Memahami Makna Bid’ah yang Sesungguhnya

Makna Bid'ah
Gambar Ilustrasi Makna Bid'ah (Freepik.com - Almuhtada.org)

ALmuhtada.org – Kata bid’ah seringkali diucapkan dengan konotasi yang negatif dan seringkali diucapkan kepada hal-hal yang tidak diajarkan Allah SWT melalui Nabi Muhammad SAW dan tidak dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Namun, apakah pengertian bid’ah hanya sebatas itu?

Apakah semua hal yang telah diciptakan manusia saat ini merupakan bid’ah? Untuk menjawab hal itu, di sini akan dijelaskan pengertian bid’ah yang semoga bisa menjawab persoalan bid’ah ini.

Bid’ah Secara Etimologi

Bid’ah secara etimologi atau secara bahasa (lughowi) berasal dari kata بدع (bada’a) yang berarti sesuatu yang baru yang diciptakan tanpa contoh, tanpa petunjuk, dan tanpa bahan, subjek dari kata ini adalah بديع  (badi’a). Oleh karena itu, secara bahasa subjek yang bisa dikaitkan dengan sifat ini hanyalah Allah SWT.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT. pada Q.S Al-Baqarah ayat 117 yang berbunyi :

بَدِيۡعُ السَّمٰوٰتِ وَالۡاَرۡضِ‌ؕ وَ اِذَا قَضٰٓى اَمۡرًا فَاِنَّمَا يَقُوۡلُ لَهٗ كُنۡ فَيَكُوۡنُ

Artinya : “(Allah) pencipta langit dan bumi. Apabila Dia hendak menetapkan sesuatu, Dia hanya berkata kepadanya, “Jadilah!” Maka jadilah sesuatu itu.”

Di ayat tersebut Allah menggunakan kata بَدِيۡعُ untuk menggambarkan bahwa Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan tanpa contoh sebelumnya. Kemudian, hasil kreasi atau produknya dinamakan/diistilahkan dengan bid’ah.

Dengan catatan bahwa bid’ah disini (secara etimologi) bersifat netral dan tidak bekonotasi negatif.

Baca Juga:  Makna Pensil Dalam Kehidupan

Bid’ah Secara Terminologi

Bid’ah secara istilah disini memiliki pengertian yang dibatasi, yaitu bid’ah dalam hal syariat (Islam). Dalam hadits riwayat Muslim no. 867, Nabi Muhammad SAW menjelaskan tentang pengertian bid’ah (dalam syariah).

Hadits tersebut berbunyi :

أَمَّا بَعْدُ فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَخَيْرُ الْهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرُّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا

وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ

Artinya : “Amma ba’du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sejelek-jelek perkara adalah (perkara agama) yang diada-adakan, setiap (perkara agama) yang diada-adakan itu adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan.” (HR. Muslim no. 867).

Dari hadist di atas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian bid’ah yaitu setiap hal (perkara agama) yang diada-adakan dengan tidak berdasarkan petunjuk dan contoh. Petunjuk dan contoh yang dimaksud di sini adalah petunjuk/dalil dari kitabullah (Al-Qur’an) dan petunjuk atau perkara yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

Syekh Bin Baz memberikan definisi bid’ah seperti berikut, yang diambil dari jawaban beliau ketika ada seorang menanyakan tentang bid’ah :

لبدعة في الشرع المطهر هي كل عبادة أحدثها الناس ليس لها أصل في الكتاب و

ال في السنة و ال في عمل الخلفاء األربعة الراشدين و تطلق البدعة في اللغة العربية على

كل محدث على غير مثال سابق لكن ال يتعلق بها حكم المنع اذا لم تكن من البدعة في

Baca Juga:  Fitrah Manusia dalam Hidup

الدين أما في المعامالت فما وافق الشرع منها عقد شرعى وما خالفته فهو عقد فاسد وال

يسمى بدعة في الشرع ألنه ليس من العبادة

Artinya : Bid’ah pada syara’ adalah tiap-tiap perbuatan ibadah yang dilakukan oleh manusia yang tidak ada asal (tidak dipraktekkan oleh Rasulullah) dari alQur’an, sunnah dan dari perbuatan khulafa ar-rasyidin, dan Bid’ah pada bahasa arab adalah setiap perkara baru yang tidak ada contoh sebelumnya, akan tetapi di tidak terkait dengan hokum yang bersifat menghalang apabila tidak adalah bid’ah dalam agama, adapun pada mu’amalat, apabila cocok dengan syara’ maka dia adalah akad syar’i dan apabila sebaliknya, maka ia nya adalah akad fasik, tidak dinamakan bid’ah pada syara’ kerana ia bukan daripada ibadah.

Kemudian dipertegas dalam hadits riwayat bukhari no 2697 dan muslim no 1718 yang berbunyi :

مَنْ أَحْدَثَ فِى أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami ini (urusan agama) yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak.” (HR. Bukhari no. 2697 dan Muslim no. 1718).

Berdasarkan beberapa pengertian bid’ah di atas, dapat dilihat bahwa semuanya mengarah kepada ibadah mahdhoh atau hal yang baru dalam syariat/dalam agama (Islam).

Sehingga, hal-hal (yang baru) di luar agama (Islam) atau amalan-amalan mu’amalat tidak termasuk bid’ah dalam syariat. [] Abian Hilmi

Baca Juga:  Perkara-Perkara yang Sering Tertinggal dalam Sholat

Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah

Related Posts

Latest Post