Cerita Akhir Zaman: Kisah Pertemuan Nabi Khidir dan Dajjal

Pertemuana Nabi Khidir dan Dajjal
Gambar Ilustrasi Pertemuana Nabi Khidir dan Dajjal (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Dalam cerita ini, kita akan membahas pertemuan antara Dajjal dan Nabi Khidir di akhir zaman. Dajjal adalah seorang manusia yang akan hidup sampai akhir zaman, begitu juga dengan Nabi Khidir.

Banyak ulama berpendapat bahwa Nabi Khidir masih hidup sampai hari ini, dengan usianya yang diperkirakan lebih dari 6000 tahun. Dalam pertemuan mereka di hari kiamat, Dajjal memenggal kepala Nabi Khidir.

Dalam sejarah kehidupan manusia, hanya Dajjal yang memiliki kemampuan untuk menipu dan menciptakan fitnah terbesar.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda bahwa tidak ada makhluk sejak Adam diciptakan hingga kiamat yang fitnahnya lebih besar dari Dajjal. Ketika Dajjal muncul, artinya bumi sudah berada di ambang kiamat besar.

Saat ini, Dajjal sedang dipenjara di sebuah pulau dan menunggu untuk keluar. Dia menunggu terjadinya musim kemarau parah selama 3 tahun. Musim kemarau tersebut bukanlah seperti yang kita alami saat ini, melainkan masa yang sangat sulit.

Tanaman gagal panen dan hewan ternak banyak yang mati karena tidak ada air sama sekali. Suhu pun menjadi sangat panas.

Pada tahun pertama musim kemarau, Allah memerintahkan langit untuk menahan sepertiga hujan dan bumi untuk menahan sepertiga tanaman agar tidak berbuah. Pada tahun kedua, situasinya menjadi lebih parah dengan 2/3 air hujan dan tanaman ditahan.

Pada tahun ketiga, tidak ada satupun tetes hujan yang turun dan tidak ada tanaman yang berbuah. Populasi hewan ternak akan menipis bahkan mungkin habis, dan manusia akan merasakan kelaparan dan kesusahan yang sangat.

Baca Juga:  Kisah Nabi Khidir AS, Nabi yang Antimainstream

Ketika rantai yang mengikat Dajjal terlepas, dia akan keluar dari penjara dan muncul di Isfahan, Iran. Dajjal akan mengaku sebagai orang yang saleh dan memiliki banyak pengikut, termasuk orang-orang Islam.

Namun, ketika Dajjal melakukan perjalanan dan mengaku sebagai nabi, banyak orang Islam yang meninggalkannya.

Dalam perjalanannya, Dajjal akan memiliki tujuh golongan pengikutnya, yaitu orang-orang Yahudi, pelaku bid’ah, setan dari bangsa jin, kaum Khawarij, budak hawa nafsu, orang-orang yang biasa melakukan maksiat, dan wanita akhir zaman.

Wanita-wanita ini akan menjadi pengikut Dajjal karena hanya dia yang sanggup menurunkan hujan saat terjadi kekeringan atau kemarau. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pernah bersabda bahwa mayoritas pengikut Dajjal adalah kaum wanita.

Dalam hadits riwayat Ahmad, disebutkan bahwa ada seseorang yang khawatir keluarganya ikut Dajjal sehingga dia mengikat mereka agar tidak pergi menuju Dajjal.

Dalam masa ini, Dajjal akan mengaku sebagai nabi dan bahkan Tuhan, mempengaruhi banyak orang termasuk wanita akhir zaman yang akhirnya menjadi pengikutnya.

Puncak dari fitnah Dajjal ini akan memunculkan Nabi Khidir Alaihissalam, yang akan bersaksi dan meyakinkan umat manusia bahwa Dajjal adalah penipu. Namun, Dajjal akan memenggal kepala Nabi Khidir, yang kemudian akan hidup kembali atas izin Allah.

Tindakan ini akan membingkai perdebatan dan ujian bagi umat manusia, di mana sebagian akan tetap beriman dan sebagian lainnya akan percaya pada kekuatan Dajjal.

Baca Juga:  Kisah Khalid bin Walid: Teladan Keberanian, Kesetiaan, dan Keteguhan dalam Berjuang

Setelah peristiwa ini, beberapa orang akan berbaiat kepada Imam Mahdi. Namun, ada juga perdebatan dalam umat Islam tentang apakah Nabi Khidir masih hidup hingga hari ini. Beberapa ulama percaya bahwa dia masih hidup, sementara yang lain memiliki pendapat sebaliknya.

Kisah ini menekankan pentingnya keyakinan dan pengujian umat dalam menghadapi fitnah Dajjal. Ini adalah cerminan dari ajaran Islam yang mendalam, mengingatkan kita tentang kekuatan iman dan keteguhan hati dalam menghadapi tantangan yang muncul di akhir zaman.

Meskipun beberapa aspek cerita mungkin menjadi perdebatan dalam tradisi Islam, pesan utamanya adalah tentang keimanan dan pengharapan dalam menghadapi masa-masa sulit yang akan datang. [] Nailatuz Zahro

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post