Fenomena Bunuh Diri sebagai Dampak Negatif Perkembangan Iptek

Foto: Sokhifah Hidayah
Foto: Sokhifah Hidayah (Dok. Pribadi - Almuhtada.org)

Almuhtada.org – Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) dirancang untuk memudahkan pekerjaan-pekerjaan manusia dalam waktu yang singkat. Artinya, kemajuan Iptek memberikan dampak positif kepada manusia. Namun, kemajuan Iptek juga memberikan dampak negatif. Bahkan, dampak negatif yang parah akibat dari kemajuan Iptek yaitu dapat merubah orientasi hidup manusia.

Kemajuan Iptek menjadikan orientasi hidup manusia hanya berfokus pada pencapaian materi jasadiyah. Terlebih setelah adanya kampanye tentang humanisme yang menjunjung tinggi kemanusian. Semua itu dapat menjadikan kepentingan-kepentingan yang ada hanya berhenti pada tujuan kemanusiaan dan mengabaikan aspek ketuhanan.

Implikasi terburuk dari hal tersebut yaitu hilangnya urgensi wahyu Tuhan dalam setiap lini kehidupan. Hal tersebut telah terlihat jelas dalam sikap manusia yang cenderung acuh terhadap aturan dari Tuhan. Praktik-praktik kehidupan manusia banyak yang tidak memiliki landasan pada dalil agama.  Kondisi terburuk, bahkan banyak juga praktik kegiatan manusia yang bertentangan dengan aturan-aturan agama. Contohnya judi online. Kemajuan Iptek menyebabkan mudah membuat aplikasi judi online. Adanya judi online membuat manusia jauh dari aturan-aturan Tuhan dan condong mengutamakan materi.

Diantara dampak yang dihasilkan dari perubahan orientasi hidup yang cenderung fokus pada materi serta sikap manusia yang acuh terhadap aturan Tuhan menjadikan hidup mereka merasa kosong dan sia-sia (meaningless life) (Kanafi, 2016). Contoh lain adalah penggunaan media sosial. Media sosial selain mempunyai dampak positif juga mempunyai dampak negatif. Salah satu dampak negatif dari media sosial adalah menjauhkan dari Tuhan. Hal ini karena media sosial membuat banyak orang lupa waktu, termasuk lupa untuk mengingat Tuhan. Pengguna media sosial banyak yang lebih mengejar kebahagiaan materi dalam menggunakan media sosial. Padahal kebahagiaan materi dalam menggunakan media sosial hanya berupa meaningless life.

Fenomena tersebut sekarang marak terjadi utamanya di kalangan para generasi Z. Mereka akan menganggap dirinya tidak bermakna ketika tidak mampu mencapai kesuksesan material duniawi. Hal ini karena mereka membandingkan dengan kehidupan duniawi yang ada di media sosial. Termasuk kesuksesan material duniawi yang ada di media sosial. Padahal kehidupan duniawi dan kesuksesan material duniawi di media sosial belum tentu benar adanya. Namun, banyak pengguna media sosial yang menganggap kehidupan dan kesukesan duniawi tersebut sebagai suatu kenyataan. Akibatnya, pengguna media sosial yang hidupnya tidak sebanding dengan kehidupan manusia lain yang ada di media sosial, menganggap dirinya gagal dalam mencapai tujuan hidup secara material.

Baca Juga:  Jangan Membunuh Dirimu Sendiri! Ketahuilah Bagaimana Islam Memandangnya

Kegagalan dalam mencapai tujuan material tersebut menjadikan mereka merasa tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidup. Tidak jarang mereka merasa stress, hati kosong, dan hidup tak bermakna. Bahkan belakangan ini muncul fenomena bunuh diri akibat sudah tidak mampu lagi menjalankan kehidupannya.

Merujuk pada hasil survei Sample Registry System (SRS) Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018, bahwa angka kematian di Indonesia sebesar 1,12 per 100.000 penduduk. Serta menurut keterangan Bank Dunia, aksi bunuh diri pada tahun tersebut mencapai angka 2.992 jiwa. Bahkan, menurut sebuah penelitian pada tahun 2022 angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia empat kali lebih besar dibandingkan dengan data resminya (Anugerah, 2023).

Fenomena bunuh diri tersebut muncul selain sebagai akibat dari stress dan ketidakbermaknaan hidup, juga merupakan akibat dari lemahnya tingkat spiritualitasnya. Aspek spiritualitas seperti yang diketahui banyak orang sebagai aspek yang memberikan pedoman hidup manusia, sehingga hidupnya lebih damai dan terarah.

Artinya, aspek spiritual menjadi hal yang sangat penting dan harus dimiliki sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dengan baik. Menjadikan aspek spiritual sebagai pedoman hidup bukan berarti mengabaikan kepentingan duniawi. Justru melalui aspek spiritual seseorang mendapatkan pedoman tentang bagaimana mencapai kesuksesan duniawi serta kesuksesan setelah kematiannya.

Disini penting untuk menyeimbangkan aspek spiritual terhadap kemajuan Iptek. Karena kemajuan Iptek yang memudahkan segala aktifitas hidup manusia, menjadikan manusia seakan-akan tidak lagi butuh pada Tuhan. Terjadi penurunan yang signifikan pada tingkat spiritualitas mereka. Mereka merasa mampu melakukan segala sesuatu sendiri tidak lagi membutuhkan Tuhan, apalagi manusia. Oleh karena itu, tidak mengejutkan ketika mereka menjadi manusia yang egois dan individualis.

Baca Juga:  Menggali Makna Ikrar Sumpah Pemuda

Artinya, untuk mencapai keseimbangan kehidupan spiritual dan kemajuan Iptek diperlukan suatu pengintegrasian antara aspek spiritual dan aspek intelektual (Kanafi, 2016). Kehidupan yang betumpu pada kedua aspek tersebut dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan, kenyamanan, serta perdamaian dalam kehidupan manusia secara spiritual dan material.

Sokhifah Hidayah, Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Related Posts

Latest Post