Makna Kemerdekaan bagi Generasi Muda Indonesia

Oleh: Anur Wahyu Ningtyas

Pada tahun 2021, bangsa Indonesia akan memasuki 76 tahun kemerdekaan tepat pada tanggal 17 Agustus 2021. Merdeka dari para kolonial penjajah yang dilakukan oleh negara lain selama berabad-abad lamanya. Hari kemerdekaan tentu menjadi momen yang sangat bersejarah dan penting bagi suatu bangsa, termasuk juga bagi bangsa Indonesia. Kemerdekaan menjadi bukti nyata perjalanan panjang, pengorbanan, dan perjuangan keras dari para pahlawan dalam merebut kebebasan dari tangan penjajah.

Kemerdekaan Indonesia ditandai dengan dibacakannya Proklamasi Kemerdekaan oleh Presiden pertama Republik Indonesia, bapak Soekarno pada tanggal 17 Agustus 1945. Proklamasi menjadi simbolis yang melambangkan lahirnya bangsa Indonesia. Namun, proklamasi kemerdekaan bukanlah akhir dari perjuangan bangsa Indonesia, melainkan sebagai tonggak awal dimulainya perjuangan bangsa. Karena setelah merdeka, tugas dan amanah yang diemban bangsa ini justru akan semakin berat. Mempertahankan dan mengembangkan hasil perjuangan para pahlawan dalam merebut kemerdekaan RI tidaklah mudah, karena seiring perkembangan zaman akan semakin besar dan berat tantangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia.

Kemerdekaan yang bangsa Indonesia rasakan, medorong setiap rakyat Indonesia untuk turut serta dan aktif dalam mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sikap mempertahankan dan menjaga keutuhan NKRI sebagai wujud nasionalisme terhadap tanah air dan rasa syukur serta terima kasih kita terhadap para pahlawan terdahulu yang telah mempertaruhkan jiwa dan raga demi memperjuangkan kemerdekan bangsa Indonesia. Masih banyak hal yang perlu dilakukan agar negara Indonesia tetap berdiri kokoh dalam mempertahankan kemerdekaan. Proklamasi kemederkaan yang telah terwujud semestinya menjadi sarana yang mendorong rakyat Indonesia dalam mencapai kehidupan bermasyarakat yang adil dan makmur sesuai dengan makna yang terkandung dalam Pancasila dan UUD 1945.

Makna kemerdekaan bagi setiap individu tentu berbeda-beda. Ada yang mengartikan kemerdekaan bangsa Indonesia sebagai awal kebebasan negara dari belenggu penjajah. Karena dengan adanya kemerdekaan secara otomatis seluruh rakyat Indonesia terbebas dari penindasan oleh negara lain dan diakui oleh dunia sebagai negara yang merdeka. Kemerdekaan sebagai alat pemersatu bangsa. Dengan adanya kemerdekaan seluruh rakyat dari Sabang sampai Merauke akan memiliki jiwa nasionalisme tinggi yang dapat mempersatukan bangsa dalam menyingkirkan perselisihan dan perbedaan demi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kemerdekaan juga dimaknai sebagai bukti kekuatan berdirinya bangsa Indonesia yang tentu menandakan bahwa perjuangan yang akan dilakukan akan semakin berat.

Perjuangan menjaga kemerdekaan saat ini tentu menjadi tugas untuk seluruh rakyat Indonesia terlebih bagi generasi muda. Generasi muda merupakan calon pemimpin dan penerus bagi bangsa di masa depan. Generasi muda tentu mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam mempertahankan keutuhan bangsa, serta membangun kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan agar terciptanya kehidupan yang sejahtera, adil, dan makmur di masa yang akan datang. Menghargai para pahlawan terdahulu menjadi suatu sarana yang dapat dilakukan generasi muda dalam memaknai kemerdekaan bangsa.

Ada banyak hal yang dapat dilakukan generasi muda saat ini untuk tetap menjaga esensi dan makna kemerdekaan bangsa, diantaranya dengan penghargai perjuangan para pahlawan terdahulu dan saling menghormati antar sesama ras, suku, agama, dan budaya. Taat akan pertauran, bijak berteknologi, tidak melakukan tindakan kriminal, mengharumkan nama bangsa, serta masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh para generasi muda bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan republik Indonesia.

Kemerdekaan Republik Indonesia harus tetap dipertahankan apapun dan bagaimanapun kondisinya. Seluruh rakyat Indonesia harus mengambil peran dan ikut andil dalam mempertahankan NKRI. Negara yang merdeka tidak hanya dibentuk oleh sekelompok golongan tertentu, akan tetapi seluruh bagian dari negara turut berperan dalam menjaga kemerdekaan. Sikap pantang menyerah, rela berkorban, rasa nasionalisme, saling bekerjasama, dan semangat perjuangan yang bergelora menjadi hikmah dan pelajaran yang sangat berharga yang dapat diambil dari perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Setiap individu tentu memiliki cara masing-masing dalam memaknai dan mengabdi untuk bangsa, namun apapun perbedaannya akan mencapai tujuan yang sama untuk kemakmuran bangsa Indonesia. Untuk seluruh rakyat Indonesia apapun suku, ras, agama, maupun budayanya mari untuk saling bahu membahu mempertahankan kemerdekaan NKRI, mari untuk saling bekerjasama melanjutkan perjuangan bangsa, mari untuk saling menghargai dalam kebhinekaan, dan mari untuk saling bersatu mewujudkan bangsa yang sejahtera. Dirgahayu Republik Indonesia yang ke-76, semoga menjadi negara yang kian maju dan sejahtera.

Penulis merupakan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.

Dua Pilar Keislaman Bangsa Indonesia

Oleh: Fafi Masiroh

Indonesia memiliki penduduk yang banyak dengan berbagai keragaman, baik dari suku, budaya ataupun agama. Bangsa Indonesia sendiri mayoritas penduduknya beragama islam. Berdasarkan data World Population Review dilansir dari Industry.co.id, jumlah masyarakat muslim di Indonesia pada tahun 2020 yaitu mencapai 220 juta jiwa atau 87,2% dari total masyarakat Indonesia sebanyak 273,5 juta jiwa. Keberadaan masyarakat Indonesia yang identik dengan keberagaman pun terjadi di tengah-tengah masyarakat muslim Indonesia, yakni di dalamnya sendiri terdapat dua organisasi besar sebagai lembaga dakwah sekaligus yang menaungi masyarakat islam di Indonesia yaitu Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.

Kedua organisasi tersebut merupakan dua pilar keislaman Bangsa Indonesia yang berperan penting dalam keberadaan Indonesia, bahkan keduanya sama-sama berdiri sebelum Indonesia merdeka. Nahdlatul Ulama didirikan oleh KH Muhammad Hasyim Asy’ari sedangkan Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan,  yang keduanya merupakan sahabat karib dan sama-sama berguru dengan KH Sholeh Darat di Semarang.  Beberapa keadaan, akan tetapi sering dijumpai bahwa penduduk yang berada di bawah naungan masing-masing organisasi tersebut, menganggap bahwa Nahdlatul Ulama dan Muhammadiyah merupakan dua hal yang sangat berbeda. Misalnya beberapa tanggapan NU dan Muhammadiyah dalam menanggapi berbagai hal secara berbeda, seperti tata cara sholat dan masalah furu’iyah lainnya. Sehingga kerap kali keadaan tersebut mendorong beberapa pihak masyarakat islam Indonesia terkesan terpecah belah karena tampak fanatik terhadap perbedaan pemahaman tersebut.

Rasa toleransi yang tinggi sudah seharusnya selalu dipraktikkan oleh muslim dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dengan masyarakat non islam lainnya tetapi juga toleransi dengan sesama masyarakat islam juga justru harus lebih kuat. Sama sekali tidak untuk memaksakan kehendak terhadap masyarakat yang ada di bawah naungan masing-masing organisasi tersebut, namun jika dilihat terdapat sejumlah ulama, kiai dan tokoh masyarakat islam lainnya yang memiliki hubungan dinamis meskipun latar belakang mereka berbeda yaitu dari kalangan NU dam Muhammadiyah. Hal tersebut seharusnya mampu dijadikan contoh bagi masyarakat islam secara luas serta mampu mendorong  mereka untuk saling merangkul di antara perbedaan mereka.  Sehingga keberadaan islam di tengah-tengah masyarakat muslim Indonesia mendorong mereka untuk saling menghormati, menghargai dan peduli terlepas dari keberagaman mereka.

Habib Husein Ja’far Al Hadar salah satu pendakwah mengungkapkan, bahwa keberadaan NU dan Muhammadiyah di tengah-tengah Bangsa Indonesia bagaikan kedua sayap yang ada pada burung garuda sebagai lambang Indonesia. Keduanya memang memiliki masing-masing ciri identik sebagai organisasi islam yang sholihul likulli zaman wa makan yaitu islam yang relevan dengan semua waktu dan tempat. NU identik dengan islam nusantaranya yang sesuai dengan setiap tempat, sedangkan Muhammadiyah identik dengan gerakan islam berkemajuan yang sesuai dengan islam di semua waktu. Terlepas dari perbedaan mereka, pada intinya mereka sama-sama bergerak dalam menjadikan Indonesia agar memiliki peradaban yang tinggi sebagai tempat bagi umat musim yang kelak diharapkan dapat turut serta memberikan kontribusi besar bagi umat islam di dunia.

Setiap masyarakat memang memiliki kebebasan dalam memandang dan menilai suatu perbedaan baik dari sisi positif ataupun negatif, akan tetapi alangkah baiknya jika dalam memandang setiap perbedaan tidak mendorong untuk menjadikan kita saling terpecah belah namun mendorong untuk menjadikan kita sebagai masyarakat (muslim pada khususnya) yang saling merangkul dan menghargai, sehingga mampu melahirkan kekuatan untuk menebar kebaikan yang dapat dirasakan oleh masyarakat lainnya secara luas.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.