Almuhtada.org – Asma’ binti Abu Bakar adalah seorang sahabat Rasulullah SAW yang dikenal karena keberaniannya, keimanan yang kuat, serta pengorbanannya untuk Islam.
Ia adalah putri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq yang merupakan sahabat terdekat Rosulullah dan khalifah pertama Khulafa’ur Rasyidin, sekaligus saudari dari Aisyah ra, istri Rasulullah SAW. Peran Asma’ binti Abu Bakar dalam perjuangan dakwah Rasulullah sangat besar, meskipun kisah hidupnya mungkin tidak terlalu dikenal.
1. Membantu Rasulullah dan Abu Bakar saat Hijrah
Ketika Rasulullah dan Abu Bakar memutuskan untuk hijrah ke Madinah, kaum Quraisy mengetahui rencana itu dan mengepung rumahnya pada malam keberangkatan. Namun, dengan bantuan Ali bin Abi Thalib yang menggantikan beliau di tempat tidur, Rasulullah berhasil meninggalkan rumahnya tanpa terlihat.
Setelah penyamaran Ali bin Abi Thalib terbongkar, kaum Quraisy segera melakukan pengejaran. Melihat situasi yang tidak aman keduanya memutuskan untuk bersembunyi sementara di Gua Tsur yang berada sekitar lima kilometer di selatan Makkah.
Rasulullah dan Abu Bakar berada di Gua Tsur selama 3 hari untuk menghindari kaum Quraisy. Atas kehendak Allah keduanya terlindung dari pengejaran kaum Quraisy Selama tiga hari, mereka berlindung di Gua Tsur untuk menghindari pengejaran kaum Quraisy dengan mengirim laba-laba yang membuat sarang di mulut gua serta burung merpati yang bersarang di sana, membuat pengejar Quraisy mengira gua tersebut kosong.
Selama masa persembunyian ini, Asma’ secara diam-diam membawa makanan kepada mereka berdua, meskipun ia berisiko ketahuan oleh kaum Quraisy namun ia tetap melakukannya. Karena tidak ada bahan untuk mengikat perbekalan, Asma’ merobek ikat pinggangnya untuk mengikatnya perbekalan tersebut agar tidak ketahuan, sehingga ia diberi julukan Dzatun Nithaqain (Pemilik Dua Ikat Pinggang).
2. Keberanian Menghadapi Abu Jahal
Ketika kaum Quraisy mengetahui bahwa Abu Bakar mendukung hijrahnya Rasulullah, Abu Jahal mendatangi rumah Asma’ untuk mencari tahu lokasi mereka. Meskipun diancam, Asma’ tidak mengungkapkan informasi apa pun. Ia bahkan mengalami kekerasan dari Abu Jahal, tetapi tetap teguh menyimpan rahasia hijrah Rasulullah dan ayahnya itu.
3. Pengorbanan dan Kesederhanaan Hidup
Setelah hijrah ke Madinah, Asma’ menikah dengan Zubair bin Awwam. Mereka menjalani kehidupan yang sederhana, dan Asma’ membantu suaminya dengan mengurus pekerjaan rumah tangga, termasuk merawat kuda dan membawa biji-bijian dari ladang. Meski hidupnya penuh tantangan, Asma’ dengan ikhlas mendukung keluarga dan menjalani perannya.
4. Keteguhan Iman
Di usia lanjut, Asma’ tetap memperlihatkan keberaniannya ketika putranya, Abdullah bin Zubair, melawan kekuasaan Bani Umayyah yang ia anggap tidak adil. Saat pasukan Al-Hajjaj mengepungnya, Abdullah merasa ragu, namun Asma’ mendukungnya agar tetap teguh dalam prinsipnya.
Ia mengatakan bahwa mati dengan kehormatan lebih baik daripada hidup dengan kehinaan. Abdullah pun gugur di medan perang, tetapi Asma’ tetap tegar sebagai seorang ibu yang bangga atas keberanian putranya.
Asma’ wafat di usia sekitar 90 tahun, tidak lama setelah kematian putranya. Kisah hidupnya menjadi inspirasi karena keteguhan iman, keberanian, serta pengorbanannya demi keluarga dan agama. [] Deya Sofia
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah