Almuhtada.org – Pada zaman dahulu ada seorang nabi yang diutus untuk membersamai bangsa Persia kuno. Masa itu kisaran antara abad ke-6 atau abad ke-7 sebelum Masehi.
Nabi ini ada di zamaan yang sama dengan seorang raja pertama di dinasti Achaemenid di Persia bernama Raja Cyrus Agung.
Raja Cyrus Agung merupakan seorang penganut agama tauhid yang menyembah hanya kepada tuhan yang tunggal. Raja Cyurs Agung atau yang ramah ditelinga umat islam adalah seorang bernama Zulkarnain pada sebuah ayat yang menceritakannya di dalam Al-Quran.
Seorang nabi yang berada di zaman yang sama dengan Zulkarnain bernama Nabi Zarathustra. Nabi Zrathustra membawa sebuah ajaran penyembah kepada Tuhan yang tunggal yang disebut Ahura Mazda.
Ahura Mazda secara etimologi dapat dijabarkan yaitu, “Ahura” yang berarti Tuhan dan “Mazda” yang brarti kebijaksanaan. Ajaran yang di bawanya dikenal dengan sebutan Zoroastrianisme.
Nabi Zarathustra disebut sebagai cikal bakal adanya agama majusi yang saat ini bertempat di sejumlah daerah India, terutama di dekat Mumbai, yang hingga saat ini memiliki pengikut sebanyak 100.000 hingga 200.000 di seluruh dunia.
Namun menurut beberapa riwayat, pada zaman dahulu agama Zeroaster adalah agama yang menyembah Allah SWT, namun seiiring berjalannya waktu ajaran tersebut mengalami pergeseran yang menyebabkan pengikutnya berubah menjadi penyembah api.
Artinya agama Zoroaster atau Majusi zaman dahulu tidak sama dengan ajaran yang dianut saat ini. Konteks ini menunjukkan adanya campur tangan manusia pada ajaran tersebut, yeng berdampak pada ternodainya ajaran ketauhidan Zoroaster.
Pada awalnya bangsa Persia Kuno hanya menggap bahwa api hanyalah sebuah cahaya yang didatangkan oleh tuhan, yang pada zaman ini dianggap sbagai cahaya dari lampu.
Maka ketika mereka beribadah mereka harus menghidupkan cahaya untuk beribadah agar ruangan yang mereka jadikan ibadah bercahaya dan mereka dapat fakus untuk melaksanakan ibadah.
Dalam islam kita diajarkan untuk tidak shalat di tempat gelap meskipun tidak ada larangan khusus yang menjelaskannya. Hokum yang berlaku adalah mubah, tetapi dapat menjadi makruh jika kondisi gelap dapat mengganggu konsentrasi dalam shalat.
Penjelasan diatas dapat dijadikan persamaan dalam ajarannya, namun ajaran Zoroaster sekarang beralih dan malah menganggap jika api adalah tuhan yang mereka sembah.
Api yang mereka sembah adalah perwujudan dari kesuciang ketika mereka beribadah. Tuhan yang mereka sembah sebenarnya adalah Ahura Mazda (Tuhan Bijaksana).
Lalu bagaimana kisah Nabi Zarathustra yang diutus oleh Allah SWT. Dalam sejarah Persia, Zarathustra dianggap sebagai tokoh penting bagi masyarakat Persia. Allah SWT.
Mengutus seorang nabi yang berasal dari kalangan mereka sendiri yaitu Zarathustra. Zarathustra mulai berdakwah pada orang-orang dan berusaha membawa perubahan serta memperbaiki system kepercayaan kaumnya yang memiliki keyakinan politeisme dan paganisme.
Meskipun pada permulaan dakwah tidak mudah, namun satu persatu kaumnya mulai mengikuti ajarannya karena Allah SWT memberikan beberapa mukzizat kepadanya.
Berkat mukzizat yang diberikan Allah kepada Zarathustra, orang-orang mulai percaya pada pesan yang disampaikan oleh Zarathustra.
Salah satu mukjizat yang paling terkenal yaitu, Nabi Zarathustra mempu menyembuhkan berbagai penyakit seketika. Hal ini membuat banyak orang percaya dengan ajaran Zarathustra. [] Nailah Maghfirah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah