Almuhtada.org –Rasulullah sallallahu ‘alaihi wasallam merupakan panutan dan teladan bagi orang muslim. Dengan sikapnya yang berjiwa pemimpin, dermawan dan berwibawa maka tidak ada alasan untuk tidak mengikutinya. Wibawa memiliki arti pembawaan yang dilakukan untuk menguasai dan mempengaruhi serta dihormati orang lain melalui sikap dan tingkah laku yang mengandung kepemimpinan dan penuh daya tarik.
Melalui artikel ini, akan dijelaskan cara berwibawa menurut Rasulullah.
- Diam/bicara seperlunya
Rasulullah Ketika berbicara, beliau berbicara hanya seperlunya dan tidak suka berbicara berlebihan. Perkataan yang beliau ucapkan merupakan hal hal penting dan bermanfaat. Beliau tidak pernah bertele-tele saat berbicara. Dijelaskan dalam sebuh hadis:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
- Menghadap lawan bicaranya
Saat Rasululah sedang berbicara dengan orang lain, beliau akan senantiasa menghadapkan dan membawa dirinya menatap lawan bicaranya. Menghadaap lawan bicara dapat membangun kedekatan antara diri sendiri dengan lawan bicara tersebut. Abdullah bin Amr meriwayatkan:
“Rasulullah saw. selalu menghadapkan seluruh tubuhnya kepada orang yang diajak berbicara.” (H.R. Tirmidzi).
- Tidak memotong pembicaraan orang lain
Rasulullah merupakan seseorang sopan. Beliau mennghindari memotong pembicaran orang lain yang sedang berbicara. Sikap tersebut mencerminkan sikap kesabaran dan sebagai bentuk penghormati orang lain. Rasulullah juga dikenal sebagai pendengar yang baik. Dijelaskan dalam hadis:
“Beliau tidak pernah memotong pembicaraan orang lain hingga orang tersebut selesai berbicara.” (H.R. Tirmidzi).
- Mendahulukan orang lain untuk berdiri
Saat sedang berkumpul dengan sahabat yang lain, Rasululah selalu mendahulukan orang lain untuk berdiri dari duduknya. Dengan kata lain, Rasulullah tidak berdiri dari duduknya sebelum orang lain berdiri. Sikap tersebut menunjukkan sikap rendah hati. Dari Jabir bin Abdillah, diriwayatkan:
“Jika Rasulullah saw. duduk bersama sahabat, beliau tidak akan berdiri terlebih dahulu sampai orang yang bersamanya berdiri lebih dahulu.” (H.R. Abu Dawud)
- Tidak gila hormat
Rasulullah bukanlah orang yang gila akan hormat dan suka dipuji apalagi dengan cara yang belebihan. Sebaliknya, beliau tidak pernah menginginkan pujian berlebihan dari orang lain. Rasulullah memiliki sikap yang sederhana. Dalam sebuh hadis bahkan Rasulullah bersabda:
“Janganlah kamu berlebih-lebihan dalam memujiku sebagaimana orang Nasrani memuji Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba Allah, maka katakanlah (tentang aku), ‘Hamba Allah dan Rasul-Nya.’” (H.R. Bukhari)
- Tidak duduk bersandar
Saat sedang duduk di depan orang orang, Rasulullah tidak pernah duduk bersandar. Beliau selalu duduk dengan tegap dan menjaga kesopanan serta memerhatikan orang yang hadir. Dalam sebuah hadis, Abu Sa’id Al-Khudri berkata,
“Rasulullah saw. melarang duduk bersandar di hadapan orang-orang.” (H.R. Abu Dawud).
- Tenang
Rasulullah akan selalu bersikap tenang dan berhati-hati saat melakukann atau menghadapi segala bentuk tindakan. Beliau tidak pernah sekalipun terburu-buru ataupun tergesa-gesa karena hal tersebut menimbulkan kesan yang kurang baik. Rasulullah saw. bersabda:
“Ketergesa-gesaan adalah dari setan, dan berhati-hati adalah dari Allah.” (H.R. Tirmidzi).
- Memberikn isyarat dengn tangan
Ketika mengisyaratkan sesuatu, Rasulullah tidak pernah mengisyaratkan atau menunjuk dengan menggunkan satu jari, tetapi menggunakan seluruh tangannya, dan bukan pula mengisyaratkan dengan menggunakan mata ataupun alis. Sikap tersebut menunjukkan kesopanan dan kesantunan terhadap orang lain. Jabir bin Abdillah meriwayatkan:
“Rasulullah saw. selalu menggunakan telapak tangannya saat memberi isyarat, tidak pernah menggunakan matanya.” (H.R. Abu Dawud)
- Tidak tertawa teerbahak-bahak
Rasulullah bukanlah orang yang suka tertawa terbahak-bahak. Tertawa terbahak-bahak tidaklah mencerminkan sikap kewibawaan. Ketika tertawa, Rasulullah hanya akan tersenyum. Abdullah bin Al-Harith meriwayatkan:
“Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih banyak tersenyum daripada Rasulullah saw.” (H.R. Tirmidzi).
Itulah cara berwibawa ala Rasulullah. Sebagai panutan yang rahmatan il ‘alamin dan dengan meniru sikap yang beliau miliki, kita tida hanya mewibawakan diri namun juga menjagadan mengeratkan hbngan dengan orang lain.[]Alya Rosadiana