Apa Kabar Kuliah Daring?

Oleh: Mohammad Fattahul Alim

Tidak terasa kurang lebih satu setengah tahun perkuliahan dilaksanakan secara daring. Ini tidak terlepas dari situasi dan kondisi tanah air yang masih berjibaku dan berjuang keras memberantas pandemi Covid-19. Hingga saatini, pandemi Covid-19 di Indonesia masih belum bisa terkendali secara keseluruhan dan menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terhitung sampai tanggal 12 Juni 2021, angka konfirmasi positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 1.901.490 orang. Walaupun demikian, Pemerintah senantiasa terus melakukan program vaksinasi nasional demi menekan angka penyebaran dan pertambahan jumlah konfirmasi positif Covid-19. Sehingga pelaksanaan sistem pendidikan nasional masih berjalan secara daring, termasuk perkuliahan. Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan bertransformasi menyesuaikan dengan situasi dan kondisi saat ini.

Perkuliahan daring bagi para mahasiswa tentunya telah banyak memberikan cerita dan kesan mengenai suka dan dukanya masing-masing. Kondisi ini berdasarkan pengalaman sebagian mahasiswa yang mengikuti perkuliahan daring. Mayoritas mahasiswa berpendapat bahwa perkuliahan daring memiliki beberapa keuntungan contohnya seperti bisa membantu orang tua dirumah, biaya kuliah lebih efisien, bekerja sambil kuliah, dapat meluangkan waktu lebih lama bersama keluarga, refreshing keberbagai tempat wisata, dan lain sebagainya. Kuliah daring juga meninggalkan dukacita bagi mahasiswa seperti merasa bosan belajar dan beraktivitas di rumah, sulit berkonsentrasi dalam memahami materi perkuliahan, kesulitan melakukan diskusi secara daring, dan lain sebagainya. Ketidakjelasan mengenai waktu pelaksanaan perkuliahan luring juga menjadikan mahasiswa semakin jenuh dan resah berlama-lama dirumah. Terlebih untuk mahasiswa angkatan 2020 yang mayoritas masih belum bisa merasakan atmosfer perkuliahan secara langsung dan bertemu dengan teman-teman serombel. Mahasiswa baru sangat butuh bereksplorasi dan mengenal lebih jauh kondisi dan situasi lingkungan kampus yang sebenarnya.

Jika perkuliahan dapat dilaksanakan secara luring, secara garis besar mahasiswa lebih mudah dalam memahami materi perkuliahan dan berdiskusi dengan baik karena dilakukan secara langsung atau tatap muka. Pelaksanaan perkuliahan luring banyak memerlukan persiapan dan perencanaan yang banyak dan matang, mulai dari menyediakan sarana dan prasarana protokol kesehatan, swab antigen hingga kepatuhan dan kesadaran menaati protokol kesehatan secara disiplin dan ketat. Hal ini bertujuan agar kampus tidak menjadi klaster baru penyebaran Pandemi Covid-19.

Perkuliahan daring selama masa pendemi Covid-19 banyak meninggalkan cerita dan kesan yang membawa suka dan duka bagi mahasiswa kurang lebih satu setengah tahun ini. Termasuk untuk mahasiswa angkatan 2020 yang mayoritas belum pernah merasakan atmosfer perkuliahan dan bertemu teman-teman serombel secara langsung. Hal ini disebabkan karena pandemi Covid-19 yang belum bisa terkendali secara keseluruhan. Pelaksanaan perkuliahan luring pada dasarnya membutuhkan persiapan dan perencanaan yang sangat matang demi mencegah agar kampus tidak menjadi klaster baru penyebaran Covid-19 di Indonesia.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang.

Apa yang akan terjadi jika pandemi Covid-19 berakhir?

Oleh: Moh. Aminudin

Saat ini, kita sedang dihadapkan dengan pandemi Covid-19, yang mana tidak kunjung reda bahkan semakin hari semakin bertambah banyak. Kita dihadapkan dengan situasi-situasi sulit yang menuntut agar kita selalu berhati-hati dalam aktifivitas sehari-hari, kita tidak boleh berkerumun, harus memakai masker ketika keluar rumah, rajin mencuci tangan dengan hand sanitizer, dan lain-lain. Yangn intinya kita harus menerapkan protokol kesehatan yang telah dibuat oleh pemerintah dan harus kita patuhi, agar kita terhindar dari covid-19, dan agar pandemi ini segera berakhir.

Sepertinya tahun ini pandemi ini belum bisa teratasi sepenuhnya, mengingat hari demi hari semakin bertambah banyak pasien penderita covid-19 di Indonesia. Mungkin suatu hari nanti ketika pandemi berakhir, akan banyak orang-orang yang berubah kebiasaanya dikarenakan pada saat pandemi ini kita lebih sering melakukan segalanya dengan teknologi, seperti belajar dengan daring, pertemuan secara daring, sering belanja online, juga ada wisuda daring dengan menggunakan robot, dan masih banyak lagi. Intinya  Kita semakin bergantung pada teknologi, Mulai dari Zoom sampai ke WhatsApp group, platfrom digital menjadi satu-satunya cara bekerja bagi kebanyakan orang, selain untuk berolah raga, mendapatkan pendidikan dan menikmati hiburan. Video conference menjadi hal yang umum.

Mungkin akan banyak juga acara atau konser yang dilakukan secara digital, karena selama pandemi ini, banyak musisi dunia hingga nasional yang menghibur penggemarnya secara digital. Mulai dari Chris Martin, John Legend hingga Rossa atau Vidi Aldiano yang kerap mengadakan konser di rumah. Kemungkinan setelah pandemi, banyak penyelenggara acara menyadari potensi acara digital seperti yang banyak dilakukan saat ini. COVID-19 menyebabkan orang beradaptasi dengan bekerja dari rumah, sendirian. Ini juga memaksa kita untuk menemukan solusi digital untuk melakukan pertemuan, kegiatan belajar mengajar, latihan, dan lebih banyak kegiatan ketika kita berada di rumah. Hal ini pun memungkinkan banyak dari kita untuk melihat kemungkinan untuk melanjutkan beberapa praktik ini di dunia pasca-COVID-19. Mungkin saja nantinya, banyak orang berencana untuk mengurangi perjalanan dan sebagai gantinya melakukan pertemuan secara online. Ataupun bagi anak-anak, mereka akan menemukan cara belajar yang lebih efisien dengan menggunakan teknologi.

Saat ini juga banyak dokter atau pakar kesehatan yang membuka konsultasi kesehatan dengan virtual, Untuk membatasi lalu lintas di rumah sakit dan kantor praktisi perawatan kesehatan lainnya, banyak yang menerapkan atau mengingatkan pasien mereka bahwa konsultasi dapat dilakukan melalui video. Daripada bergegas ke dokter atau pusat kesehatan, perawatan jarak jauh memungkinkan layanan klinis tanpa kunjungan langsung.

Mungkin nanti juga akan terjadi ketergantungan akan robot dikarenakan robot tidak rentan terhadap virus. Entah untuk apa mereka digunakan, mulai dari mengirimkan bahan makanan atau menjalankan produksi di pabrik, perusahaan menyadari bagaimana robot dapat mendukung kegiatan manusia dan memainkan peran penting dalam dunia pasca-COVID-19 atau selama pandemi di masa depan.Akibat pandemi, banyak acara olahraga yang terpaksa ditunda. Mulai dari pertandingan bola hingga balapan membuat para penggemar terpaksa harus menikmati hiburan untuk bidang tersebut secara online. Jadi, kemungkinan akan semakin meningkatnya minat dalam bidang esport. Seperti esports game online yang digemari anak-anak muda termasuk saya, karena esport pun tidak kalah dengan olahraga pada umumnya, team esport saat ini juga mempunyai manajemen , pemain pun ada kontraknya dan juga digaji tiap bulannya, ada sponsor-sponsor dan hadiah dalam esport pun tidak sedikit.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Sisi Positif dibalik Pandemi Covid-19

Oleh: Mohammad Naelul A.

Berbicara mengenai pandemi Covid-19, memang tak lepas dari kebiasaan sosial yang kita alami selama kurang lebih 5 bulan lamanya berubah seketika. Kebiasaan lama seperti berkerja, belajar, dan aktivitas sosial lainnya yang berjalan normal sebelumnya, tiba-tiba harus disesuaikan dengan kebijakan-kebijakan pemerintah untuk mencegah tersebar luasnya wabah pandemi ini. Mulai dari aktivitas keseharian yang diharuskan untuk sering mencuci tangan, membatasi bersentuhan fisik dengan orang lain, dan senantiasa untuk menggunakan masker dan APD lainnya guna menghindar dari kemungkinan buruk tertular virus yang mewabah keseluruh belahan dunia ini. Kemudian beberapa kegiatan sosial seperti bekerja dan belajar pun menjadi terhambat, sehingga alternatif yang digunakan untuk tetap berjalan adalah dengan melalui daring, jejaring internet.

Memang banyak sekali hal negatif yang menimpa masyarakat dimasa sekarang, namun setelah berjalan kurang lebih lima bulan lamanya, sisi posistif dari wabah pandemi ini pun semakin terlihat. Baik disadari maupun tidak disadari masyarakat tumbuh menjadi lebih disiplin dari keadaan sebelum pandemi ini mewabah, contoh kecilnya kebiasaan menjaga kebersihan diri maupun lingkungan sekitarnya, lalu kebiasaan patuh terhadap aturan yang diterapkan dimasyarakat seperti mengunakan masker saat akan berpergian dan menjaga kontak berlebih dengan orang lain. Selain itu wabah ini menjadikan hubungan antar keluarga menjadi semain erat dan meminimalisasi adanya ego antar keluarga. Orang tua semakin dekat, lebih peduli, lebih sering meluangkan waktu dengan anaknya, dimana dikeadaan normal orang tua harus sibuk berkerja dan sempit sekali waktu untuk diluangkan kepada keluarganya.

Lalu semakin banyak pula orang yang lebih peduli terhadap sesama, dengan memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan. Dan saling menjaga antar sesama dalam meawan pertumbuhan virus yang semkin menjadi-jadi yakni dengan membagikan APD secara gratis yang notabenya juga berasal dari sumbangan kepedulian masyarakat kepada masyarakat yang membutuhkan. Dan terlihat jelas pula orang semakin sadar dengan menyediakan tempat-tempat mencuci tangan yang sebelumnya sangat jarang sekali ditemui. Karena orang semakin sadar, bahwa untuk melawan pandemi ini harus dengan kekuatan kerjasama yang kuat. Maka kepedulian, kerjasama, saling bantu-membantu semakin terlihat di masyarakat.

Kemudian aktivitas belajar mengajar yang diubah dari awalnya pertemuan tatap muka menjadi pembelajaran daring. Mau tidak mau baik guru maupun murid diharuskan belajar menggunakan teknologi yang ada, baik computer maupun gawai, semisal pembelajaran melalui aplikasi atau tools e-learning seperti google classroom, whatsapp group, email, google meet, maupun zoom meeting sebagai alternatif media pembelajaran jarak jauh. Dengan begitu, guru maupun murid menjadi semakin akrab dengan teknologi, yang semula masih asing dengan e-learning kini semakin terbiasa menggunakan media-media daring tersebut. Karena pada akhirnya kita harus menyesuaikan dengan perkembangan teknologi, dan dengan semakin terbiasanya menggunakan teknologi maka semakin maju pula perkembangan pendidikan di negeri ini.

Selain kebiasaan umum yang menjadi lebih baik, kebiasaan-kebiasaan baru pun mulai bermunculan. Salah satunya kebiasaan seseorang untuk berolahraga, terutama yang menjadi perhatian saat ini adalah bersepeda. Mungkin bukan sepenuhnya kebiasaan baru, namun sebagai sebuah kebiasaan yang kompak diikuti masyarakat dari berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa, begitupun dengan orang berskala menengah kebawah hingga kalangan menengah keatas, kompak dengan kebiasaan baru ini. Selain menjadikan masyarakat hidup sehat, dampak positif lainnya yaitu semakin berkurangnya polusi udara di perkotaan terutama di jalan raya sehingga udara yang kita hirup pun semakin baik karena kadar CO2 menurun drastis. Tentunya dengan tetap mengenakan APD sesuai aturan yang berlaku.

Kebiasaan bersepeda ini pun menjadi kesempatan emas bagi pelaku bisnis kendaraan beroda dua ini, semakin banyak orang mau bersepeda semakin banyak pula keuntugan bagi mereka yang berada di bisnis ini. Tentu saja dengan keadaan seperti ini banyak orang mengambil inisiatif untuk ambil bagian dalam bisnis ini. Sebagai contoh banyak kalangan muda yang mengubah sepeda bekas yang sudah usang didaur ulang kembali menjadi sepeda yang baru dan bernilai jual tinggi, di sisi lain masyarakat juga yang memiliki kesempatan untuk menjual sepeda bekasnya dengan harga yang tebilang cukup tinggi dari biasanya. Tentu saja ini sangat membantu masyarakat dari segi ekonominya.

Dari berbagai sisi positif yang penulis sebutkan, tentunya masih banyak sisi positif lain yang timbul dari pademi ini meskipun sisi negetifnya tidak bisa dielak. Namun dari kesemua ini, dapat diambil kesimpulan bahwa bukan berarti sebuah wabah penyakit menghancurkan segala hal, tentunya ada hikmah dibaliknya. Tidak ada sesuatu yang sia-sia dari penciptaan Allah (QS. 3:191), begitu yang tertulis dalam Alquran, hikmah selalu ada dibalik sebuah peristiwa. Yang bisa kita lakukan adalah tawakal, doa, dan selalu berusaha agar pandemi yang menimpa kita segera cepat terselesaikan, dan kembali pada keadaan normal seperti sediakala.

Penulis merupakan salah satu mahasantri Pesantren Rist Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang

Petani dan Pandemi

Oleh:

Anur Wahyu Ningtyas

Negara Indonesia merupakan Negara yang terkenal kaya akan sumber daya alam. Selain sebagai Negara maritim Indonesia juga terkenal sebagai Negara agraris dengan hasil pertanian yang melimpah. Bahkan mata pencaharian sebagian besar masyarakat Indonesia masih didominasi oleh petani terlebih pada beberapa daerah yang berada di pedesaan yang masih sangat mengandalkan hasil pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Selain di dukung dengan tanah yang subur Indonesia juga memiliki dua pergantian musim yaitu musim penghujan dan kemarau yang mana hal tersebut sangat berpengaruh terhadap proses kegiatan bercocok tanah. Jenis tanaman yang ditanam oleh petani di setiap daerah tentu beraneka ragam yang disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanah dan juga suhu udaranya.

Sistem pertanian yang digunakan masyarakat Indonesia pada masa dulu dengan sekarang sangat berbeda. Pada saat ini hampir sebagian besar petani di Indonesia sudah menggunakan berbagai alat yang jauh lebih modern akibat adanya perkembangan teknologi yang semakin canggih. Tanaman yang ditanam saat ini juga lebih beragam tidak hanya terfokus pada padi, palawija serta sayur-sayuran, hal ini diakibatkan karena semakin meningkatnya permintaan bahan pangan masyarakat Indonesia yang semakin tinggi.

Pada masa pandemi seperti saat ini tentu menjadi suatu tantangan tersendiri bagi para petani. Berbagai kebijakan pembatasan aktivitas di luar rumah tampaknya tidak berlaku bagi petani. Para petani mau tak mau harus tetap pergi ke sawah, padahal jika dilihat sebagian besar penduduk yang bekerja di sektor pertanian sudah banyak yang berusia lanjut akibat minimnya regenerasi petani muda yang ada di Indonesia. Panen raya yang seharusnya menjadi peluang emas bagi petani dengan harapan besar akan mendapatkan keuntungan selama bercocok tanam harus sirna akibat pandemi covid-19 yang cukup menjadi beban bagi para petani. Kerugian yang dialami petani pada tahun ini tentu cukup besar, hal ini dikarenakan terganggunya proses distribusi hasil pertanian, harga yang semakin menurun ditambah dengan menurunnya permintaan hasil pertanian oleh masyarakat Indonesia.

Sebagian besar petani terpaksa harus menjual hasil panennya walaupun dengan harga yang semakin menurun untuk tetap dapat melangsungkan kehidupannya serta sebagai modal untuk melaksanakan proses produksi tanaman selanjutnya. Hal ini harus didukung adanya kerja sama serta uluran tangan dari pemerintah untuk tetap memperhatikan kesejahteraan petani dengan membantu mendistribusikan hasil pertanian kepada masyarakat serta mempermudah penyediaan bibit serta pupuk bagi petani.

Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang