ikan yang mabuk karena air di Sungai Bengawan Solo biasanya surut menjelang sore hari.
2. Panjat Tebing, Madiun
Di Madiun, warga sering bermain panjat tebing sambil menunggu adzan Maghrib. Biasanya panjat tebing ini dilakukan di Stadion Wilis dan akan ditonton oleh banyak orang.
Sasaran panjat adalah tebing dengan pijakan yang tidak terlalu sulit, dengan jarak satu pijakan ke pijakan lainnya yang cukup dekat dan tidak terjal.
3. Bleguran, Jakarta
Bleguran merupakan tradisi masyarakat Jakarta atau Betawi. Tradisi ini muncul sejak tahun 70-an. Bleguran memiliki arti bermain meriam tradisional yang terbuat dari bambu.
Biasanya anak-anak memainkan bleguran di lapangan untuk menunggu waktu berbuka puasa.
4. Balap Perahu Layar Mini, Surabaya
Di Surabaya ada tradisi balap perahu layar yang dilakukan saat ngabuburit pada bulan Ramadhan. Tradisi ini bisa ditemui di sekitar Pantai Kenjeran. Miniatur perahu layar dibuat menggunakan kayu, lidi, dan sehelai kain ataupun kertas yang cukup tebal sebagai layar.
Para peserta balap menghias layar perahu masing-masing agar tampak lebih menarik. Tak sedikit masyarakat yang antusias melakukan balap perahu layar.
5. Bermain Layangan Hias, Majalengka
Masyarakat Majalengka mengisi waktu ngabuburit dengan bermain layangan hias. Sebelum diterbangkan, layangan dihias terlebih dahulu sesuai kreatifitas masing-masing. Tradisi ini juga sudah dilakukan secara turun temurun. [] Assyahla Hafidzah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah