Upaya Memerangi Disinformasi

Disinformasi
Disinformasi (Dok. Pribadi - Almuhtada.com)

Almuhtada.org – Disinformasi merupakan hal yang wajar terjadi sekarang ini. Dikarenakan semakin canggihnya teknologi sekarang ini, sehingga membuat kevalidan pada suatu berita atau peristiwa menjadi simpang siur membingungkan. Disinformasi di era media sosial adalah masalah yang mendalam dan memengaruhi banyak aspek masyarakat.

Disinformasi atau yang sering disebut sebagai berita palsu atau hoaks ini telah menjadi wabah di platform media sosial. Kemampuan orang untuk dengan cepat menyebarkan informasi tanpa verifikasi menyebabkan berita palsu menyebar dengan cepat, merusak kebenaran dan integritas informasi.

Menurut publikasi Journalism, Fake News & Disinformation: Handbook for Journalism Education and Training yang diterbitkan UNESCO pada tahun 2018, bahwa ada tiga macam informasi yang tidak benar dalam media massa yaitu disinformasi, misinformasi dan malinformasi.dimana disinformasi di media sosial pun justru telah menciptakan ekosistem dapat berkembang dengan mudah.

Platform sering menyoroti konten yang kontroversial atau provokatif, mempromosikan disinformasi sebagai cara untuk mendapatkan lebih banyak tampilan. Isu kunci terkait disinformasi adalah bagaimana hal itu dapat berdampak ke masyarakat luas. Menyebarkan berita palsu menjadikan masyarakat dapat membuat keputusan berdasarkan informasi yang salah, mengancam demokrasi, dan menciptakan ketegangan sosial.

Tantangan dalam mengatasi disinformasi adalah kesulitan untuk membedakan antara berita yang benar dan palsu, terutama karena dIsinformasi sering dibungkus dalam bahasa yang meyakinkan dan tampilan yang profesional. Selain itu, peran individu dalam menyebarkan disinformasi juga menjadi masalah. Banyak orang tidak sadar bahwa mereka sedang menyebarkan berita palsu atau tidak memeriksa kebenaran informasi sebelum membagikannya. Misalnya, selama pandemi Covid-19, disinformasi tentang obat-obatan palsu atau konspirasi kesehatan menimbulkan pro kontra pada  publik. Disinformasi tersebut berkembang secara pesat di ruang publik karena adanya media sosial.

Baca Juga:  Yuk Terapkan! Inilah 4 Sikap Bijak Generasi Muda Islam dalam Bermedia Sosial Sesuai Syariat Islam

Pemerintah dan platform media sosial harus memiliki tanggung jawab dalam memerangi disinformasi. Mereka harus mengambil tindakan untuk memblokir atau membatasi konten palsu dan menyediakan pendidikan tentang penggunaan media sosial yang bijak. Pendidikan adalah kunci untuk mengurangi dampak disinformasi. Masyarakat perlu dilengkapi dengan keterampilan kritis untuk memverifikasi informasi, mengidentifikasi sumber yang andal, dan berpikir kritis sebelum menyebarkan informasi. Kolaborasi antara pemerintah, platform media sosial, dan masyarakat adalah penting dalam memerangi desinformasi. Mereka harus bekerja sama dalam mengembangkan strategi yang efektif untuk membatasi penyebaran berita palsu.

Diantara beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi disinformasi. Pertama, mengembangkan algoritma  pintar. Pengembangan algoritma pintar dapat secara otomatis memantau konten yang berpotensi berisi disinformasi. Penyelesaian ini dapat memeriksa faktor-faktor seperti keaslian sumber, konsistensi informasi, dan histori konten. Jika konten dicurigai sebagai desinformasi, algoritma dapat memberikan peringatan atau menghentikan penyebaran lebih lanjut.

Kedua, mendorong pendidikan media sosial. Pendidikan media sosial harus didorong menjadi lebih masif. Pendidikan media sosial yang masif dan kuat dapat dilakukan dengan memasukkan pelatihan kritis tentang cara mengidentifikasi berita palsu dan mengembangkan keterampilan verifikasi informasi. Hal ini bisa menjadi bagian dari kurikulum sekolah dan juga tersedia secara online untuk semua kelompok usia.

Ketiga, mendorong kerja sama antara platform media sosial, organisasi berita independen, dan pengguna dalam usaha untuk memverifikasi fakta. Jaringan kolaboratif ini dapat dengan cepat mengidentifikasi dan menegaskan berita palsu, memberikan otoritas pada sumber informasi yang kredibel.

Baca Juga:  Book Review 'Dari Amoral Sampai Birokrasi Humanisme'

Keempat, mewajibkan platform media sosial untuk lebih transparan dalam cara mereka mengelola konten. Ini termasuk pengungkapan algoritma, pemberian akses kepada peneliti independen untuk mengaudit praktik, dan memberikan laporan transparan tentang bagaimana mereka menangani konten yang dicurigai. Dll.

Disinformasi di era media sosial adalah tantangan besar yang memerlukan pendekatan holistik untuk memeranginya. Langkah-langkah teknologi, pendidikan, dan regulasi harus bekerja bersama-sama untuk menciptakan lingkungan dimana berita yang akurat mendapatkan prioritas dan penyebaran disinformasi diminimalkan.

Rossa Riska Amelia, Mahasiswa  UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Related Posts

Latest Post