Oleh: Rikha Zulia
Muharram, bulan pertama dalam kalender hijriyah yang lebih dikenal masyarakat jawa dengan sebutan bulan Suro. Suro, nama yang diambil dari kata A’syuro yang berarti hari ke sepuluh dimana pada hari tersebut terdapat salah satu amalan yang sangat dianjurkan sebagai sunnah Nabi Agung Muhammad SAW yakni puasa a’syuro. Puasa yang apabila dilaksanakan akan digancar dengan diampuninya dosa selama setahun.
Betapa istimewanya bulan Muharram ini, namun dibalik keistimewaannya terdapat bermacam-macam mitos buruk yang diyakini beberapa kelompok masyarakat Indonesia seperti yang diyakini oleh sebagian masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa meyakini bahwa bulan Muharram adalah bulan yang sakral dan mengganggapnya sebagai bulan “sial”. Tidak seluruh masyarakat Jawa meyakininya, namun mitos ini cukup familiar dan masih dipercaya oleh sebagian orang hingga zaman modern ini. Salah satu mitos yang paling banyak diyakini adalah mengenai larangan menikah di bulan Suro. Selain itu pada bulan ini juga sering dijadikan sebagai bulan untuk ritual tertentu yang tidak sesuai dengan ajaran islam.
Lantas bagaimana islam memandang fenomena beberapa mitos buruk di bulan Suro atau Muharram ini? Allah SWT dalam surah At-Taubah ayat 36 berfirman yang artinya:
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, diantaranya empat bulan haram. Itulah ketetapan agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu…”
Pada ayat diatas terdapat empat bulan yang disebut dengan bulan haram yaitu bulan Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan bulan Rajab. Bulan haram berarti bulan yang mulia serta istimewa, maka tidak benar jika bulan Muharram disebut sebagai bulan “sial”. Bulan Muharram atau bulan Suro juga disebut sebagai bulannya Allah, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah yanga artinya:
“ Sebaik-baik puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulannya Allah, yakni bulan Muharram” (HR. Muslim).
Telah dengan jelas Allah menjadikan bulan Muharram sebagai bulan yang mulia yakni dengan julukan syahrullah yang berarti bulannya Allah maka sudah sepatutnya umat muslim mempercayai dan mengamalkan dengan memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah SWT dalam kehidupannya.
Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang