ALmuhtada.org – Sayyidina Ali bin Abi Thalib merupakan menantu Rasulullah yang dikenal memiliki kewibaan yang tinggi.
Tidak heran mengapa dirinya dipercaya untuk memimpin sebagai Khalifah ke-4 setelah kepemimpinan Utsman bin Affan.
Ali bin Abi Thalib menjadi pribadi yang dimuliakan banyak orang dan disegani karena implementasinya dalam ilmu sosial yang ada di dalam Al-Qur’an.
Syaikh Nawawi al-Bantani dalam Nashaihul al-Ibad meriwayatkan tiga perkataan Sayyidina Ali tentang hal itu. Berikut penjelasannya.
- Tafaddlu ‘ala man syi’ta faanta amiiruhu
Maknanya yaitu jika kamu berbuat baik, maka kamu bisa memimpin. Misalkan saja terdapat seseorang yang pendidikannya biasa-biasa saja, namun memiliki harta yang berlimpah.
Dengan harta itu digunakanlah untuk membiayai berbagai pakar-pakar pedagang untuk membantu dirinya mendirikan usaha dan menjalankannya.
Dengan kebaikannya yaitu membuka lowongan pekerjaan, secara tidak langsung orang tersebut mampu menjadi pemimpin atau penggerak agar orang lain mau bekerja untuk dirinya.
- Wastaghni ‘amman syi’ta fainnaka nadhiruhu
Perkataan yang kedua memiliki makna bahwa jika kamu tidak membutuhkan orang lain maka kamu akan setara.
Misalkan ada pejabat tinggi seperti presiden atau figur publik lainnya mendatangi desa Anda.
Anda juga akan merasa biasa-biasa saja atau dikatakan setara jika tidak memiliki kepentingan dengan dirinya baik foto-foto ataupun keinginan untuk mengobrol.
Sebaliknya apabila Anda memiliki kebutuhan tertentu namun tidak memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan itu.
Dikarenakan situasi yang mendesak, tentu saja Anda mencoba untuk sopan dan ramah kepada orang yang menjadi target untuk mau meminjami uang meskipun status sosialnya belum setinggi pejabat.
Dari kebutuhan yang dimiliki, kita bisa simpulkan bahwa seseorang lebih takut dengan seseorang satpam yang memberi hutang daripada pejabat yang tidak membantu kehidupan orang itu.
- Wa as’ala man syi’ta faanta asiiruhu
Silahkan kamu butuh seseorang, maka kamu akan menjadi budak. Itulah makna perkataan yang ketiga ini.
Misalkan kita ambil contoh di dunia kerja yaitu pada bos dan sekretarisnya. Si bos tentu memiliki jabatan yang lebih tinggi daripada si sekretaris.
Namun, disaat si bos mencintai sekretaris itu, maka kepangkatan yang ada akan diabaikan. Kewibaan yang dimiliki bos ini tidak bisa mengalahkan sikap sikapnya yang manja kepada sekretaris.
Nah itulah tiga hukum sosial dari Sayyidina Ali yang benar-benar terjadi di dunia. Melalui memahami ketiga hukum ini, Anda harus bisa berhati-hati dalam meakukan tindakan dan menyadari banyak kejadian di kehidupan sehari-hari.
Misalkan ada orang yang menyukai diri Anda, maka terimalah dan bantulah sesuai kapasitas diri. Anda akan dapatkan kebahagiaan serta kepercayaan untuk menjadi pemimpin yang baik.
Sebaliknya apabila terdapat orang yang tidak menyukai atau benci kepada Anda, bersyukurlah dan rasakan ketenangan karena orang itu pasti segan untuk meminta hutang kepada Anda.
Urusan di dunia akan terasa ringan serta sepele jika Anda mampu menerapkan dan merespon berbagai gejolak dalam kehidupan sehari-hari. Islam sebagai agama yang mengajarkan respon menghadapi berbagai situasi telah hadir untuk Anda. [] Syukron Ma’mun
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah