Hukum Dasar Perkembangan Tingkah Laku Manusia

Tingkah Laku Manusia
Gambar Ilustrasi Tingkah Laku Manusia (Freepik.com - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Sejak proses terjadinya konsepsi sampai menjelang mati, manusia senantiasa akan mengalami perubahan, karna bertumbuh dan berkembang. Istilah “Bertumbuh” mengacu pada aspek-aspek fisik jasmaniah seperti bentuk, tinggi dan besar tubuh, jenis rambut dan lain sebagainya.

Adapun juga selain kata bertumbuh terdapat kata “Berkembang” mengacu pada aspek-aspek non fisik termasuk di dalamnya kondisi psikis dan Rohani seperti; kemampuan berpikir, sifat, sikap, dan lain sebagainya.

Terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan individu, manakah sih menurut kalian yang berpengaruh apa dari keturunan(gen) atau dari lingkungan?. Ternyata cukup banyak ahli dan teori yang sudah memberikan jawaban tentang hal tersebut, terdapat 3 teori besar:

  1. Teori (hukum) Empirisme

Epirisme yang dipelopori oleh john locke, ia seorang berkebangsaan inggris, (hidup pada tahun 1632-1704). Ia berkesimpulan bahwa tiap-tiap individu lahir sebagai “kertas putih” dan lingkungan itulah yang menulisi kertas putih itu.

Teori ini juga dikenal dengan “Tabularasa”, Artinya meskipun anak seorang satpam namun jika dilatih vocal oleh seorang pelatih vocal hebat maka dia mesti bisa menjadi penyanyi hebat di kemudian hari. Oleh sebab itu peran lingkungan juga bisa mempengaruhi perkembengan seseorang yang dapat diatur/direkayasa terutama lingkungan Pendidikan.

  1. Teori (hukum) Nativisme

Dalam teori nativisme berpandangan bahwa perkembangan pribadi hanya ditentukan oleh hereditas(pembawaan), faktor dari dalam yang bersifat, dibawa sejak lahir.

Baca Juga:  5 Tips Interaksi dengan Allah agar Lebih Bermakna dan Efektif

Menurut pandangan ini, bahwa faktor hareditas(pembawaan) yang bersifat kodrati dari kelahiran, tidak dapat diubah oleh pengaruh alam sekitar, atau Pendidikan. Memang kenyataan yang menunjukan bahwa, ada kesamaan atau kemiripan yang besar, antara orang tua dengan anak-anaknya.

  1. Teori (hukum) konvergensi

Bagaimanapun kedua alasan diatas tersebut namun keduanya kurang realitas, missal seperti ini, bahwa potensi hareditas yang baik tetapi pengaruh lingkungan kurang mendukung/negative tidak membina kepribadian yang ideal dan juga sebaliknya.

Oleh karna itu perkembangan pribadi, sesungguhnya adalah hasil proses Kerjasama kedua faktor, baik internal (potensi hereditas) maupun faktor eksternal (lingkungan Pendidikan).

Barangkali pendapat ini ada relevensinya dengan ajaran agama islam, yang mengakui adanya pembawaan disamping mengakui pula pentingnya lingkungan Pendidikan. Hal ini sebagaimana ditegaskan Rasulullah SAW.

عَن أبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّه عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُ صَلَّي الله عَلَيْهِ وَسلَم: كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلَي الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْيُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ (رواه البخاري)

Artinya: Dari Abu Hurairah RA. Nabi SAW. Bersabda: Anak yang baru lahir, adalah suci bersih, maka ibu bapaknya yang menjadikan anak itu seorang yahudi, Nasrani, atau majusi (HR. Bukhari)

Atas dasar hadits ini jelas, bahwa pada dasarnya manusia itu sudah membawa bakat sejak lahir. Sedangkan untuk perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya amat tergantung pada Pendidikan. [] Gilang

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Baca Juga:  Belajar dari Kelemahan Manusia: Sadari Ketidaksempurnaan Cari Perbaikan

Related Posts

Latest Post