almuhtada.org – Kebaikan adalah sesuatu yang sederhana namun memiliki dampak luar biasa. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering dihadapkan pada berbagai pilihan: apakah akan bertindak untuk diri sendiri atau untuk kebaikan bersama. Kebaikan tidak memandang waktu atau tempat dan tidak pernah mengenal batasan status sosial, usia, ataupun budaya. Semua orang memiliki kemampuan untuk berbuat baik, meski dalam hal kecil sekalipun.
Dalam Al-Qur’an, Allah Swt. berfirman:
فَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَّرَهٗۚ
“Barangsiapa yang berbuat kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7).
Ayat ini mengingatkan kita bahwa setiap perbuatan baik, sekecil apapun, tidak akan luput dari perhatian Allah. Oleh karena itu, kita hendaknya selalu berusaha untuk berbuat baik kapanpun dan di manapun.
Melakukan kebaikan tidak selalu memerlukan biaya atau tenaga besar. Sebuah senyuman, memberikan tempat duduk kepada yang membutuhkan, atau mendengarkan keluh kesah teman dengan penuh perhatian, adalah bentuk kebaikan yang mudah dilakukan. Bahkan hal-hal lain yang bisa saja kita anggap sepele namun jika itu hal yang positif, hal tersebut tentu dapat disebut sebagai sebuah kebaikan.
Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa ada kalanya kita merasa lelah atau ragu untuk terus berbuat baik, terutama jika tidak mendapat apresiasi. Pada saat seperti ini, penting untuk mengingat bahwa kebaikan adalah bentuk ibadah kepada Tuhan, bukan sekadar untuk mendapat pengakuan dari manusia. Dengan niat yang tulus, setiap perbuatan baik akan menjadi investasi kebaikan yang kembali kepada kita, meski mungkin tidak dalam bentuk yang langsung terlihat. Ustadz Yani Fahriansyah Hafidzahahullah pernah berkata: “Jangan lakukan kebaikan agar kebaikan itu kembali kepadamu. Sebab tidak semua orang yang engkau berikan kebaikan mampu membalasnya. Lakukan kebaikan agar itu tertulis dalam lembaran amalmu.”
Kebaikan juga memiliki sifat menular. Ketika seseorang menerima kebaikan, ia cenderung terdorong untuk melakukan hal yang sama kepada orang lain. Sebuah tindakan sederhana seperti membantu orang yang kesulitan bisa memicu rantai kebaikan yang berdampak luas. Oleh karena itu, dengan menjadi pelopor kebaikan, kita bisa menjadi bagian dari perubahan positif yang melibatkan banyak orang.
Kebaikan yang kita lakukan bukan hanya bermanfaat bagi orang lain, tetapi juga bagi diri kita sendiri. Secara psikologis, perbuatan baik dapat meningkatkan rasa bahagia dan kepuasan hidup. Selain itu, dengan menanam kebaikan, kita juga sedang membangun hubungan yang harmonis dengan orang-orang di sekitar kita. Dunia akan menjadi tempat yang lebih baik jika setiap orang mau untuk melakukan kebaikan.
Jadilah orang yang baik, bukan karena ingin dipuji, tetapi karena kebaikan itu sendiri adalah hal yang benar. Seperti pelita di tengah kegelapan, kebaikan yang kita sebarkan dapat menjadi cahaya bagi banyak orang. Maka, jangan ragu untuk melakukan kebaikan kapanpun dan di manapun. Mulailah dari hal kecil, dan lihatlah bagaimana dunia ini berubah menjadi lebih indah karena tindakan kita. [] Aisyatul Latifah