Realita Sosok Bu Tedjo Dalam Masyarakat Indonesia

Oleh: Muhammad Miftahul Umam

Beberapa waktu ini tengah viral sebuah film pendek dengan judul “TILIK”, atau jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya “Menjenguk”. Film dengan durasi 32.34 menit ini tayang di youtube pada tanggal 17 Agustus 2020, dan pada tanggal 29 Agustus 2020 telah ditonton sebanyak 18,5 juta lebih penonton. Kesuksekan film ini tidak terlepas dari adanya tokoh yang bernama “Bu Tedjo”, yang dikenal karena nyinyirannya. Bahkan sosok Bu Tedjo ini sempat menjadi trending di twitter, dan berbagai kalimat celetukannya yang menggelitik dijadikan meme dan stiker whats app oleh para netizen, seperti “Dadi wong ki mbok sing solutip”, “Nuraninya itu loh dipake”, “Saiki mbok yo do miker” dan lain sebagainya.

Tokoh Bu Tedjo dalam film Tilik ini menggambarkan kebiasaan buruk masyarakat kita, khususnya di kalangan ibu-ibu atau lebih akrab disebut “emak-emak”, yang suka nyinyir, membicarakan keburukan orang lain dan nge-gosip tanpa mencari tahu dengan sebenar-benarnya terlebih dahulu akan kebenaran hal yang dibicarakan. Seringkali kebiasaan nyinyir dan nge-gosip hanya akan menimbulkan fitnah, karena itu hanya sebuah asumsi yang belum tentu kebenarannya. Terlebih masyarakat kita yang biasanya malas untuk mencari kebenaran informasi tersebut, dan hanya menerima secara mentah-mentah informasi yang sampai kepadanya. Maka dari itu, nyinyir dan gosip dianggap sebagai suatu hal yang buruk atau negatif.

Baca Juga:  Pencegahan Bullying dan Implementasi Etika dalam Lingkungan Pesantren

Namun demikian, gosip tidak selalu berkonotasi buruk. Dalam ilmu sosiologi, gosip termasuk salah satu sarana pengendalian sosial. Gosip menjadi salah satu alat yang cukup efektif untuk mencegah terjadinya penyimpangan sosial di dalam suatu kelompok masyarakat. Misalnya, seorang wanita yang biasa pulang terlalu malam atau biasa dibonceng oleh laki-laki yang bukan mahramnya, dalam kelompok masyarakat tertentu dianggap sebagai bentuk penyimpangan sosial. Ketika wanita yang biasa melakukan penyimpangan sosial tersebut mengetahui bahwa dirinya sedang digosipkan, maka ia akan merasa tidak enak atau tidak nyaman sehingga dapat membuatnya berhenti melakukan hal tersebut.

Penulis merupakan mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang

Related Posts

Latest Post