Almuhtada.org – Minat mengikuti pembelajaran sejarah kebudayaan Islam relative sangat rendah. Terutama bagi peserta didik. Hal mendasar yang melatar belakangi masalah tersebut adalah model pembelajaran. Guru dalam menerapkan model pembelajaran tidak dapat mengikuti kondisi peserta didik sekarang. Peserta didik saat ini cenderung tertarik pada hal-hal yang tervisualisasikan serta pembelajaran aktif yang menyenangkan. Bahkan dalam beberapa temuan, guru di Madrasah Ibtidaiyah (MI) belum sepenuhnya memahami model pembelajaran yang akan digunakan untuk menyampaikan materi kepada peserta didik dengan karakteristik yang dimiliki.
Peserta didik pada jenjang MI memiliki karakteristik seperti senang bermain, senang bergerak, dan senang bekerja dalam tim. Peserta didik juga senang melakukan secara langsung terhadap hal-hal yang dipelajari. Oleh karena itu, guru seharusnya dapat menerapkan model pembelajaran yang aktif. Karena dapat menunjang minat peserta didik dalam belajar utamanya mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Guru seharusnya beralih dari model pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran aktif. Misalnya dengan model pembelajaran kooperatif atau Cooperative Learning.
Model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam mempengaruhi minat belajar peserta didik. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Furqoni Hamzah (2012), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif dapat mempengaruhi minat belajar peserta didik dalam mata Pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam. Karena mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.
Guru dapat mendorong minat peserta didik dalam belajar Sejarah Kebudayaan Islam melalui media pembelajaran. Penggunaan media pembelajaran serta Alat Peraga Edukatif untuk menunjang pembelajaran kooperatif sehingga lebih mendukung pembelajaran yang aktif. Hal tersebut dilakukan dalam rangka menyesuaikan karakteristik peserta didik jenjang MI yang menyukai pembelajaran dengan pelibatan peserta didik secara langsung.
Alat Peraga Edukatif saat ini sudah banyak dikembangkan dengan sangat baik oleh para guru. Menurut Sudjana (2009), Alat Peraga Edukatif merupakan suatu alat yang dapat diserap oleh mata dan telinga yang bertujuan untuk memudahkan guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik secara efektif dan efisien. Di sisi lain, Alat Peraga Edukatif juga dapat menunjang imajinasi peserta didik yang abstrak dalam menerima mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam menjadi lebih tervisualisasikan dengan baik. Bagaimana jika Alat Peraga Edukasi dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam?
Salah satu Alat Peraga Edukatif yang dapat menjadi solusi untuk meningkatkan minat belajar peserta didik dalam mengikuti mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam adalah puzzle. Puzzle dapat memadukan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament yang dikemas dalam bentuk permainan beregu atau kelompok agar membangun atmosfer pembelajaran aktif. Perpaduan tersebut dapat diberi nama Games Puzzle Sejarah atau Gapura.
Gapura merupakan Alat Peraga Edukatif yang dikembangkan dari media permainan puzzle pada anak-anak. Permainan Gapura dilakukan dengan memasukkan gambar terkait materi sejarah untuk disusun menjadi sebuah gambar utuh. Gambar tersebut memuat pertanyaan untuk dijawab oleh peserta didik yang didiskusikan dengan satu kelompok atau tim. Setelah gambar berhasil disusun, setiap kelompok mendiskusikan jawaban dari pertanyaan yang ada pada gambar. Kelompok yang sudah selesai berdiskusi dipersilakan untuk mempresentasikan gambar yang mereka susun serta menyampaikan jawaban dari pertanyaan yang ada pada gambar.
Menurut Slavin (2005), Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dalam penerapannya meliputi penyajian kelas, belajar kelompok, permainan, pertandingan, dan rekognisi kelompok. Kegiatan pada penyajian kelas yaitu guru memberikan materi pengantar kepada peserta didik. Kegiatan pada belajar kelompok yaitu peserta didik mendiskusikan istilah-istilah penting yang ada pada materi yang sedang dipelajari.
Kegiatan pada permainan yaitu peserta didik mengulas materi yang sudah dipelajari melalui permainan atau ice breaking. Kegiatan pada pertandingan yaitu peserta didik bertanding menyusun puzzle yang dibagikan kepada masing-masing kelompok dengan tepat dan cepat, kemudian dipresentasikan di depan kelas oleh perwakilan kelompok. Kegiatan pada rekognisi kelompok yaitu guru memberikan penghargaan atau hadiah kepada kelompok yang berhasil menyelesaikan pertandingan.
Adanya inovasi pembelajaran aktif melalui Alat Peraga Edukatif berupa Gapura menjadikan pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam lebih aktif dan interaktif. Karena melibatkan peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok untuk menyelesaikan sebuah teka-teki berupa puzzle. Penerapan model pembelajaran kooperatif dengan Alat Peraga Edukatif berupa Gapura juga dapat meningkatkan kemampuan pembelajaran abad 21 yang meliputi 4C (Critical Thinking, Creative Thinking, Collaboration, and Communication).
Critical Thinking atau berpikir kritis peserta didik dapat ditingkatkan melalui penyelesaian puzzle menjadi gambar yang utuh. Creative Thinking atau berpikir kreatif peserta didik dapat diasah melalui pencarian solusi atas pertanyaan yang ada pada gambar. Collaboration atau kolaborasi peserta didik dalam bekerja sama antar anggota untuk memecahkan pertandingan menyusun puzzle. Communication atau komunikasi peserta didik dalam membangun komunikasi yang baik antar anggota kelompok dalam memecahkan teka-teki yang ada.
Gapura juga dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam terutama untuk memecahkan masalah minat peserta didik dalam mempelajari sejarah secara aktif. Gapura berpotensi untuk meningkatkan minat peserta didik melalui pembelajaran kooperatif berbasis permainan dan pertandingan kelompok. Artinya, permasalahan pada pembelajaran Sejarah Kebudayaan Islam yang terkesan membosankan dan hanya disampaikan melalui ceramah.
Sekarang peserta didik lebih dapat berkontribusi penuh dalam pembelajaran aktif yang menekankan pada pemenuhan tuntutan pembelajaran Abad 21. Pembelajaran di abad tersebut mengharuskan peserta didik tidak hanya sekadar menjadi pendengar guru, tetapi peserta didik yang lebih aktif agar terasah keterampilan 4C sebagai modal dalam meningkatakan soft skill.
Nur Avihani, Mahasiswa UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah