Menuntut Ilmu Itu Capek, Tapi Lebih Perihnya Kebodohan, Hikmah dari Imam Syafi’i

ilustrasi gambar orang yang gemar menuntut ilmu (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Menuntut ilmu memang melelahkan. Prosesnya tidak selalu mudah, sering kali penuh dengan tantangan dan pengorbanan.

Namun, jika kita menggali lebih dalam, kita akan menemukan bahwa lelahnya menuntut ilmu tak sebanding dengan perihnya kebodohan. Inilah salah satu hikmah penting yang disampaikan oleh Imam Syafi’i, seorang ulama besar dalam sejarah Islam.

Imam Syafi’i, nama lengkapnya Muhammad bin Idris al-Shafi’i, adalah pendiri salah satu dari empat mazhab utama dalam fikih Islam, Mazhab Syafi’i. Beliau dikenal bukan hanya karena kecerdasannya, tetapi juga karena kedalaman spiritual dan hikmah yang diambil dari pengalaman hidupnya.

“Barangsiapa yang tidak merasakan lelahnya belajar, maka ia akan merasakan perihnya kebodohan.”

Kata-kata ini mengandung pesan yang sangat dalam. Proses menuntut ilmu memerlukan usaha yang konsisten, waktu yang panjang, dan ketekunan yang luar biasa. Rasa lelah dan jenuh adalah bagian dari perjalanan itu.

Namun, kebodohan—kondisi di mana seseorang tidak memiliki pengetahuan atau pemahaman—menyebabkan dampak yang jauh lebih buruk dan mendalam dalam kehidupan seseorang.

Mengapa Menuntut Ilmu Itu Capek?

  1. Konsistensi dan Disiplin. Untuk mencapai tingkat pemahaman yang mendalam, seseorang harus belajar secara konsisten dan disiplin. Ini berarti mengorbankan waktu yang bisa digunakan untuk bersantai atau hiburan.
  2. Mengatasi Rasa Malas.Melawan rasa malas dan ketidakpedulian adalah tantangan besar. Motivasi untuk terus belajar sering kali harus didorong dari dalam diri.
  3. Menghadapi Kegagalan. Tidak jarang kita menghadapi kegagalan dalam proses belajar. Ujian yang sulit, konsep yang rumit, atau bahkan kritik dari orang lain bisa menjadi hambatan yang membuat kita merasa putus asa.
Baca Juga:  Mengenal Lebih Dekat dengan Imam Syafi’i dan Rahasia Kejeniusanya

Perihnya Kebodohan

  1. Kesempatan yang Hilang. Kebodohan membuat seseorang kehilangan banyak kesempatan dalam hidup, baik itu dalam karir, hubungan sosial, atau pengembangan pribadi.
  2. Kurangnya pengetahuan membuat seseorang bergantung pada orang lain untuk hal-hal yang seharusnya bisa dikuasai sendiri. Ini menciptakan ketergantungan yang tidak sehat dan mengurangi kemandirian.
  3. Kurangnya Kepercayaan Diri. Kebodohan sering kali membuat seseorang merasa rendah diri dan tidak percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain atau menghadapi tantangan hidup.

Mengapa Kita Harus Tetap Menuntut Ilmu?

Imam Syafi’i mengajarkan bahwa ilmu adalah kunci untuk membuka banyak pintu dalam kehidupan. Ilmu memberikan kekuatan, kebijaksanaan, dan pandangan yang lebih luas terhadap dunia.

Melalui ilmu, kita bisa memahami diri sendiri dan lingkungan kita dengan lebih baik, membuat keputusan yang lebih bijak, dan menjalani kehidupan yang lebih bermakna.

Menuntut ilmu memang bukan perjalanan yang mudah. Ada saat-saat lelah, putus asa, dan jenuh. Namun, kita harus ingat bahwa kebodohan membawa dampak yang lebih buruk dan lebih lama.

Seperti yang diajarkan oleh Imam Syafi’i, lebih baik kita merasakan lelahnya menuntut ilmu sekarang daripada harus menanggung perihnya kebodohan sepanjang hidup. Mari kita terus semangat dalam belajar dan menggali ilmu, karena di balik setiap tetes keringat dan usaha, ada hikmah dan manfaat yang menanti.

Menuntut ilmu adalah investasi terbaik yang bisa kita lakukan untuk masa depan kita. Semoga kita semua selalu diberi kekuatan dan keikhlasan dalam menuntut ilmu, sehingga bisa terhindar dari perihnya kebodohan dan meraih keberkahan hidup. [] Amanatul Khomisah

Baca Juga:  Muslim Perlu Tahu, Inilah Isi Bagian Dalam Kakbah!

 

Editor : Moh. Aminudin

Related Posts

Latest Post