KEMANUSIAAN BUKANLAH KEJADIAN ACAK

Oleh : Rayyan Alkhair

Hal yang menarik dari sebuah makhluk hidup adalah kehendak bebas yang mereka miliki dalam menjalankan kehidupannya.  Perangkat fakultatif yang ada pada sebuah makhluk hidup membuat mereka dapat melakukan berbagai hal sesuka hati mereka. Hal inilah yang membedakan mereka dari sebuah benda mati yang tidak bisa bergerak sendiri kecuali jika ada kekuatan yang menggerakan.

Makhluk hidup mempunyai kekuatan atau upaya tersebut, yang tidak dimiliki oleh benda mati. Kekuatan tersebut terdependensi kepada jenis morfologis yang dimiliki oleh sebuah makhluk hidup. Sebagai contoh, Tyranosaurus rex tidak dapat memegang pohon atau benda sebagaimana primata memegang benda secara sempurna dengan kelima jari yang ada di tangan mereka.

Secara ontologis kebebasan adalah kehendak yang ada pada sebuah makhluk yang tidak dapat diambil oleh siapapun. Jika kebebasan diambil maka, konsekwensi logis yang akan didapatkan adalah sebuah mekhluk hidup berubah menjadi benda mati karena ia tidak memiliki kehendak kebebasan disini tentu berbeda dengan apa yang kita kenal sebagai hak dan kewajiban atau kebebasan yang ditentukan oleh keberadaan kelompok sosial.

Hak dan kewajiban adalah sebuah nilai yang melekat pada seorang manusia sebagai makhluk sosial. Pelaksanaan hak dan kewajiban akan sangat berpengaruh kepada dinamika masyarakat dimana manusia tersebut hidup. Maka, agar tidak memberikan pengaruh yang buruk atau tidak diinginkan oleh anggota masyarakat, perlu diadakan sebuah pengaturan mengenai pelaksanaan hak dan kewajiban.

Dengan kata lain, kebebasan dalam artian ini adalah seperngkat hak dan kewajiban yang dapat dilakukan oleh seorang anggota masyarakat dalam sebuah kelompok. Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan menyesuaikan kehendaknya kepada peraturan yang ada, berlaku dan dijunjung tinggi oleh setiap anggota masyarakat dalam sebuah lokasi.

Baca Juga:  Terima Kasih Guruku

Kebebasan berupa kehendak dapat bertentangan dengan peraturan yang ada di masyarakat. Peraturan yang memiliki kaedah normatif, yakni kaedah yang seharsunya dilakukan dapat tidak dilakukan oleh masyarakat. Perilaku yang ada atau praktek konkret dapat berlawanan dengan kaedah normatif yang berlaku di masyarakat. Apa yang ada belum tentu merupakan sesuatu yang seharusnya namun apa yang seharusnya bisa jadi ada.

Sebagaimana yang telah saya jelaskan diatas bahwa kebebasan berupa kehendak yang akan diejawantahkan bergantung kepada kemampuan fakultatif yang ada pada sebuah makhluk. Maka, kebebasan disini bukanlah sebuah kondisi dimana ada sebuah makhluk hidup yang dapat melakukan apapun semaunya, dengan menentang kemampuan fakultatif yang ada pada dirinya.

Sebagai contoh, ikan yang berinsang dan tak memiliki labirin dalam insangnya tidak dapat bertahan lama di daratan. Ia tidak bisa egois atau tidak bisa bebas bertahan di daratan selama waktu yang ia mau. Kemampuan faklutatifnya terbatas, tidak bisa berkehendak lain ketika kemampuan organnya telah mencapai batas maksimum dari yang seharusnya.

Dari contoh yang singkat diatas, kita dapat menyimpulkan bahwa ada keterbatasan pada makhluk hidup. Dengan kata lain kehendaknya tidak selamanya akan terwujud meskipun kemampuan fakultatifnya telah dikerahkan sekuat atau semaksimal mungkin. Hasil atau akibat yang akan didapatkan mungkin tidak sesuai ekspektasi atau mungkin membawa keburukan bagi si pelaku.

Selain keterbatasan yang ada pada kemampuan fakultatif sebuah makhluk, ada sebuah faktor besar yang terletak diluar sebuah makhluk hidup. Faktor tersebut kita kenal dengan istilah “hukum alam”. Hukum alam merupakan istilah yuridis – saintifis yang disematkan oleh para ilmuan sains abad aufklarung kepada sebuah entitas yang mengatur alam semesta dengan begitu luar biasanya, dengan cerdasnya sehingga kita, sebagai manusia berpretensi memahami kehendaknya.

Baca Juga:  Rasa

Entitas yang maha digdaya ini membuat sebuah aturan yang kemudian ditemukan oleh manusia yang kita kenal dengan “hukum gravitasi”. gravitasi membatasi gerak-gerik, mengatur benda bergerak kemana dan mempengaruhi berbagai kekuatan di dunia ini. Dengan gravitasi yang mumpuni, air yang ada dibumi tidak dapat pergi keluar angkasa. Dengan gravitasi juga manusia jatuh kebawah, tidak bebas dengan kehendaknya ia ingin keatas ketika jatuh.

Entitas ini mengatur dan menetapkan realitas duniawi yang kemudian kita berusaha untuk memahaminya dengan akal yang telah diberikan. Makhluk yang ada di dunia ini termasuk makhluk hidup tunduk atas ketentuan sang maha digdaya mulai dari penciptaan hingga perjalanan hidup sang makhluk hidup. Manusia mungkin bebas untuk melakukan sesuatu namun hasil yang didapatkan mungkin bisa tidak sesuai ekspektasi.

Hal ini adalah karena pengaturan yang dibuat oleh entitas yang tak pernah tidur dan membuat kesalahan, beberapa hal telah ia rencanakan dengan sempurna bahkan sebelum alam ini ada. Hal ini kemudian mempengaruhi keseluruhan sendi makhluk-makhluk ciptaannya, satu sama lain saling terikat dengan benang halus takdir. Kemanusiaan bukanlah suatu kejadian acak.

Hal seperti ini memerlukan pengataman dan peninjauan yang intensif dan mendalam dalam memahami benang halus yang terhubung. Ada seorang mahasiswa yang mengikuti seleksi kampus dan dia menetapkan dua pilihan. Pilihan pertama di kampus bonafid pertama diseluruh Indonesia dan pilihan kedua kampus yang tidak seberapa. Meski telah berusaha, namun hasil yang akan diraih belum tentu sesuai ekspektasi.

Baca Juga:  Computational Thinking dalam Kehidupan Sehari-Hari

Ketika ia mendapatkan pilihan kedua, umumnya orang atau ia sendiri akan merasa tidak puas. Namun, justru disinilah keindahan dimulai yakni dengan menerima keadaan, menerima fakta bahwa kita hanya bisa berusaha, menerima bahwa yang maha digdaya lah yang menentukan sendiri dengan kehendaknya. Singkat cerita, orang ini terpilih menjadi mahasiswa berprestasi di semester yang masih terbilang “muda”.

Tidak cukup hanya sampai disitu, orang ini juga akan mengadakan penelitian ke sebuah perusahaan FinTech. Perusahaan akan melihat berkas yang dikirim oleh orang ini serta melihat sepak-terjang yang ia miliki. Singkat cerita, karena ia merupakan mahasiswa berprestasi ia diterima oleh perusahaan FinTech tersebut untuk mengadakan penelitian.

Ia mulai menyadari bahwa bahwa kejadian yang ia alami bukanlah sebuah kejadian acak seperti mengocok dua buah dadu dan menebak angka yang keluar. Kejadian-kejadian ini adalah kejadian yang telah direncanakan oleh sebuah entitas yang maha digdaya dan diperlukan pandangan yang jernih untuk melihat garis halus yang terhubung satu dengan lainnya. Sudahkah anda melihat hubungan dari garis-garis yang saya maksud ? sekalipun pada orang lain ?

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.

Related Posts

Latest Post