Almuhtada.org – Penganiayaan dan tekanan yang dialami oleh umat Muslim dari golongan kafir di Makkah pada masa hijrah memiliki potensi besar untuk mencetuskan konflik yang lebih besar. Namun, pada saat itu, orang-orang Muslim belum memiliki kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut.
Kemarahan orang-orang Quraisy semakin bertambah ketika umat Muslim pergi dan akhirnya menemukan perlindungan yang aman di Madinah. Mereka pun mengirim surat kepada Abdullah bin Ubay bin Salul, yang pada saat itu masih menjadi orang musyrik.
Orang-orang Quraisy dari Makkah mengirim surat ancaman kepada Abdullah bin Ubay dengan pesan bahwa dia telah menampung orang-orang dari kota mereka. Mereka mengancam akan memerangi atau mengusir orang-orang tersebut. Jika tidak, mereka mengancam akan datang dengan kekuatan penuh untuk menghabisi dan menawan wanita-wanita di tempat mereka.
Dengan tiba surat tersebut, Abdullah bin Ubay telah terpengaruh untuk mengikuti perintah teman-temannya dari Makkah yang musyrik. Dia merasa dendam terhadap Rasulullah, merasa bahwa beliau telah merebut kekuasaannya.
Abdurrahman bin Ka’b menceritakan bahwa setelah Abdullah bin Ubay dan para pengikutnya membaca surat itu, mereka bersiap untuk melawan Rasulullah.
Namun, Rasulullah mendengar tentang rencana ini dan segera pergi menemui mereka, dengan mengingatkan bahwa orang Quraisy sebenarnya ingin menipu mereka, Mereka sebenarnya akan membahayakan anak-anak dan keluarga mereka dan setelah mendengar itu, mereka pun bubar.
Abdullah bin Ubay bin Salul menahan diri untuk melancarkan serangan saat itu, ia merasa ragu karena ketidakpastian rekan-rekannya. Meskipun begitu, dia tetap menjalin kontak dengan pihak Quraisy.
Setiap kesempatan yang ada, dia berusaha menciptakan konflik antara orang-orang Muslim dan musyrik. Dia bahkan menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi. Namun, dengan bijaksana, Nabi selalu berhasil meredam konflik tersebut dari waktu ke waktu.
Kemudian, orang-orang Quraisy mengirim pasukan kepada umat Muslim untuk menyampaikan pesan mereka yang berbunyi, “Jangan merasa terlalu senang karena kalian meninggalkan kami pergi ke Yatsrib. Kami akan mendatangi kalian, merusak dan menghancurkan tanaman kalian di halaman rumah.”
Ini bukanlah sekadar ancaman kosong. Rasulullah yakin dan telah mendapatkan informasi tentang rencana jahat Quraisy serta keinginan mereka untuk menyerang yang menyebabkan Rasulullah menjadi sulit tidur dan membuat para sahabat selalu berjaga-jaga.
Ditengah situasi waspada tersebut muncullah seorang sahabat bernama Sa’d bin Abi Waqqash yang berinisiatif untuk melindungi Rasulullah. Atas dasar rasa khawatirnya terhadap Rasulullah inilah yang membuat Sa’d bin Abi Waqqash menjaga tidur Rasulullah bukan hanya satu atau dua malam saja tetapi hingga beberapa malam. [] Sholihul Abidin
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah