Wisata Religi KH. Imam Puro di Purworejo: Ulama Penyebar Islam di Wilayah Selatan Jawa

Gambar Makam KH. Puro (Google Maps - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – KH. Imam Puro merupakan salah satu ulama penyebar Islam di wilayah tanah selatan jawa. Beliau hidup pada masa perang Diponegoro. KH. Imam Puro diperkirakan lahir pada awal abad 18 M. Beliau memiliki nama asli Khasan Benawi, seorang keturunan ke -8 dari Joko Umbaran yang merupakan kerabat dekat Sultan Agung Hanyokrokusumo.

  1. Imam Puro hijrah ke Purworejo pada tahun 1885 dan menetap di Dusun Ngemplak, Desa Sidomulya, Kecamatan Purworejo, kemudian beliau di kenal sebagai Kyai Raden Imam Puro. Di Purworejo KH. Imam Puro dikenal sebagai pembawa Tarekat Syatariyah pertama kali, tarekat ini beliau peroleh dari Kyai Guru Loning atau Syekh Mansyur Rofi’i, adik dari Kyai Taftazani seorang guru utama Pangeran Diponegoro. KH. Imam Puro gigih dalam menyebarfkan agama Islam, beliau pun mendirikan pondok Pesantren Sidomulya yang kini telah telah berganti nama menjadi Pesantren Al-Islah.
  2. Imam Puro memiliki metode pengajaran yang unik dan khas, oleh karena itu KH. Imam Puro kemudian mendapat kujungan para santri untuk belajar tarekat. Namun seiring berjalannya waktu, KH. Imam Puro pun menyadari bahwa tarekat Syathariyah pada akhir abad ke-19 telah bergeser dengan hadirnya tarekat Qadiriyah dan Nasqsabandiyah yang mulai meluas di Jawa. Namun, walaupun begitu KH. Imam Puro tetap mempertahankan ciri khas Bagelennya yang sejak abad ke-18 menjadi landasan dari pengajaran tarekat Syathariyah. Kiprah yang bisa digaris bawahi dari KH. Imam Puro ini diantaranya, beliau memahami kearifan lokal, beliau juga mengetahui bahwa daerah Bagelen ini priyayi dn santri masih memiliki tempat yang tinggi.
  3. Imam Puro ini termasuk kyai yang kuat tirakat. Tirakat KH. Imam Puro ini memang berat, salah satunya beliau itu mulai wirid sebelum subuh dan beliau akan keluar dari masjid setelah dhuha. Hal seperti ini sangat sulit untuk ditiru pada gerenasi masa kini. Selain itu, beliau merupakan seorang yang sendiko dawuh terhadap gurunya.
  4. Imam Puro wafat pada tahun 1880 M. Sebelum meninggal, beliau berpesan kepada muridnya untuk dimakamkan di Geger Menjangan, Kelurahan Baledono, Purworejo. Makam KH. Imam Puro banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya di jawa saja, namun banyak masyarakat luar jawa yang berziarah ke makam beliau. Biasanya pada bulan Ruwah dan Syawal tiba banyak peziarahnya. Dalam situasi ini sering muncul pasar dadakan, para penjual berdatangan memanfaatkan situasi ini untuk mencari nafkah. [] Vika Rizky Lestari
Baca Juga:  Kisah Khalifah Umar dengan Pengembala Kambing

Editor : Aulia Cassanova

Related Posts

Latest Post