almuhtada.org – Salah satu sunnah Nabi Muhammad SAW yang bernilai tinggi ialah sholat sunnah dhuha.
Sholat dhuha biasanya dikerjakan secara sendiri (Munfarid). Namun, bagaimana jika dikerjakan secara berjamaah? Bagaimana hukumnya? Simak selengkapnya!
Sholat dhuha merupakan sholat sunnah yang bisa dikerjakan dengan minimal dua rakaat dan maksimal dua belas rakaat.
Rasulullah SAW pernah berwasiat kepada Abu Hurairah r.a. mengenai pentingnya sholat dhuha ini.
“Kekasihku, Rasulullah SAW telah berwasiat kepadaku dengan puasa tiga hari setiap bulan, serta dua rakaat dhuha dan witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim, dan Abu Dawud)
Pelaksanaan sholat dhuha sendiri dikerjakan secara munfarid atau sendirian. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam buku Keberkahan Sholat Dhuha Raih Rezeki Sepanjang Hari oleh Ustadz Arif Rahman, bahwa sholat dhuha tidak dikerjakan secara berjamaah.
Terdapat hadis shahih yang menunjukkan bahwa Rasulullah SAW pernah melaksanakan sholat dhuha secara berjamaah bersama sahabatnya.
Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari sahabat Itban bin Malik ra.:
عَنْ عِتْبَانِ بْنِ مَالِكٍ وَهُوَ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ ﷺ أَنَّهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللهِ إِنِّي أُنْكِرُ بَصَرِي وَأَنَا أُصَلِّي لِقَوْمِي، وَإِذَا كَانَتِ الْأَمْطَارُ سَالَ الْوَادِي الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ، فَلَمْ أَسْتَطِعْ أَنْ آتِيَ مَسْجِدَهُمْ، فَوَدِدْتُ يَا رَسُولَ اللهِ أَنَّكَ تَأْتِي فَتُصَلِّي فِي بَيْتِي فَأَتَّخِذَهُ مُصَلًّى. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ ﷺ: سَأَفْعَلُ إِنْ شَاءَ اللهُ. قَالَ عِتْبَانُ: فَغَدَا عَلَيَّ رَسُولُ اللهِ ﷺ وَأَبُو بَكْرٍ حِينَ ارْتَفَعَ النَّهَارُ، فَاسْتَأْذَنَ فَأَذِنْتُ لَهُ، فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى قَالَ: أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ؟ فَأَشَرْتُ إِلَى نَاحِيَةٍ مِنَ الْبَيْتِ، فَقَامَ النَّبِيُّ ﷺ فَكَبَّرَ، فَقُمْنَا وَرَاءَهُ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ. [متفق عليه]
“Diriwayatkan dari ‘Itbān bin Mālik, bahwa ia berkata: Wahai Rasulullah, penglihatanku telah lemah dan aku menjadi imam bagi kaumku. Bila hujan turun, lembah di antara aku dan mereka teraliri air sehingga aku tidak dapat ke masjid. Aku ingin engkau datang ke rumahku dan salat di tempat yang dapat kujadikan mushalla. Rasulullah Saw bersabda: ‘Akan kulakukan insya Allah.’
Keesokan harinya Rasulullah SAW datang bersama Abu Bakar. Beliau berdiri dan bertakbir, maka kami pun berdiri di belakang beliau. Beliau sholat dua rakaat lalu mengucapkan dalam.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Maka berdasarkan pendapat tersebut adalah bahwa sholat sunnah dhuha boleh dilaksanakan secara berjamaah karena Rasulullah SAW pernah mencontohkannya.
Sesungguhnya, shalat sunnah yang utama adalah sholat sunnah yang dilakukan secara munfarid/sendiri dan lebih utama ketika dilakukan di rumah, sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya:
“Hendaklah kalian manusia melaksanakan shalat (sunnah) di rumah kalian karena sebaik-baik shalat adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari no. 731)
Terdapat shalat sunnah yang disyari’atkan untuk pelaksanaannya secara berjamaah seperti sholat tarawih.
Selain daripada itu, yakni sholat sunnah dhuha dan tahajud, lebih utama dilakukan secara sendiri dan boleh dilakukan secara berjamaah tetapi tidak rutin atau terus menerus.
Jika ada maslahat untuk melakukan sholat sunnah secara berjamaah seperti untuk mengajarkan orang lain, maka lebih utama dilakukan secara berjamaah. [] Raffi Wizdaan Albari