MENJADI KAUM REBAHAN SEBAGAI BUKTI CINTA BAGI KELUARGA DAN BANGSA “Bercerai Kita Runtuh, Bersatu kita Teguh.”

Oleh: Dian Fatimatus Salwa

Masih ingat kalimat ini? Sebuah kalimat yang bisa memotivasi kita dalam berjuang untuk membela negara. Namun kalimat sakti tersebut, di masa Pandemi Covid 19 ini, beralih makna, menjadi “Bersatu Kita Sakit, Berjauhan Kita Semakin Sehat dan Kuat. Apakah teman-teman sepakat? sudah hampir satu tahun kita sama-sama #dirumahaja, sudah sama-sama menjadi kaum rebahan dengan versi dari masing-masing kita. Well, saya jadi penasaran juga, apa benar ada yang benar-benar jadi kaum rebahan, tanpa melakukan kegiatan lainnya? Semoga saja, tidak, ya. Karena pastinya sayang sekali waktu yang kita lewatkan namun tidak dimaksimalkan dengan hal-hal yang baik. Keadaan #dirumahaja ini sepertinya juga akan jadi normal, ketika kita melakukan concall meeting, ketika kita mengikuti seminar-seminar online, ketika kita akhirnya lebih banyak produktif di rumah, hingga pandemi ini berakhir.

Jaga Sesama…

Begitulah yang patut kita lakukan di masa pandemi covid 19 ini. Jika kita mengeluh mulai bosan di rumah, atau sedih karena tak bisa kumpul dan mudik ke pangkuan keluarga, rasanya kita juga perlu melihat sisi kehidupan para pejuang garsi depan saat ini. Siapa? Merekalah orang-orang yang mempertaruhkan nyawanya demi nyawa yang lain, berkorban demi raga yang lain. Para pasien dan juga para dokter, tenaga medis, dan para pejabat terkait yang menjadi garis terdepan dalam perjuangan ini, bahkan mereka tak lagi memikirkan bagaimana mudik nanti. Untuk bisa bertahan dengan pakaian apd lengkap, memerhatikan pasien-pasiennya satu persatu, itu adalah hal yang tak lagi bisa dikeluhkan, mereka melakukannya dengan tulus dan atas dasar kemanusiaan. Padahal kita tau, berada di balik baju apd, sungguh perjuangan dan butuh kesabaran luarbiasa. Harus mampu menahan keringat bercucuran, kepanasan, bahkan untuk makan dan minum saja, mereka harus menundanya, termasuk untuk buang air kecil/besar. Bahkan… mereka beribadah tetap dengan menggunakan apd lengkap.

Baca Juga:  Halaqah Virtual: Perempuan Ulama 2020 "Dakwah di Media Sosial dan Penguatan Literasi Pesantren"

Teman Teman …

Saya percaya bahwa kita sedang saling merindu pada setiap canda tawa yang pernah kita rangkai sebagai kisah di setiap harinya. Saya percaya, rindu pun harus dituntaskan, baik terhadap pasangan, orangtua, keluarga, atau orang-orang yang kita sayangi. Karena kita adalah manusia-manusia yang saling terkait oleh tatap dan temu. Namun kini, ada rindu yang harus kita pelihara, ada temu yang tertunda oleh waktu, entah sampai kapan. Dan bicara soal cinta, kali ini kita sedang diajarkan untuk kembali memaknai cinta, saling mengisi, menjaga sesama, tanpa pandang latar belakang dan agama. Karena Indonesia merdeka atas dasar gotong royong, maka kali ini pun sama, Indonesia akan membaik, Indonesia akan kembali pulih dengan semangat gotorng royong.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Related Posts

Latest Post