Almuhtada.org – Mungkin dari kita banyak yang kini hidupnya jauh dari sempurna, entah dari segi finansial, keluarga, hingga pencapaian, dan rasanya tak ada yang bisa dibanggakan. Belum lagi, kegagalan yang tak terus saja dialami membuat kita merasa menjadi orang yang paling tidak beruntung di dunia.
Hidup ini layaknya roda, kadang di atas, terkadang pula di bawah. “Tapi, ko rasanya di bawah terus?”, ucap seseorang ketika lelah dengan semua kekurangan yang dimiliki.
Begitulah manusia, lebih mudah melihat segala kekurangan yang ada, hingga mengabaikan hal-hal kecil yang sejatinya berharga. Sudah wataknya manusia hobi mengeluh bahkan putus asa, padahal sejatinya manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna.
Manusia dibekali akal pikiran guna menjadi bekal dalam menjalani kehidupan, dan dengannya manusia dapat berpikir untuk mencari solusi atas segala permasalahan yang dihadapi. Allah juga menganugerahkan kita hawa nafsu, jika hal tersebut mampu dikendalikan, maka nafsu dapat membawa kita pada kebaikan dan menjauhkan dari keburukan.
Sayangnya, manusia seringkali mengukur standar keberuntungan, kesuksesan, dan kelebihan hanya pada hal-hal yang sifatnya duniawi saja. Padahal, final point dari perjalanan hidup manusia adalah akhirat.
Dunia hanyalah tempat bersinggah yang tentunya bersifat sementara. Apa yang kita miliki di sini haruslah ditujukan untuk memperoleh kebaikan di akhirat. Maka, apakah pantas kita meratapi nasib yang sifatnya sementara ini?
Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Az-Zumar ayat 53 yang berbunyi:
۞ قُلْ يَٰعِبَادِىَ ٱلَّذِينَ أَسْرَفُوا۟ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا۟ مِن رَّحْمَةِ ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغْفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلْغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Artinya: Artinya: “Katakanlah: Hai hamba-hamba-Ku yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Apapun kondisi yang kita hadapi, tak ada gunanya jika hanya diratapi tanpa adanya aksi. Sesungguhnya Rahmat Allah sangatlah luas, tinggal apakah kita mau berusaha untuk meraihnya atau memilih berpaling dari rahmatnya. Karenam sesunggunya Allah tidak akan merubah nasib seorang hamba, sebelum hambaNya berusaha untuk mengubah nasibnya sendiri.
Jadi, mulai sekarang, buang jauh-jauh segala pikiran yang membuat down dan mengekang langkah kita untuk terus berusaha dan berusaha hingga waktu yang tidak pernah kita ketahui, yakni kematian. Apapun hasil yang kita peroleh adalah hak prerogative Allah.
Jangan terlalu focus pada hasil, melainkan fokuslah pada proses yang telah dilalui, karena di dalamnya banyak sekali pelajaran hidup yang tidak akan kita dapatkan jika bukan kita sendiri yang mengalami. [] Hanum Salsabila
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah