Tahapan Penciptaan Manusia dalam Perspektif Islam yang Patut Menjadi Sebuah Renungan Mendalam

(freepik.com - almuhtada.org)

almuhtada.org – Manusia adalah makhluk istimewa yang Allah ciptakan dengan kesempurnaannya.

Al-Qur’an menggunakan kata khalaqa untuk menggambarkan proses penciptaan ini. Kata tersebut tidak hanya berarti mencipta, tetapi juga melibatkan unsur ketentuan dan keseimbangan.

Dalam pandangan Islam, penciptaan manusia bukanlah proses sederhana, melainkan melalui tahapan-tahapan yang luar biasa yakni sebagai berikut.

1. Tahap Jasad

Tahap awal penciptaan manusia adalah jasad, yang merujuk pada tubuh fisik manusia yang dapat diraba dan dilihat.

Jasad ini diciptakan dari tanah, sebagaimana disebut dalam Al-Qur’an dengan istilah turab (tanah liat) atau tin (tanah lempung).

Namun, penciptaan dari tanah bukan berarti seperti membuat patung, melainkan melalui proses yang simbolik. Tanah menjadi sumber nutrisi bagi tumbuhan dan hewan yang kemudian menjadi bagian dari tubuh manusia melalui makanan.

Jasad manusia bersifat fana dan akan mengalami perubahan seiring waktu. Dari masa muda yang penuh kekuatan hingga masa tua yang melemahkan, jasad akhirnya akan kembali ke tanah sebagai asalnya.

Dalam konteks budaya, jasad menjadi alat fisik yang memungkinkan manusia untuk berkarya dan berinteraksi dengan lingkungannya.

2. Tahap Hayat

Tahap berikutnya adalah hayat, yang berarti hidup.

Kehidupan manusia dimulai dari air, sebagaimana Al-Qur’an menyebut bahwa “Kami menciptakan segala sesuatu yang hidup dari air” (QS. Al-Anbiya: 30).

Air yang dimaksud adalah sperma, yang menjadi awal dari perjalanan hidup manusia di dalam rahim. Kehidupan ini esensinya adalah gerakan dan perubahan, mencerminkan sifat dinamis manusia sebagai makhluk hidup.

Baca Juga:  Menilik Akhir Kisah Hidup Manusia Berakhir Su’ul Khatimah atau Husnul Khatimah

3. Tahap Ruh

Setelah jasad dan hayat, manusia dianugerahi ruh, yang menjadikannya makhluk dengan dimensi spiritual.

Ruh adalah aspek yang sulit dipahami sepenuhnya, sebagaimana dinyatakan dalam Al-Qur’an, “Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku” (QS. Al-Isra: 85).

Ruh merupakan daya spiritual yang memungkinkan manusia untuk memahami kebenaran dan menciptakan kebudayaan. Dalam Islam, ruh dipandang sebagai anugerah Ilahi yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya.

4. Tahap Al-Nafs

Tahap terakhir adalah al-nafs, yang merujuk pada “keakuan” atau totalitas diri manusia. Nafs mencakup jasad, hayat, dan ruh, yang bersatu dalam dinamika kehidupan manusia. Al-nafs inilah yang memungkinkan manusia untuk menjadi subjek kebudayaan, membangun peradaban, dan menciptakan konsep-konsep kreatif.

Dalam konteks spiritualitas Islam, al-nafs memiliki berbagai tingkatan, seperti nafs al-muthmainnah (jiwa yang tenang) dan nafs al-lawwamah (jiwa yang mengutuk). Hal ini menggambarkan bahwa manusia adalah makhluk yang terus berkembang, baik secara fisik maupun spiritual.

Penciptaan manusia dalam Islam menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk dengan kompleksitas yang luar biasa, terdiri dari jasad, hayat, ruh, dan nafs.

Kesatuan ini menjadikan manusia unik di antara ciptaan Allah, sekaligus memberikan tanggung jawab besar untuk memakmurkan bumi dan menjaga keseimbangan alam. Refleksi terhadap tahapan ini mengingatkan kita akan keagungan Allah dan pentingnya memahami diri sebagai makhluk ciptaannya.

Sebagai makhluk dengan potensi jasad, hayat, ruh, dan nafs, manusia memiliki tanggung jawab untuk menjalani hidup dengan penuh makna, menciptakan kebudayaan, dan menjaga hubungan harmonis dengan sang pencipta. Sudah selayaknya manusia memaksimalkan potensi ini untuk menjadi hamba yang bermanfaat bagi sesama. [Sholikhul Abidin]

Baca Juga:  Muhasabah diri: Kenapa kamu masih melanjutkannya ?

Editor: Syukron Ma’mun

Related Posts

Latest Post