almuhtada.com – Kadang, seseorang terlihat baik-baik saja di luar. Ia hadir di kelas, ikut rapat, membalas pesan, bahkan ikut tertawa bersama teman-temannya. Namun jauh di dalam hati, ada sesuatu yang tidak bisa dijelaskan, rasa hampa yang tumbuh tanpa sebab, rasa lelah yang muncul tanpa alasan.
Ini bukan soal malas, bukan juga soal kehilangan arah secara tiba-tiba. Melainkan tentang rasa yang sulit didefinisikan. Tidak tahu kenapa sedih, tidak tahu apa yang salah, tapi tahu bahwa ada sesuatu yang tidak beres dalam diri.
Dan sering kali, orang yang mengalami ini tidak tahu bagaimana cara menjelaskan apa yang mereka rasakan. Mereka tidak terbiasa bercerita. Mereka menahan semuanya sendiri karena mengira tidak ada yang salah. Sampai akhirnya rasa itu menumpuk dan membuat mereka ingin menghilang, bukan karena ingin mati, tapi karena ingin bebas dari sesaknya perasaan yang tak bernama.
Kita Butuh Ruang untuk Jujur
Satu hal penting yang sering dilupakan adalah, tidak semua orang terbiasa bicara. Ada yang lebih nyaman menulis. Ada yang hanya bisa menyampaikan lewat catatan, status, atau bahkan diam. Tapi bukan berarti mereka tidak ingin dimengerti.
Terkadang, seseorang hanya butuh didengar, bukan dihakimi. Hanya butuh dipeluk lewat perhatian kecil, sapaan tulus, pertanyaan ringan, atau sekadar duduk bersama tanpa banyak kata.
Allah Swt. mengingatkan dalam firman-Nya:
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ
“Kami pasti akan mengujimu dengan sedikit ketakutan dan kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Sampaikanlah (wahai Nabi Muhammad,) kabar gembira kepada orang-orang sabar,” (QS. Al-Baqarah: 155)
Ayat ini menyiratkan bahwa rasa kehilangan arah, cemas, hampa, dan segala bentuk kesempitan hati bukanlah hal yang asing dalam kehidupan. Ia bagian dari ujian, bukan tanda kelemahan. Dan Allah menyuruh kita bersabar, karena dari kesabaran itu akan lahir harapan.
Mengingat Siapa Diri Kita Dulu
Ketika berada di titik kehilangan semangat, cobalah untuk kembali melihat perjalanan hidup kita. Siapa diri kita dulu? Apa saja yang pernah kita capai? Apa yang membuat kita dulu bangga?
Banyak dari kita pernah menjadi seseorang yang rajin, berprestasi, bahkan menjadi kebanggaan orang tua dan lingkungan. Tapi ketika datang masa sulit, semua itu seolah hilang. Padahal, pencapaian-pencapaian itu tidak pernah benar-benar lenyap. Ia hanya sedang tertutup kabut. Dan tugas kita adalah menyibakkannya, sedikit demi sedikit.
Bertahan Adalah Bentuk Terbaik dari Perlawanan
Saat seseorang merasa hampa dan ingin menyerah, ingatlah bahwa bertahan adalah pilihan paling berani dan bijak. Tidak semua orang punya kekuatan untuk tetap ada di tengah rasa yang tak bisa dijelaskan. Tapi ketika seseorang memilih untuk bangun, walau perlahan, itu sudah luar biasa.
Allah juga berfirman:
“Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Ayat ini menjelaskan bahwa setiap rasa sulit akan selalu diiringi dengan jalan keluar. Kadang jalannya pelan, kadang samar, tapi ia pasti ada.
Hidup tidak harus selalu berlari. Kadang kita perlu jeda untuk menata ulang napas. Kita butuh istirahat, bukan berhenti. Kita perlu ruang, bukan penghakiman. Dan yang paling penting, kita perlu diingatkan, bahwa kita pantas bahagia.
Jika hari ini kamu sedang bingung dengan perasaanmu sendiri, tak apa. Kalau kamu belum bisa menjelaskan apa yang kamu rasakan, itu pun tak apa. Yang penting, kamu mau bertahan. Dan semoga, dari tulisan ini kamu tahu bahwa kamu tidak sendirian. [] Miftahudin
