Menatap!

Oleh: Wihda Ikvina Anfaul Umat

Membiarkan langkah menyentuh bumi.

Berjalan berirama entah dengan tujuan apa.

Banyak yang menatap namun sekadarnya.

Tataplah aku, aku perempuan biasa.

 

Aku tidak pandai berdialektika.

Aku sering digiring tetua, berlaku ini itu tanpa tau jelasnya.

Diperalat dan diposisikan pada tataran kedua.

Seakan citaku dikubur, cintaku digusur.

Aku pun tersungkur.

 

Aku perempuan biasa.

Tidak tau bagaimana bergulat dengan zaman.

Harianku hanya menyajikan hidangan.

Hidup pada lingkaran kecil kebebasan, sedang yang besar hanyalah angan.

Aku sekalipun tidak pernah berpikir jauh.

Aku punya harga.

Akulah sang permata.

 

Kelak saat jiwaku membrontak.

Meyakinkan ego sendiri .

Tidak lagi ada penindasan atasku.

Akulah yang menatap surya pagi hari dan membiarkannya berlalu hingga hilang di sore hari.

Jika di lain hari tatapanmu atasku masih dengan kesan yang sama.

Aku ingin membungkammu kuat-kuat.

Lihat!!!

aku adalah per-empu-an yang mampu.

Yang tegar, kuat, pintar dan bertumpu pada dua sendi kakiku.

 

Sekarang, Nona.

Saat menatap nona.

Aku yakin, nona adalah satu dari sekian yang teristimewa.

Jangan lagi gusar berpikir tentang bisa apa?.

Perempuan, Bisa segalanya.

 

Penulis adalah Santri Pesantren Riset Al-Muhtada dan  mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Semarang.

Baca Juga:  Utilitarian Dan Kelabilan Nilai Moral

Related Posts

Latest Post