Almuhtada.org – Sebagai makhluk sosial, kita selalu berinteraksi dengan orang lain.
Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai banyak orang dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Sering kali, kita memuji seseorang karena kelebihannya, namun di sisi lain, kita juga mudah mengkritik dan membicarakan kekurangan orang lain.
Kadang, kita lupa bahwa tidak semua orang yang kita puji benar-benar pantas dipuji. Misalnya, kita mengagumi seorang artis karena kecantikannya, tetapi jika ia tidak beriman kepada Allah Swt.
Sebaliknya, kita juga sering kali meremehkan seseorang hanya karena kekurangannya, tanpa menyadari bahwa mungkin ia memiliki amal ibadah yang luar biasa di sisi Allah.
Seburuk apapun kekurangan atau keburukan seseorang, kita tidak boleh mencela apalagi sampai mengghibahnya.
Ghibah adalah membicarakan keburukan seseorang yang jika orang tersebut mendengarnya, ia tidak akan menyukainya.
Ghibah termasuk dosa besar yang dapat merusak ukhuwah atau persaudaraan.
Dalam hadits riwayat Imam Muslim, Rasulullah menjelaskan tentang ghibah dengan sabda beliau:
ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ
“Kamu mengatakan tentang saudaramu hal-hal yang tidak disukainya”
Ada sahabat yang bertanya, “bagaimana jika apa yang dikatakan itu memang fakta?” Beliau lantas menjawab:
إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Jika apa yang kamu katakan itu ada pada saudaramu, berarti kamu telah ghibah. Dan jika apa yang kamu katakan itu tidak ada pada saudaramu, berarti itu adalah fitnah.”
Bentuk Ghibah bisa berupa perkataan, tulisan maupun isyarat. Imam Ghazali mencontohkan, isyarat mata yang dimaksudkan untuk mencela juga termasuk ghibah.
Banyak sekali madharat atau kerugian yang diakibatkan dari ghibah, diantaranya mendapatkan dosa besar, merusak ukhuwah, diibaratkan telah memakan bangkai saudaranya, mencederai kehormatan muslim, dan Allah akan membuka aibnya. Naudzubillah.
Manusia tidak luput dari dosa, termasuk tergelincir dalam perbuatan ghibah.
Oleh karena itu, kita harus selalu berhati-hati dalam setiap perkataan dan tindakan kita.
Salah satu cara agar terhindar dari ghibah adalah dengan membaca doa yang diajarkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam As-Suyuthi rahimahullah (Kairo) dalam Kitab Lubabul Hadis:
قال صلى الله عليه وسلم: إذا قُمْتُمْ فَقُولُوا بِسْمِ الله الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ وَصَلَّى الله عَلَى سَيِّدِنا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلهِ وصَحْبِهِ وَسَلَّمَ فإنَّ النَّاسَ إذا اغْتَابُوكُمْ يَمْنَعُهُمْ الملك عَنْ ذ
Artinya: “Rosulullah shallallahu alaihi wa bersabda : “Jika kalian berdiri, maka ucapkanlah “Bismillaahirrohmaanirrohiim Wa shallallahu alaa sayyidinaa muhammadin wa ‘alaa aalihi wa shohbihii wa sallam”. Sungguh manusia jika akan menggunjing kalian, maka malaikat akan mencegah mereka dari perbuatan itu.”
Selain itu, jika kita ingin terlindungi dari ghibah, kita juga bisa membaca doa berikut:
اَللَّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَاةً تَعْصِمُنَا بِهَا يَا اللهُ مِنَ اْلغِيْبَةِ وَالتَّجَسُّسِ وَاْلكَذِبِ وَاللَّهْوِ
Artinya: “Ya Allah, berikan rahmat dan salam atas pemimpin, nabi dan tuan kami, Nabi Muhammad, beserta keluarganya dgn rahmat yg dapat melindungi kami dari ghibah, mencari² aib orang lain, dusta dan mengerjakan hal yg sia-sia.”
Adapun jika terlanjur menggunjing atau mengghibah orang lain, maka segeralah berhenti, beristighfar dan membaca doa berikut ini, berdasarkan hadits riwayat Imam Al-Baihaqi rahimahullah (Naisabur Iran) dalam kitab Ad-Da’awar Al-Kabir dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu (Basrah Iraq), Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Artinya: “Ya Allah, ampunilah kami dan ampunilah dia (orang yang dighibahi).”
إِنَّ مِنْ كَفَّارَةِ الْغِيبَةِ أَنْ تَسْتَغْفِرَ لِمَنِ اغْتَبْتَهُ، تَقُولُ : اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلَهُ
Artinya: “Sesungguhnya sebagai kafarat ghibah adalah kamu mendoakan ampunan atas orang yg kamu ghibahi dengan mengucap Allahummaghfir lanaa wa lahuu.”
Marilah kita berusaha untuk menjaga lisan, menghindari ghibah, dan lebih banyak berbicara hal yang bermanfaat.
Jika kita tidak bisa berkata baik, lebih baik kita diam, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:
“Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam.” (HR. Bukhari & Muslim). [] Nihayatur Rif’ah