Almuhtada.org – Islam telah mengajarkan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat baik dan mengingatkan kepada kebaikan. Sehingga sebagai seorang muslim sudah menjadi kewajiban bagi kita untuk saling mengingatkan satu sama lain agar tetap berbuat baik terhadap sesama. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Al-Qur’an:
وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلَى مَا أَصَابَكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ
Artinya: “Dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (QS. Luqman: 17)
Mengingatkan kebaikan tidak selalu tentang menasehati seseorang, menegur seseorang dan sebagainya. Dengan tetap semangat berdakwah, atau mungkin hanya dengan satu share ilmu serta bisa memberikan hidayah kepada seseorang, walau hanya sekedar menekan “share”, ternyata hal tersebut sudah termasuk dalam konteks mengingatkan pada hal kebaikan, namun tentunya diiringi dengan niat yang ikhlas.
Dengan niat yang ikhlas menunjukkan dan mengajak ke jalan Allah SWT., In Syaa Allah akan mendapatkan pahala sebagaimana pelakunya. Demikian juga dengan mengshare suatu ilmu baik di dunia nyata maupun dunia maya. Dalam sebuah hadits disebutkan Rasulullah SAW. bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
Artinya: “Barang siapa yang menunjukkan kepada sebuah kebaikan, maka baginya seperti pahala pelakunya”. (H.R Muslim).
Dari hadits tersebut Imam An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, maksudnya adalah baginya pahala sebagaimana pahala yang mengerjakan kebaikan tersebut. (Syarah Shahih Muslim)
Disisi lain, perlu kita ketahui bahwasanya untuk mengingatkan suatu kebaikan kepada sesama maka tidak harus menjadi seorang ustadz ataupun semacamnya terlebih dahulu. Terkadang disaat kita sedang berusaha mengingatkan kebaikan kepada orang lain, terlontarkan kalimat “kamu juga banyak maksiat, jangan sok alim dan sok suci”.
Tetapi ingatlah kembali perkataan ulama “kalau menunggu dalam keadaan yang suci sekali, tidak akan ada yang berdakwah”. Bukannya merasa “sok alim, sok suci dan sok ustadz”, tetapi ini dimaksudkan untuk menjalankan tugas sebagai seorang muslim bahwa harus saling mengingatkan kebaikan satu sama lain.
Ibnu Hazm rahimahullah berkata, “Seandainya yang melarang dari dosa harus orang yang tidak terlepas dari dosa dan yang memerintahkan kebaikan harus orang yang sudah melakukan kebaikan semua, maka tidak ada lagi yang melarang dari keburukan dan mengajak kebaikan kecuali Nabi Muhammad SAW”. (Akhlaq was Siyar halaman 252-253)
Dengan demikian, jika kita memiliki niat yang tulus untuk mengingatkan pada kebaikan maka lakukan saja dan jangan pernah takut dianggap “sok suci, sok alim” atau istilah semacamnya.
Memanglah seorang ustadz yang biasanya dikenal sebagai pendakwah dan penyebar kebaikan, akan tetapi tidaklah benar bahwa yang harus mengingatkan akan kebaikan haruslah seorang ustadz.
Sebagai seseorang yang biasa-biasa saja, bahkan anak kecil sekalipun jika ia bermaksud untuk melakukan kebaikan, mengajak kebaikan, mengingatkan pada kebaikan maka tidak ada salahnya.
Dan sebagai orang yang diingatkan ataupun dinasehati haruslah bisa menerimanya dengan lapang dada dan segera melakukan muhasabah diri.
Oleh karena itu, umat muslim diharapkan dapat menjadi agen perubahan positif dalam masyarakat, senantiasa berbuat baik, dan saling mengingatkan satu sama lain untuk tetap berada di jalur kebenaran dan kebaikan. [] Aisyatul Latifah
Editor: Mohammad Rizal Ardiansyah