Ta’aruf vs. Pacaran: Antara Syariat dan Kebiasaan

almuhtada.org – Dalam kehidupan modern, istilah “ta’aruf” semakin sering terdengar, terutama di kalangan muslim yang ingin mencari pasangan hidup sesuai dengan ajaran Islam. Di sisi lain, praktik pacaran masih menjadi kebiasaan yang umum di masyarakat, meskipun dalam Islam konsep ini tidak memiliki dasar yang jelas. Perbedaan antara ta’aruf dan pacaran sering kali menjadi bahan diskusi, terutama dalam memahami bagaimana keduanya berperan dalam proses mencari pasangan hidup.

Ta’aruf berasal dari kata Arab “تعرف” yang berarti “saling mengenal.” Dalam konteks mencari pasangan hidup, ta’aruf adalah proses perkenalan yang dilakukan sesuai dengan syariat Islam, dengan tujuan langsung menuju pernikahan. Ta’aruf dilakukan dengan pendampingan pihak ketiga, seperti keluarga atau ustaz, untuk menjaga batasan syariat dan menghindari hal-hal yang dilarang. Sementara itu, pacaran dalam pemahaman umum adalah proses mengenal lawan jenis dalam ikatan yang belum sah secara agama. Biasanya, pacaran melibatkan kedekatan emosional dan fisik yang berpotensi membawa seseorang pada perbuatan yang melanggar norma agama. Meskipun niatnya bisa jadi untuk serius, pacaran sering kali berlangsung tanpa kejelasan waktu atau tujuan pasti menuju pernikahan.

Baca Juga:  Balasan untuk Orang-orang yang Sengaja Membatalkan Puasa di Bulan Ramadhan

Dalam ta’aruf, tujuan utamanya adalah mencari pasangan hidup yang halal sesuai dengan aturan Islam. Niat yang lurus dalam ta’aruf diarahkan pada pernikahan yang berkah dan menghindari zina. Karena itu, prosesnya dilakukan dengan transparan, jujur, dan terbuka di bawah pengawasan pihak yang dipercaya. Sebaliknya, pacaran lebih sering dilakukan dengan alasan mencari kecocokan atau sekadar menikmati kebersamaan sebelum menikah. Namun, karena tidak ada batasan yang jelas dalam praktik pacaran, sering kali niat awal yang baik dapat bergeser menjadi sekadar hubungan emosional tanpa arah yang pasti.

Baca Juga:  Jangan Sampai Terlupa! Waktu Berharga saat Ramadhan!

Proses dalam Ta’aruf dan Pacaran

Dalam ta’aruf, proses perkenalan diawali dengan pengenalan prinsip hidup, visi misi pernikahan, dan nilai-nilai yang dianut masing-masing pihak. Biasanya, komunikasi dilakukan secara terbuka namun tetap menjaga adab dan batasan syariat. Jika ada kecocokan, maka proses berlanjut ke khitbah (lamaran), lalu menikah.

Di sisi lain, pacaran lebih bebas dalam hal interaksi. Tidak ada aturan baku dalam menjalani hubungan, sehingga bentuk komunikasi, intensitas pertemuan, hingga cara mengekspresikan kasih sayang sangat bergantung pada masing-masing pasangan. Risiko keterikatan emosional yang terlalu dalam sebelum pernikahan juga lebih besar dalam pacaran dibandingkan ta’aruf.

Pandangan Islam

Ta’aruf yang dilakukan sesuai syariat dapat memberikan ketenangan dan kepastian bagi kedua belah pihak karena sejak awal sudah memiliki arah yang jelas. Selain itu, keluarga turut terlibat dalam prosesnya, sehingga hubungan yang dibangun lebih terbuka dan mendapat restu sejak awal. Sementara itu, pacaran bisa memberikan kesenangan sesaat, tetapi juga memiliki potensi dampak negatif, terutama jika hubungan berakhir tanpa kejelasan. Banyak kasus di mana seseorang mengalami luka emosional akibat putus cinta atau bahkan merasa kehilangan jati diri setelah menjalani hubungan yang panjang tanpa kepastian.

Dalam Islam, segala sesuatu yang membawa kepada kebaikan dan menghindarkan dari keburukan lebih dianjurkan. Ta’aruf adalah cara yang lebih sesuai dengan nilai-nilai Islam dalam mencari pasangan hidup karena menjaga kehormatan, menghindari zina, dan memiliki arah yang lebih jelas. Sementara itu, pacaran yang tidak memiliki dasar dalam Islam lebih berisiko membawa seseorang kepada hal-hal yang dilarang dalam agama. Namun, pada akhirnya, keputusan tetap berada di tangan individu. Setiap orang memiliki kebebasan untuk memilih jalan yang ingin ditempuh dalam mencari pasangan hidup. Yang terpenting adalah memahami konsekuensi dari setiap pilihan dan memastikan bahwa langkah yang diambil tetap dalam koridor nilai dan prinsip yang diyakini.[Adinda Aulia]

 

 

Related Posts

Latest Post