Almuhtada.org – Pada suatu hari Aisyah R.A pulang bersama rombongan setelah mengikuti perang. Setelah perjalanan panjang, akhirnya Aisyah R.A beserta rombongan memutuskan untuk berhenti sejenak untuk beristirahat. Aisyah R.A bersama beberapa muslimah lainnya pergi ke suatu tempat untuk suatu hajat.
Setelah kembali, Aisyah R.A menyadari bahwa kalung yang ia pinjam telah hilang. Akhirnya Aisyah R.A kembali pergi ke tempat sebelumnya untuk mencari kalung tersebut tanpa diketahui oleh rombongan. Belum sempat Aisyah R.A kembali, rombongan sudah melanjutkan perjalanan mereka tanpa seorangpun mengetahui bahwa Aisyah R.A tidak bersama mereka.
Setelah menemukan kalung tersebut, Aisyah R.A kembali ketempat rombongan tadi berkumpul. Namun, mereka telah pergi meninggalkan Aisyah R.A tanpa disengaja. Akhirnya Aisyah R.A memustuskan untuk menunggu di tempat tersebut karena ia yakin rombongan tersebut akan segera menyadari bahwa ia tidak bersama rombongan tersebut lalu kembali dan menjemput Aisyah R.A.
Karena kelelahan Aisyah R.A akhirnya tertidur dibawah pohon. Aisyah R.A terbangun setelah mendengar seseorang mengucap kalimat Istirja, kalimat tersebut terlontar dari seorang sahabat Nabi yang bernama Shafwan bin Mu’aththal. Tanpa banyak bicara Ia hanya menunjuk ke kudanya, memberi isyarat kepada Aisyah R.A untuk menaiki kudanya, hal ini ia lakukan karena ia mengrhormati Aisyah R.A sebagai istri Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya Aisyah menaiki unta Shafwan, dan Shafwan berjalan sambil memegangi tali untanya. Hingga tibalah mereka bertemu dengan rombongan di suatu tempat. Melihat hal tersebut, orang – orang yang berada di rombongan melihat Aisyah R.A dan Shofwan dengan tatapan curiga.
Mendengar berita tersebut beberapa orang munafik mulai menyebarkan fitnah tentang perselingkuhan antara Aisyah R.A dan Shofwan. Salah satu orang munafik yang menyebarkan fitnah tersebut adalah Abdullah bin Ubay. Ia menyebarkan fitnah tersebut yang bertujuan untuk menyerang Rasulullah SAW yang sangat ia benci. Hingga rumor ini tersebar diseluruh penjuru Madinah hingga terdengar oleh Rasulullah SAW.
Awalnya Rasulullah SAW tidak menghiraukannya, namun lama – kelamaan Rasulullah SAW mulai terpikirkan dengan rumor tersebut. Aisyah R.A yang saat itu sedang sakit merasa bahwa akhir – akhir ini Rasulullah SAW berubah, tidak lagi memberikan candaan ataupun perlakuan romantic seperti biasanya.
Karena keadaannya tersebut Aisyah tidak keluar dari rumah dalam waktu yang cukup lama, hingga ia mengetahui akan rumor tentang dirinya. Mendengar rumor tersebut Aisyah R.A merasa sangat sedih, hingga akhirnya Aisyah R.A meminta izin kepada Rasulullah SAW untuk pergi mengunjungi rumah ibunya.
Selama di rumah ibunya, Aisyah R.A terus menangis karena merasa sangat sedih dengan rumor yang tersebar. Aisyah R.A menceritakan seluruh peristiwa yang terjadi kepada ibunya. Ibunya menasehati Asiyah R.A bahwa ia tidak perlu bersedih karena ia wanita beruntung yang memiliki suami yang menyayanginya.
Mengetahui Aisyah R.A tidak kunjung pulang ke rumah, akhirnya Rasulullah SAW menyusul Aisyah R.A. Sesampainya di rumah tersebut, Rasulullah SAW menanyakan tentang kebenaran rumor tersebut kepada Aisyah R.A, Rasulullah SAW berkata kepada Aisyah R.A jika memang hal tersebut tidak benar maka Allah SWT akan menyatakan tentang kebersihanmu, namun jika memang engkau melakukannya maka memohon ampunlah, karena sesungguhnya Allah SWT maha pengampun.
Mendengar perkataan tersebut, Aisyah R.A tidak bisa membendung air matanya, ia sangat sedih hingga hanya bisa menangis sembari memeluk ibunya yang berada disampingnya. Ketika hal tersebut terjadi. Allah SWT menolong Aisyah R.A dengan menurunkan wahyu kepada Rasulullah SAW berupa surah An – Nur ayat 11.
Rasulullah SAW, sangat gembira ketika mendapatkan wahyu tersebut, hingga ia berkata kepada Aisyah R.A dengan senyum bahwa Allah SWT telah mensucikannya, dan ia bersih dari rumor perselingkuhan tersebut. [] Aulia Cassanova
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah