Almuhtada.org – Dalam sejarah perkembangan Islam, posisi dakwah dengan berbagai banyak metodenya menempati tempat yang sentral dan terpuji. Karena itu, posisi orang yang berdakwah juga penting karena menjadi salah satu penentu dalam perkembangan Islam.
Seiring dengan berjalannya waktu, ternyata aktivitas dakwah berkembang hingga dalam batas tertentu, seakan-akan mengabaikan norma dan etika.
Dalam berdakwah kita sebagai orang yang ingin menyampaikan suatu dakwah pasti harus mempunyai suatu cara, suatu etika yang baik dalam menyampaikan informasi.
- Lakukan apa yang telah disampaikan
Berdakwah itu dimulai dari diri pendakwah itu sendiri, sebagai contoh dalam melakukan hal kebaikan.
Dalam ayat Al-Quran surat Al-Shaff ayat 3 berbunyi:
كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللّٰهِ اَنْ تَقُوْلُوْا مَا لَا تَفْعَلُوْنَ
Artinya, “Sangat besarlah kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan”
Dalam hal tersebut Allah SWT telah memperingatkan kepada orang-orang yang gemar memerintah untuk melakukan suatu kebaikan, namun dia sendiri enggan untuk melakukannya. Sama halnya ketika orang yang mengaku beriman akan tetapi mereka enggan melaksanakan perintah Allah SWT dan Rasulullah SAW di jalan kebaikan.
Sifat seperti itulah yang sangat dibenci oleh Allah SWT dan masyarakat sekitar.
- Santun dan rendah hati
Sifat santun dan rendah hati harus dimiliki oleh seorang yang ingin berdakwah, tidak menyombongkan dirinya dan menjaga perkataan nya agar dakwah dapat diterima dengan baik.
- Al-Luqman Ayat 18 berbunyi:
وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًاۗ إِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْر
Artinya, “Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri”.
Janganlah kamu bersifat sombong atas apa yang kamu miliki, merasa bangga atas suatu ilmu yang kamu sampaikan kepada orang lain sehingga menjadikan rasa sombong tumbuh semakin besar dalam hatimu.
Dalam menyampaikan suatu dakwah, penting bagi kita dapat menjaga tutur kata yang ingin terucapkan melalui lisan kita, tidak keras, dan tidak mudah mengumpat dan mencaci, sikap seperti itu yang semestinya ada dalam diri kita.
- Bermanfaat dan disampaikan oleh kasih sayang
Suatu informasi yang nantinya akan kita sampaikan pastikan bisa bermanfaat bagi diri kita maupun orang lain, dan disampaikan dengan hati yang ikhlas tanpa adanya suatu keterpaksaan.
Dalam QS. At-Taubah ayat 128, Allah berfirman:
لَقَدْ جَاۤءَكُمْ رَسُوْلٌ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ عَزِيْزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيْصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِيْنَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ
Artinya: “Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang tidak tahan melihat penderitaanmu, yang sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, serta penyantun dan penyayang terhadap orang-orang yang beriman.”
Karakter Rasulullah yang tertuang dalam ayat tersebut adalah bahwa Rasulullah bersifat empati terhadap umatnya. Selain itu, Rasulullah juga memiliki sikap yang penuh belas kasih dan penyayang dan menginginkan kebaikan pada umatnya. Inilah etika seorang pendakwah yang bervisi kemaslahatan, dan bila dikerjakan dengan baik, efektivitas dakwah lebih mudah diterima oleh masyarakat dan perubahan sosial yang berdimensi kebaikan akan mudah direalisasikan.
- Pemaaf dan toleran
Sifat pemaaf dan toleran harus bisa tertanamkan dalam hati seseorang, sebagai seorang yang ingin berdakwah harus bisa bersabar, pemaaf dan saling bertoleransi dalam menghadapi berbagai perbedaan dalam masyarakat nantinya.
Dalam QS. Ali Imran 159, Allah berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّٰهِ لِنْتَ لَهُمْ ۚ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيْظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوْا مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى الْاَمْرِۚ فَاِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى اللّٰهِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُتَوَكِّلِيْنَ
Artinya: “Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian, apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakal.”
Dalam ayat tersebut, semua karakter pendakwah yang terpuji terkumpul dalam pribadi Rasulullah dalam menyampaikan suatu dakwah. Sifat lemah lembutnya, tidak keras dan kasar dalam mengajak seseorang berdakwah dan berjiwa pemaaf dalam menghadapi berbagai perbedaan antar kaumnya terdahulu.
Sifat itulah yang harus diterapkan dan dilakukan dalam kehidupan kita sehari-hari, bukan hanya untuk seseorang yang ingin berdakwah melainkan kita semua yang merasa umat Rasulullah SAW. [] Shokifatus Salamah
Editor : Raffi Wizdaan Albari