Program Percepatan Kelulusan Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada

Pertemuan Program Percepatan Kelulusan Mahasantri Secara Virtual

Jum’at, 18 Juni 2021 – Pesantren Riset Al-Muhtaada menggelar pertemuan virtual bersama para mahasantri angkatan pertama. Pertemuan tersebut dilatarbelakangi oleh salah satu agenda besar pesantren yakni“Program Percepatan Kelulusan Mahasantri”. Keberadaan program tersebut bertujuan untuk mempersiapkan mahasantri di fase akhir studi serta mempersiapkan rencana diri pasca studi.

Pengasuh pesantren, Ustadz Dani Muhtada menyampaikan banyak pesan serta arahan kepada mahasantri sebagai bekal untuk melangkah kedepan. Beliau berpesan bahwa mahasantri Angkatan pertama (Angkatan 2018) sesegara mungkin harus menyelesaikan mata kuliah di semester 7.  Pada semester 7 itu pula seluruh mahasantri diharapkan sudah kaffah melaksanakan KKN, PLP / PPL / PKL, dan draft Skripsi. Beliau juga memberikan arahan bahwa selayaknya skripsi yang diambil adalah skripsi yang dapat dan mampu diselesaikan dengan baik oleh mahasantri. Selanjutnya pengasuh berpesan untuk menyiapkan rencana pasca studi yang akan diambil. Dalam perencanaan pacsa studi sebaiknya membuat banyak rencana agar mudah beralih, ketika menuai ketidakberhasilan.

Terakhir, pesan yang begitu penting bagi mahasantri adalah untuk senantiasa memberikan kontribusi terbaik bagi lingkungan. Baik jika mahasantri akan meneruskan karir di Semarang maupun di kampung halaman masing-masing. Pertemuan tersebut hakikatnya memberikan banyak pandangan bagi mahasantri dan merupakan sebuah wejangan hebat dari pengasuh yang luar biasa. (WIA)

SKRIPSI, DERITA MAHASISWA SEMESTER TUA

Oleh : Sudarto

Entah sudah berlangsung sejak kapan istilah skripsi yang menjadi derita bagi mahasiswa tingkat akhir muncul. Penulis sendiri sebagai seorang mahasiswa yang mulai memasuki tingkat akhir penasaran akan istilah tersebut. Apakah benar istilah itu benar adanya atau hanya sesuatu hal yang dibuat-buat oleh mahasiswa yang sebenarnya malas mengerjakannya? Tapi entahlah, sebelum menjajalnya sendiri kita tidak akan tahu persis apa yang dirasakan mereka (mahasiswa akhir).

Sebelum lebih jauh, skripsi merupakan tugas paling akhir yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa untuk mendapatkan gelar sarjananya. Sama halnya dengan ujian nasional pada saat masih menjadi bangku sekolah. Namun, bedanya dengan ujian nasional adalah skripsi membutuhkan banyak hal dan harus dikerjakan dengan sebaik mungkin (jika ingin cepat selesai). Akan tetapi, namanya manusia kadang ada saja yang ketika tinggal sejengkal atau tinggal didepan mata selesai dan merasakan kedamaian tiba-tiba semua berubah ketika halangan dan rintangan datang menyerang (seperti negara api saja, haha). Pada akhirnya akan menyalahkan segalanya baik itu dosen yang sulit ditemui, banyaknya revisisan yang harus dibenarkan, ataupun terhalang oleh godaan untuk bekerja saja.

Banyak bukti sebenarnya dari testimoni para kating (kakak tinngkat) tentang lika liku mereka dalam mengerjakan skripsi. Ada yang dapat mengerjakan skripsi dengan cepat dan baik. Namun, tak sedikit juga dari mereka yang hingga kini masih belum menyelesaikannya. Ada yang beralasan dosennya kurang friendly, susah untuk ditemui, banyak revisiannya, dan masih banyak
lagi lainnya. Bahkan kenalan sendiri dari kampus sebelah (mungkin) malah ingin bekerja dulu dan meninggalkan skripsiannya dengan alasan belum mempunyai niat dan lelah menganggur. Jujur saja penulis merasa menyanyangkan keputusannya. Namun, memang banyak hal dibalik keputusannya itu.

Sebagai informasi atau sebagai bahan referensi menonton film diakhir minggu depan penulis menyarankan untuk menonton film dengan judul yang hampir sama dengan judul tulisan ini yaitu “ Skripsick: Derita Mahasiswa Abadi”, Dalam film ini diceritakan perjalanan mahasiswa tingkat akhir dalam mengerjakan skripsi hingga mendapatkan julukan mahasiswa abadi (Sedih sih,). Sedikit sinopsisnya, “Ditengah-tengah kegembiraan mahasiswa yang merayakan kelulusannya. Chara (Karakter utama) hanya dapat memandang sedih dari kejauhan. Junior-juniornya yang pernah ia ospek 4 tahun lalu telah lulus semua sementara dirinya yang telah 8 tahun kuliah masih belum lulus juga. Akhirnya, dimulailah keseriusan Chara untuk dapat lulus tahun ini, Namun seperti halnya dengan film komedi lainnya banyak hal yang akan menanti Chara kedepannya.“

Dari dalam film tersebut banyak hal yang dapat kita jadikan pelajaran dalam menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Seperti, bagaimana kita harus dapat dengan sungguh-sungguh dalam belajar agar tidak mengulang di tahun depan ataupun bahkan hingga tertinggal tidak oleh teman seangkatan melainkan malah tertinggal oleh junior kita. Dan pada intinya itulah pesan yang juga ingin saya sampaikan disini. Betapa pentingnya dalam menjalankan segala sesuatu. Jika kita sudah memulai sesuatu maka sudah seharusnya juga kita untuk menyelesaikannya. Semoga kita dapat menyelesaiakan kuliah kita tepat waktu. Aamiin.

Penulis adalah Mahasantri Pesantren Riset Al-Muhtada dan Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang.