Tradisi Unik di Makam Sunan Kudus: Kenapa Peziarah Pegang Bagian Atas Gerbang?

Ilustrasi Gerbang utama Makam Sunan Kudus, tempat peziarah memegang bagian atasnya sebagai simbol spiritual. (freepik.com - almuhtada.org).

almuhtada.org –  Kompleks makam Wali Songo, khususnya Makam Sunan Kudus (Syeh Ja’far Shadiq Azmatkhan), selalu ramai dikunjungi peziarah dari berbagai daerah dan latar belakang. Kehadiran mereka bervariasi, ada yang datang bersama keluarga, rombongan, atau sendirian, dengan tujuan mulai dari cari berkah, mendekatkan diri kepada Allah, hingga mengenang sejarah Sunan Kudus dan mengingatkan diri pada kematian.

 

Akulturasi Budaya dalam Arsitektur yang Memukau

Di tengah beragamnya tradisi ziarah kubur di Indonesia yang telah ada sejak sebelum Islam masuk, kompleks Makam Sunan Kudus memiliki ciri khas dan keunikan tersendiri. Salah satu keunikan yang paling mudah dijumpai adalah arsitektur kompleks yang menggabungkan corak Hindu-Buddha, terlihat dari gapura-gapura dan tembok bata merah yang berjenjang layaknya bangunan candi, menciptakan panorama bangunan Islam yang bercorak Hindu.

 

Fenomena “Amaliyah” di Pintu Gerbang

Keunikan yang paling menarik perhatian dan sering dilakukan oleh peziarah adalah tradisi memegang bagian atas pintu gerbang saat akan memasuki kompleks makam. Tidak semua peziarah melakukan tindakan ini, tetapi fenomena amaliyah ini dapat disaksikan dengan mudah. Biasanya, saat melewati gapura, peziarah yang melakukan amaliyah akan mengangkat tangannya ke atas untuk menggapai dan memegang bagian pintu atas dari gapura tersebut.

 

Makna Mendalam di Balik Tindakan Spiritual

​Lalu, apa yang menjadi alasan para peziarah melakukan hal tersebut?

Baca Juga:  Makam Aulia Gunung Pring, Wisata Religi yang Selalu Ramai Pengunjung di Magelang

Tindakan spiritual ini ternyata memiliki makna khusus dan mendalam yang dilestarikan oleh para peziarah, yang mengandung pesan spiritual dari Ajaran Sunan Kudus. Berikut makna spiritual dari Ajaran Sunan Kudus:

​1. Menanggalkan Kepentingan Duniawi dan Politik

Menurut beberapa sumber, tindakan memegang bagian atas pintu gerbang bertujuan utama untuk menanggalkan kepentingan duniawi, terutama kekuasaan. Tradisi ini dihubungkan dengan cerita rakyat mengenai Raja Kalacakra yang konon dipasang oleh Sunan Kudus di gerbang untuk melemahkan kekuatan duniawi. Dengan demikian, tindakan ini merupakan simbol pesan dari Sunan Kudus agar proses ziarah dilakukan dengan niat tulus silaturahmi dan tanpa ada kepentingan politik yang menyertai. Pesan ini sejalan dengan anjuran Sunan Kudus yang terkenal untuk memegang konsep “Gusjigang” (bagus, ngaji, dagang) sebagai pedoman hidup, yang menekankan keseimbangan antara moralitas (bagus), keilmuan agama (ngaji), dan kemandirian ekonomi (dagang).

​2. Harapan dan Keberkahan (Tabarukan)

Dari perspektif lain, fenomena memegang gapura ini dianggap sebagai perbuatan amaliyah yang dijadikan simbol sebelum atau sesudah ziarah. Gapura makam berfungsi sebagai simbol yang terbuka untuk banyak makna bagi para pelaku. Di antara makna yang ditemukan adalah sebagai bentuk tabarukan (mengharap berkah), bentuk salam kepada Sang Sunan, dan harapan untuk mendapatkan kehidupan yang lancar. Mereka yang melakukannya berharap mendapatkan berkah, dimudahkan dalam mencari rezeki, hingga mendapatkan jodoh.

Baca Juga:  Wisata Religi Makam Sultan Hadlirin Wali Mantangan Jepara

 

Pada intinya, tradisi memegang bagian atas gerbang Makam Sunan Kudus adalah sebuah amaliyah dengan makna yang beragam. Namun, kesimpulan utamanya adalah bahwa tindakan ini merupakan cara peziarah untuk mengimplementasikan pesan khusus dari Sunan Kudus tentang ketulusan niat, penanggulangan hasrat kekuasaan, dan upaya meraih keberkahan di tempat yang suci. Ini adalah wujud nyata dari warisan budaya Islam Nusantara yang kaya akan simbolisme spiritual.

□Azizah Fiqriyatul Mujahidah

 

 

 

Related Posts

Latest Post